Marcella berjalan tergesa - gesa keluar dari apartemen nya membuat Bunny, kucing milik nya yang sedang berbaring di atas bantal khusus untuk kecing, menatap majikan nya sebentar sebelum kembali melanjutkan diri nya untuk bermalas - malasan.
Sebelah tangan Fania sedang memegang ponsel di telinga kiri nya,berusaha untuk menelfone seseorang di sebelah sana yang masih belum juga di angkat nya pada dering yang ketiga.
Saat Marcella keluar dari apartemen, diri nya melihat seorang pria berjas tengah mengamati nya yang sedang menunggu lift dengan ponsel yang masih menempel. Membuat Marcella berbalik menatap nya melalui ekor mata sebelum tatapan itu berubah menjadi tatapan curiga, mengingat seseorang telah berhasil memasuki apartemen nya dan memasang camera pengintai yang di yakini masih tersisa beberapa lagi. Membuat Marcella merasa curiga.
Saat pria yang berdiri di pintu apartemen tepat di sebelah apartemen milik nya, masih saja menatap nya dengan sigap Marcella membalikan badan nya untuk menangkap basah pria tersebut.
"Hallo ?" Tepat saat itu panggilan yang di lakukan oleh Marcella di terima,membuat Marcella berhenti berbalik dan fokus untuk berbicara.
"Kau di mana ?" tanya Marcella lalu berjalan masuk kedalam lift yang telah terbuka. Saat lagi diri nya berbalik untuk menghadap kedepan, diri nya hanya melihat bagian tubuh samping pria tersebut dengan bekas luka di pipi nya yang sedang berjalan masuk ke dalam apartemen di samping nya, saat seorang wanita telah membukakan nya.
Membuat Marcella hanya berpikir bahwa pria tersebut merupakan seorang pria mata keranjang yang sedang berkunjung di rumah kekasih nya.
"Dudley jangan pulang dulu ke apartemen milik mu. Temui aku di cafe Staring."
'Aku harus membobol beberapa identitas. Dan tidak hanya satu identitas itu ada lima, kau bisa bayangkan ? Lima identitas." Marcella menghembuskan nafas nya saat lagi - lagi mendengar ceramah pria tersebut di ujung telfone nya. "Jadi, jangan menyuruhku lagi. Terakhir kali kau meminta tolong aku harus membobol CCTV milik polisi sebanyak tujuh. Aku--"
"Apartemen ku di bobol oleh seseorang. Mereka masuk dan memasang camera pengintai. Aku sedang di intai." potong Marcella membuat pria di ujung sana spontan berhenti berbicara yang langsung di gantikan oleh beberapa pertanyaan beruntun milik nya "Siapa ? Apa kau baik - baik saja ? Kenapa seseorang mengintai mu ? Kau melakukan kesalahan saat sedang bertugas ? Apa kau terekam saat sedang melakukan sesuatu ? Seperti saat kau berganti ba--"
"Dudley ! Kau selalu panik. Karena itu aku membutuhkan mu ! Jadi temui aku di cafe Staring, ok ? Ok." putus Marcella sendiri lalu lagi - lagi mematikan sambiungan telfone secara sepihak membuat Dudley, pria yang cepat panik itu kembali menelfone nya yang hanya di abaikan oleh nya sendiri.
Saat lift yang di naiki nya telah sampai di lantai bawah, Marcella pun berjalan keluar dari lift bersamaan dengan itu seorang pria bersama 2 orang pria lain nya di belakang, tengah berjalan masuk ke arah lift berbalikan dengan Marcella yang berjalan keluar.
Sesaat Marcella tanpa sengaja menatap manik mata abu - abu yang ternyata juga berbalik menatap manik matas coklat nya, membuat Marcella yang baru keluar dari lift terhenti berjalan.
Kening nya berkerut mencoba mengingat sesuatu yang seperti nya baru saja terpintas melewati memori nya. Hingga ingatan saat diri nya sedang melakukan tugas lapangan beberapa minggu lalu melintas ke dalam benak nya. Pria pemilik luka di pipi dan pria bermata abu - abu itu, orang yang sama saat di temui nya. Pria yang hampir menggagalkan misi mereka.
Spontan secara cepat Marcella kembali berbalik, menahan lift yang akan tertutup sedikit lagi dengan tangan nya, menghentikan nya. Membuat beberapa orasng yang berada di dalam lift menatap nya bingung.
Mata coklat milik Marcella kembali menubruk pemilik mata abu - abu di depan nya yang juga berbalik menatap nya dalam keadaan diam.
Beberapa detik Marcella terus menahan lift di depan nya dengan tangan nya begitu juga mata nya yang tidak lepas menatap pria pemilik mata abu - abu itu. Sesaat Marcella yakin bahwa mata pria di depan nya ini berkilat sebentar saat diri nya menatap nya, tapi kenapa pria bermata abu - abu di depan nya seolah - olah tidak mengenali diri nya bahkan saat Marcella mengenali nya.
