Twelve (열두)

1.2K 241 112
                                    

A very late night update he he

🌙🌙🌙

Patrick memasukkan tas punggung biru itu ke dalam jok belakang mobil, kemudian menyusul masuk ke sisi pengemudi mobil.

"Apa kau masih ada keperluan di kampus?" Tanyanya pada sosok manis bersurai cokelat madu,

"Tidak lagi, ugh." Orang itu tidak memperhatikan Patrick karena terlalu sibuk memasang sabuk pengaman, sesekali cemberut karena kesal. Belum sempat terpasang,

"Biar kubantu." Patrick langsung membantunya.

"Kuantar pulang, ya."

Si manis menggeleng cepat, "Aku tidak mau pulang dulu."

"Mau bersamaku dulu?"

Semburat merah yang langsung menjalar cepat di pipi putih si Manis menjadi jawaban. Patrick tertawa dan mulai menyetir keluar dari perkarangan kampus mereka.

"Apapun untuk kedua mawarku."

Sejenak, Allen melirik wajah Patrick yang tampak serius menyetir. Tampak bekas robekan di pelipis pria tampan itu.

Peka, Allen bertanya, "Apa Verrel menyakitimu?"

Allen tidak bodoh untuk tahu kalau Verrel sangat menentang dan menyinggung hubungannya dengan Patrick. Tidak jarang ia mendengar perdebatan antara Verrel dan Theodore. Bahkan Daniel pernah menangis karena ketakutan melihat keduanya berkelahi secara fisik.

Waktu itu, Theodore hampir mati kalau Allen tidak berlari untuk menghalangi pukulan Verrel ke Theodore.

Ayahnya cukup berumur untuk hal itu. Beliau lebih memilih untuk menikmati hari tua dan menyerahkan seluruh urusan kepada Verrel yang notabenenya sudah cukup dewasa -ia dan Daniel telah terdaftar sebagai keluarga-. Itu bukan hal yang bagus.

"Aku pantas menerima ini."

"Dia hampir membunuh anak kita, alpha."

"Tapi nyatanya? Dia tidak membunuhnya, kan?"

Rintik salju mulai memenuhi jalan, membuat Patrick menyetir lebih pelan. Saat berhenti di salah satu lampu merah, ia menyalakan penghangat mobil.

"Kakakmu melakukan hal yang benar untuk melindungimu, mawar. Tetapi, kau mungkin tidak suka caranya. Karena, ada beban tersendiri bagi seorang alpha, terutama sulung, untuk mengangkat nama keluarga dan melindungi omega keluarganya." Kata Patrick.

Raut wajahnya kentara sekali akan rasa penyesalan. "Apalagi ketika ia tahu kalau adiknya disakiti oleh orang lain yang brengsek sepertiku. Kau perlu tahu kalau aku menyesal dengan apa yang kuperbuat."

"Aku sudah bosan dengan kalimat itu, sejujurnya." Allen berusaha mencairkan suasana.

"Kau belum pernah mendengarnya dariku secara langsung."

"Dua bulan kehamilanmu, aku benar-benar kewalahan. Aku memuntahkan seluruh makananku tiap pagi dan sedikit memilih makanan. Aku berhenti merokok dan makan roti tawar karena aku mendadak membenci keduanya."

Allen terkejut. Patrick mengalami hal yang sama dengannya?

"Aku sering meminum jus jeruk, juga mengamati anak kecil. Aku rasa itu salah satu cara mawar kecil membalas dendam ibu pada ayah." Lanjutnya sambil tergelak.

Surai itu Patrick elus dengan lembut, kemudian beralih turun menuju pipi Allen.

Patrick mendaratkan kecupan pelan di pipi itu.

-; I'm not a prince. [MinhyunBin] [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang