Senin pagi di Kota kecil di Britania Raya, orang-orang tentu membutuhkan tenaga ekstra untuk menyiapkan hari ini. Belum lagi untuk hari-hari setelahnya.Uap panas mengepul dari cangkir susu yang Allen siapkan. Tangannya mengambil beberapa lembar roti untuk dibakar dengan mentega dan diolesi dengan selai stroberi yang lembut. Senandung indah terdengar dari bibir yang halus itu, mengalahkan cicitan burung yang bertengger indah di air mancur halaman rumahnya.
Sang ibu sudah lama meninggalkan rumah ini, tuhan mengambilnya begitu cepat. Kakak-kakaknya adalah alpha dan tidak ada yang begitu telaten mengurus rumah, selain dirinya.
Sayup-sayup, langkah tegap terdengar di telinganya, ia tersenyum saat melihat sosok alpha pemimpin Hwang, "Selamat pagi, sayang." sapa sosok yang berwibawa itu.
"Selamat pagi, ayah." Jawabnya, sembari mengecupi pipi sang ayah setelah beliau duduk, "Maaf, aku hari ini kesiangan, aku hanya sempat membuat roti bakar dan susu hangat."
Kesiangan dalam kamusnya adalah bangun lebih dari jam setengah lima.
"Tak usah meminta maaf, sayang. Ini bukan tugasmu yang sesungguhnya. Lagipula," Tuan Hwang menghirup pelan minumannya, "Kakak-kakakmu masih belum bangun."
"Ini menjadi tugasku sejak ibu meninggal. Kakak-kakak tidak ada yang bisa diandalkan soal ini." Tuan Hwang tersenyum tipis, tangannya mengelus pipi putih itu sebelum menghujaninya dengan ciuman.
Kikikan kecil dari Allen menjadi balasan dari perilaku Tuan Hwang.
"Kau tidak pergi ke kampus? Ayah sebentar lagi akan berangkat, perlu ayah bangunkan-"
"Kelasku dimulai sebentar lagi. Aku akan berangkat dengan bus, ayah tak perlu repot mengantarku atau membangunkan Verrel." Potongnya dengan senyum manis. Ia mengambil tas merah yang tersampir di kursi kosong, "Aku pamit. Oh ya, ayah jangan meminum kopi terlalu banyak, ya. Kafein tidak bagus untuk kesehatan." Ia menyempatkan mengecup pipi tetua Hwang lagi sebelum melangkah meninggalkan rumah.
Tuan Hwang mengangguk pelan, melihat betapa dewasa anak bungsunya, "Kau harus dimiliki oleh alpha yang sempurna, anakku."
🌙🌙🌙
Allen melangkah masuk ke dalam bus, mencari kursi kosong untuk mengistirahatkan kakinya, ia tak pernah menaiki bus karena jarak rumah dan halte terdekat cukup jauh, dan penyakit alerginya terhadap keringat sedikit mempersulit ia untuk berjalan jarak jauh.
Sang ayah bekerja sebagai tentara pengabdi negara. Verrel, si alpha sulung Hwang, berusia 7 tahun lebih tua dari Allen. Ia tengah menempuh pendidikan S2 sembari bekerja sebagai model di salah satu label model ternama. Dan Theodore, alpha kedua Hwang, sudah menyelesaikan studi S1 dan tengah berkarir dalam bidang kelistrikan. Allen tentu tak ingin mengacau kesibukan ayah dan kakak-kakaknya dengan meminta diantarkan, ia omega, tapi ia tidak manja.
Seharusnya pagi ini bus sepi, tapi tampaknya dunia sedang tidak ingin berdamai dengan Allen. Tak ada kursi kosong. Terpaksa, ia berdiri didalam bus, berpegangan dengan salah satu tiang besi.
BRAK!
Bus mendadak berhenti, seorang remaja perempuan hampir terjatuh kalau Allen tidak memegang bahunya.
"T..terima kasih." remaja itu tampak lucu, dengan rambut dikepang dan pipi yang merona saat tahu Allen menolongnya. Allen hanya tersenyum.
"Hati-hati, bus ini agak brutal sepertinya." Allen bergurau. "Ya, sepertinya supir bus kali ini mengantuk." Gerutu gadis itu, "Ah ya, aku Jefferson, Sofia. Kau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
-; I'm not a prince. [MinhyunBin] [✔️]
FanfictionAnother Allen (Minhyun) and Patrick (Hyunbin) with ABO concept Fanfiction. Start : 16-10-18 Finish : 14-10-20 [151118] #10 In Minhyunbin [290119] #12 In JBJ [230219] #3 In ABOuniverse [010319] #2 In ABOuniverse [220419] #1 In ABOuniverse [130621] #1...