"Permisi nona ? Apa anda akan naik ?" Marcella memutuskan kontak mata nya saat seorang pria tersenyum sopan ke arah nya dengan melontarkan pertanyaan.
"Maafkan saya. Saya pikir saya menjatuhkan kunci mobil saya di dalam lift, ternyata saya salah. Maaf kan saya telah menahan anda." Ucap Marcella dengan sopan sembari melepas tangan nya dari lift.
Bahkan saat lift di depan nya akan menutup, Marcella kembali hanya menatap manik mata abu - abu di depan nya hingga menghilang di balik pintu lift yang tertutup.
Apa dia benar - benar tidak mengenali ku ?
¤¤¤
Marcella mendongak dari ponsel nya saat mendengar suara keras yang di sebabkan oleh sebuah tas yang mendarat tepat di meja depan nya.
Dudley. Pria itu terlihat sangat kelelahan dengan nafas nya yang tidak beraturan begitu juga dengan kancing kemeja nya yang telah terbuka 2 kancing dan rambut cokelat milik nya yang sangat berantakan.
"Apa kau berlari ke sini ?" tanya Marcella sembari menyodorkan gelas berisi jus orange di depan nya ke arah Dudley yang sedang mengipasi diri nya sendiri melalui kemeja yang di pakai nya, padahal suhu di dalam cafe tersebut tentu saja jauh lebih dingin di banding udara panas di luar karena AC yang di nyalakan.
Dudley mengambil gelas yang di berikan Marcella kepada nya sebelum meneguk nya hingga habis dan kembali membanting nya ke atas meja, membuat Marcella melirik sekitar nya. "Jangan membanting apapun. Kendalikan dirimu."
Mendengar penuturan perempuan di depan nya membuat Dudley berdengus sebelum kembali mendekatkan wajah nya ke arah Marcella yang duduk di depan nya dan hanya di batasi oleh meja yang berada di tengah mereka. "Apa yang terjadi dengan apartemen mu ? Kau tauh siapa yang sedang mengintai mu ? Perlu aku tingkatkan keamanan kode di apartemen milik mu ?"
"Tidak perlu. Lagipula orang tersebut sudah masuk dan menaruh camera yang lain nya. Aku yakin itu."
Mendengar penuturan Marcella membuat pria di depan nya membulatkan mata nya, keadaan panik kembali melanda nya. "Tidak hanya satu ? Ada banyak ? Apa kau pikir orang tersebut tidak akan menaruh di kamar mu atau bahkan di kamar mandi milik mu ?!"
Marcella lagi - lagi menghela nafas nya melihat pria di depan nya kembali panik. "Aku tidak tauh. Tapi, mengingat seseorang mengawasi ku itu cukup membuat ku waspada." Dirinya menarik keluar benda bulat atau camera kecil yang kemarin di dapat nya lalu menyerahkan nya ke arah Dudley.
Dudley mengamati benda kecil tebal berbentuk bulat dan berwarna hitam itu dengan seksama sebelum kembali mendongak menatap mata coklat perempuan di depan nya "ini SQ6 mini surveillance. Teknologi nya sudah tinggi dengan meningkat nya self security, sehingga kita tidak dapat melacak dari mana camera ini berasal atau terhubung kemana." Kemudian Dudley membelah kamera tersebut menjadi 2 bagian lalu menunjukan nya ke arah perempuan bermata coklat di depan nya yang masih saja diam memperhatikan. "Kau lihat ini bukan ?" tunjuk Dudley ke arah kabel - kabel kecil berwarna warni yang telah terputus "Tidak ada kartu memori atau apapun yang dapat kita gunakan untuk melacak."
Dudley menghela nafas nya dalam saat masih saja tidak mendapat respon dari Marcella yang masih terus menatap camera tersebut.
"Jadi apa yang akan kau lakukan ? Apakah kau tidak mencurigai seseorang ? Orang yang menaruh camera ini pasti mengenalmu." Pertanyaan itu mampu membuat Marcella mendongak lalu menatap Dudley dengan serius membuat pria di depan nya maju mendekat.
"Kau tauh Dudley pria yang hampir menggagalkan rencana kita di club viiuw karena memesan ku, aku bertemu dengan nya pagi ini. The gray-eyed man."
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT SURFACE
RomanceMarcella seorang agen Intellegence rahasia yang bertugas langsung ke dalam lapangan untuk menyelesaikan tugas yang di berikan oleh 'Negara' nya. Vienna, Austria. Kali ini diri nya mendapat sebuah tugas sederhana. Diri nya hanya harus menarik perhati...