Nine (아홉)

1.4K 273 157
                                    

Allen mengedarkan pandangannya, mencari tempat kosong di kelas. Hampir semua meja kosong, karena kelas dimulai dua jam lagi. Tapi, ia memutuskan untuk mengambil meja paling belakang dan pojok. Ia kapok dilempari gulungan kertas saat kuliah. Akan lebih baik ia berada di belakang.

Jarinya mengeratkan coat biru tua yang ia pakai, hidungnya sedikit memerah karena dinginnya cuaca hari ini. Ini sudah bulan Oktober, yang tandanya musim gugur.

Pagi ini juga, ia tidak memuntahkan sarapannya. Tapi, hari ini ia sedikit kesal dengan roti tawar yang kakaknya beli untuknya. Ia membenci roti tawar mulai sekarang.

"Selamat pagi, Allen."

"Eh," Allen mendongak saat mendapati sekarton kecil susu dan roti di mejanya. "Selamat pagi, Dave." Ia tersenyum tipis saat melihat David mengambil tempat duduk persis didepannya, "Hari ini kau tampak sangat manis dan wangi, Al."

"Benarkah?"

"Hu'um. Aku rasa beberapa alpha sekarang berminat padamu, karena statusmu ternyata adalah omega." David membalikkan badannya, menggenggam tangan Allen erat, "Allen, aku minta maaf jika kata-kataku pernah menyakitimu. Aku selama ini mengira kau adalah beta." David berujar serius.

Allen merasa lega, karena tidak semuanya memandang ia buruk, "Tidak apa, Dave. Itu bukan hal yang penting." jawabnya tulus.

"Tentu saja itu penting. Status adalah hal yang penting."

Percakapan mereka terhenti saat kelas sudah ramai dan dosen telah memulai kuliah.

🌙🌙🌙

"Patrick, kau baik?" Stylist itu bertanya, sembari membenarkan make up Patrick yang akan melakukan runway fashion. Wanita dengan berbagai macam kuas di tangannya itu memoles bibir Patrick dengan lipstick untuk menutupi pucat.

"Ya, aku baik. Hanya sedikit muntah di pagi ini." Ia tak berbohong. Ia muntah pagi ini, padahal sarapannya bukan sebatang rokok lagi, melainkan beberapa lembar roti tawar.

"Apakah masih? Runway kali ini sangat penting untuk agensi, kau tidak bisa melewatkannya." Stylist itu mengeluarkan nada panik terdengar sangat jelas.

"Tidak, mungkin ini efek dari sesuatu." Patrick bergumam, "Aku masih sanggup berjalan, tenang saja."

🌙🌙🌙

"Mengapa harus dia?" Lelaki surai legam itu menggeram layaknya serigala, saat lawan bicaranya membuka lembaran foto dan beberapa rekaman kaset.

"Ya, itu sudah takdir." Orang itu malah menjawab santai sembari menghisap rokoknya. Menghiraukan Si surai hitam yang tampak sekali ingin mengamuk.

"Aku tidak yakin aku bisa menahan amarahku jika aku berada di dekatnya. Ia menyakiti adikku. Ia menghamili adikku."

"Lalu, apa yang ingin kau lakukan?"

"Tentu saja memisahkan adikku dan dia." Si surai hitam menatap nyalang orang didepannya. "Or worse, aku akan membunuh anak mereka."

"Wah, kau tampak kejam." Dentingan gelas terdengar, menandakan segelas Margarita telah diminum sampai habis. "Ada baiknya kau hirup sedikit rokokmu."

Surai legam menurut. Ia menghisap batang candu itu, dan menghembuskan asapnya perlahan. "Aku percayakan adikku padamu, Jeff. Jaga ia, jangan sampai mereka saling terikat. Dan rahasiakan ini semua dari keluargaku."

"Kau bisa mempercayakan adikmu padaku. Aku tak akan mengkhianatimu." Orang itu menyeringai tipis, sangat tipis.

🌙🌙🌙

-; I'm not a prince. [MinhyunBin] [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang