Prolog

17.4K 753 5
                                    

06.00 p.m
Vienna, Austria.

Seorang perempuan tengah berdiri di depan sebuah pintu berwarna hitam membuat rambut panjang cokelat gelap nya menjuntai bebas. Dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada dan kedua kaki jenjang berbalut jeans hitam ketat tengah mengetuk - ngetukan high heels nya di lantai marmer membut sebuah suara 'Tuk Tuk Tuk' terdengar.

Merasa permen karet yang di kunyah nya kini tidak memiliki rasa lagi dan telah berubah warna menjadi putih, membuat nya memasukan jari jempol juga telunjuk nya yang di poles warna merah ke dalam mulut nya sebelum menarik keluar permen karet tersebut dan melengokan kepala nya ke sebalah kiri saat sebuah langkah kaki terdengar mendekat ke arah nya.

Terlihat seorang pria berkemeja putih dengan beberapa tumpukan kertas di tangan nya tengah berjalan ragu - ragu saat melihat nya. Membuat perempuan tersebut membentuk sebuah senyuman manis yang melengkung di sudut bibir nya. "Mendekatlah."

Sesaat terlihat jelas di raut wajah pria tersebut sebuah kegugupan juga sebuah rasa takut saat perempuan yang terkenal karena kemampuan juga kecantikan nya itu memanggil nya mendekat.

"Kau punya tissue ?" Suara yang di keluarkan nya terdengar lembut, halus, menggoda, dan berbahaya.

Saat melihat pria yang di tanyai nya menggelengkan kepala nya perempuan tersebut berjalan mendekat lalu menarik dan melilitkan jari lentik nya di dasi pria tersebut dengan mata cokelat pekat nya yang tidak berhenti menatap mata pria di depan nya, menggoda.

"Kau keberatan aku menempelkan permen karetku di dasi milik mu ? Kau tauh di sini tidak di letakan tempat sampah."

Dan saat pria di depan nya mengangguk, tanpa menunggu lagi diri nya menempelken permen karet tersebut di balik dasi nya "Thank's."

Bersamaan dengan sebuah pintu di depan nya yang berderit terbuka, tanpa menoleh lagi diri nya berjalan masuk ke dalam ruangan tersebut meninggalkan pria yang kini masih menatap nya pergi dengan jantung yang berdebar juga wajah yang berdesir merah.

¤¤¤

"Itu tugas yang mudah. Ada alasan khusus yang membuatku harus melakukan nya ?" kalimat itu terdengar datar dengan nada meremehkan yang keluar dari bibir merah nya membuat pria yang duduk di depan nya memutar kursi, yang awal menghadap ke luar kaca besar membelakangi nya.

Pria tampan di depan nya tersenyum manis menampilkan deretan gigi putih nya dengan kedua tangan yang kini bertumpu di atas meja seakan membentuk huruf A. Menatap perempuan yang dengan berani menatap kedua bola mata hijau nya.

Mr.Hans adalah mentor dari Marcella perempuan yang menjadi seorang agen rahasia handal dan selelalu mendapat misi kelas A. Yang tak lain perempuan yang sedang duduk dengan tenang di temani segelas teh hangat berbau melati, di depan atasan nya sekaligus mantan mentor berbakat nya yang mengajari nya selama 3 tahun di akademik.

"Kau menjadi sombong Nona Jovanka. Apa sekarang kau tidak mau menerima misi kelas B ?"

Mendengar marga keluarga nya di sebut membuat Marcella melayangkan tatapan sengit nya. "Aku sibuk. Jadi--"

"Ok. Aku mengerti. Kau harus pulang dan memberi makan si Bunny. Bukan ?" Ucapan Marcella terputus saat Hans tertawa mendengar nada ketus yang di keluarkan oleh perempuan di depan nya.

"Ya." Jawab Marcella membuat atasan nya tersebut langsung merubah raut wajah nya menjadi serius. Tidak ada lagi senyum menggoda yang tersungging di wajah tampan nya.

"Mrs.Hettlen sedang mempersiapkan kelahiran bayi nya yang akan tiba dua minggu lagi dan Mrs.Dredly mengambil cuti untuk mempersiapkan pernikahan nya." Kalimat itu terintrupsi saat Hans mengangkat gelas nya untuk menyeruput kopi nya yang mulai dingin.

Membuat seluruh indra pencecap dalam mulut nya merasakan pahit yang menyebar hingga mengernyit kan dahi nya sebelum kembali menatap Marcella yang menatap nya dengan pandangan mulai bosan.

"Jadi, kami memilihmu untuk melakukan misi ini.Lagipula ini tugas yang mudah." tutup Hans membuat Marcella mengulum kedua bibir nya bersiap mengajukan pertanyaan yang mengganggu nya.

"Jika ini memang tugas yang mudah kenapa kau tidak memberikan nya kepada agent tingkat pertama ?"

"Listen to me Mrs, Jovanka. Bukan berarti karena tugas ini mudah tidak akan ada kesalahan yang harus di hindari." Suara Hans mulai sedikit mengeras membuat Marcella menarik kedua pipi nya ke dalam. Berpikir.

"Apa ada seseorang yang harus di hindari di dalam club itu ?"

Tembak Marcella membuat Hans sedikit memdesah dan mengangguk.

"Ya. Dan itu misi yang berbeda."





DIFFERENT SURFACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang