2~Different Surface

10.6K 451 7
                                    

"Bersihkan dirimu dengan ini." Marcella menatap sapu tangan yang berada di depan nya sebelum mengadah untuk menatap pria berjas hitam itu. "Kau harus membersihkan bekas - bekas cumbuan pria tadi. Dia tidak akan menyukai melihat jejak pria lain di sekitar tubuh mu." sambung nya membuat Marcella mengambil sapu tangan dari pria di depan nya.

Dia ? Alis Marcella mengkerut memikirkan nya. Target nya lepas dan diri nya terjebak bersama kedua orang pria bersetelan jas hitam. Terlihat seperti seorang pengawal, Yang menyeret nya menjauh dari sang target.

Mencoba tenang Marcella menyerakan kembali sapu tangan pria di depan nya setelah diri nya telah selesai membersihkan sisa - sisa saliva sang target di leher dan wajah nya. Sang pria tersebut menatap nya dengan alis yang terangkat melihat Marcella kembali menyerahkan sapu tangan yang kini menjadi bekas air liur. Tersadar, Marcella kembali menggengam erat sapu tangan tersebut . Dia tidak ingin menerima nya karena statusku yang jalang di sini ? Sinis Marcella.

"Saya akan mengembalikan nya setelah saya cuci bersih." Ucap Marcella dengan sopan berbeda dengan yang di pikirkan nya.

"Tidak perlu. Kau boleh menyimpan nya."

Mendengar kalimat pria di depan nya membuat Marcella terdiam sesaat sebelum tersenyum palsu dan mengucapkan "Terimahkasih."

Pintu di depan nya terbuka. Menampilkan seorang pria yang juga bersetelan jas hanya saja yang berbeda pria di depan nya memiliki bekas luka yang memanjang dari pelipis hingga pipi nya. 

"Bawa dia masuk." Pria yang memiliki bekas luka itu memberi intruksi melalui gerakan kepala nya.

¤¤¤

Seorang pria terlihat duduk di sebuah sofa coklat besar yang membelakangi diri nya. Di depan pria tersebut terdapat kaca satu arah
yang menghadapkan nya langsung dengan lantai dansa dan pengunjung - pengunjung lain nya. Dapat terlihat jelas jika pria di depan nya sedang menatap ke arah luar kaca, yang hanya bisa di lihat oleh nya dari dalam berbeda dengan orang yang di luar.

Marcella melihat ke seluruh arah ruangan dan memastikan jika diri nya berada di dalam ruang VVIP. Diri nya tauh hanya orang khusus yang dapat memakai tempat ini. Hanya saja diri nya tidak tauh siapa orang khusus di depan nya.

Saat diri nya berbalik belakang, menatap pintu yang di jaga oleh pria pemilik bekas luka itu terdengar sebuah suara. "Apa kau tidak di beritauh cara melayani tamu ?"

Spontan dengan cepat Marcella kembali berbalik menatap punggung pria yang masih duduk atas sofa itu. Mengingat kembali status nya malam ini membuat Marcella bergegas berjalan ke arah nya.

Diri nya berdiri tepat di ujung sofa, menatap pria yang memesan nya malam ini, membuat misi nya gagal dan sekarang diri nya harus mencari cara untuk keluar dan kembali menangkap sang target.

Mata nya secara otomatis menajam menatap sang pria. Pria di depan nya terlihat tampan dengan gestur wajah yang terlihat sangat tegas bahkan bibir pria tersebut terlihat tegas dan sangat terkesan jantan.

Secara tiba - tiba bola mata berwarna abu - abu berbingkai bulu mata tebal itu berbalik menatap kedua bola mata cokelat Marcella. Membuat diri nya terpukau sedetik kemudian, melihat warna bola mata yang cukup jarang di temui nya.

"Apa tugasmu di sini hanya untuk menatap mataku ?" suara baraton berbalut celaan itu terdengar membuat Marcella kembali tertarik ke alam sadar nya. Menghindari kontak mata pria di depan nya.

Terjadi keheningan untuk 3 menit membuat Marcella hanya merasakan tatapan mata tajam yang di berikan oleh pria di depan nya.Menilai Marcella dalam diam.

"Duduk disini."Ucap pria tersebut membuka suara nya setelah 3 menit tidak membuka suara nya dan membuat Marcella juga diri nya terjebak dalam keheningan. "Kau bisa pergi, Ricardo."

Marcella melirik melalui ekor mata nya dan menatap pria bekas luka tersebut yang kini diketahui nya bernama Ricardo, menunduk hormat lalu berjalan keluar.

Kembali diri nya membisu bersama pria yang kini memantik rokok nya dengan pemantik putih dan melemparkan kembali pemantik tersebut ke atas meja, setelah diri nya selesai membakar ujung rokok milik nya.

"Seperti nya kau penari yang cukup handal." Marcella hanya diam mendengarkan, sebuah hembusan asap terlihat keluar dari mulut pria tersebut saat pria di depan nya menghembuskan nya keluar.

Tanpa sadar pria yang duduk di samping nya bergerak dengan cepat mendekat ke arah nya lalu meraih dagu Marcella cukup kasar, membuat mata cokelat tersebut kembali bertabrakan dengan mata abu - abu milik nya. "Dan cantik." sambung pria tersebut lalu meniupkan asap rokok ke depan wajah Marcella membuat Marcella spontan menutup kedua mata nya.

Tangan besar dan kasar itu kini menelusuri sisi rahang Marcella lalu naik ke atas pipi nya "Apa kau pekerja baru di sini ?" tanya nya dengan tangan nya yang terus menelusuri sisi wajah perempuan di depan nya yang masih memejamkan mata.  Marcella hanya menganggukan kepala nya. Hingga di rasa nya tangan pria di depan nya akan menyentuh lebih dalam sisi wajah nya yang akan menyentuh daun telinga milik nya. Alat pendengar tersebut masih melekat di telinga kanan milik nya, membuat Marcella spontan membuka kedua bola mata nya dan secara tiba - tiba bersin tepat di depan wajah pria tersebut.

Membuat pria bermata abu - abu itu,membulat kan mata dan spontan menjauh dari Marcella. "Maafkan saya." Ucap Marcella dengan sebelah tangan nya yang menutup mulut nya lalu meraih selembar tissue di depan nya sebelum berbalik membelakangi pria yang terlihat kesal itu. Berpura - pura diri nya sedang menyeka hidung nya.

Dengan lincah diri nya melepas alat yang menghubungkan nya dengan para agen lain yang terlibat misi yang sama dengan nya, menjatuhkan alat tersebut dan menginjak nya dengan cepat sebelum kembali berbalik menatap pria yang duduk di samping nya.

Pria tersebut bahkan kini kembali menjaga jarak dengan diri nya dengan wajah yang terlihat sangat jelas menunjukan diri nya sedang kesal. Mengambil inisiatif Marcella meraih botol kaca yang di isi oleh cairan berwarna kuning, Martin. Mencoba menuangkan pria tersebut minuman ke dalam gelas yang sudah kosong dan kini hanya tersisa es batu yang mulai mencair.

Setidak nya diri nya harus benar - benar bersikap seperti seorang jalang, melayani tamu dengan menuangkan minuman hingga diri nya bisa keluar dari sini. Karena penyamaran nya tidak boleh terbongkar.

Saat diri nya akan menyerahkan gelas tersebut ke arah pria bermata abu - abu itu, secara tiba - tiba lampu di dalam ruangan padam. Di susul dengan suara tembakan di luar pintu.

Mereka datang.




























DIFFERENT SURFACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang