6~Different Surface

7.9K 470 32
                                    

Setelah menyelesaikan sesi berdiskusi nya dengan Dudley yang tidak menghasilkan apapun, Marcella memutuskan untuk langsung kembali ke apartemen milik nya.

Pria bermata abu - abu itu terus membayangi pikiran nya, apalagi saat Dudley terus saja membuat spekulasi bahwa pria tersebut mengingat nya dan otak nya yang terus berusaha memperingati diri nya sendiri.

Lalu kenapa pria tersebut bertindak seolah - olah tidak mengenal nya di pertemuan tidak sengaja pagi tadi ?

Saat dentingan lift di depan nya berbunyi pertanda bahwa dirinya telah tiba di lantai apartemen nya, dengan gusar Marcella melangkah keluar.

Sesaat dirinya berhenti berjalan saat melihat perempuan yang di ketahui nya sebagai tetangga nya itu tengah sibuk dengan beberapa barang - barang yang telah di bungkus oleh plastik. Membuat nya menatap bingung perempuan yang masih belum menyadari keberadaan nya itu.
"Permisi." sapa Marcella dengan kedua bola mata cokelat nya yang masih menelusuri seluruh barang - barang milik perempuan di samping nya, hingga 3 orang pria datang dan mengangkut nya. "Ya ?" mendengar sapaan nya di respon membuat Marcella berbalik menatap perempuan berambut sebahu tersebut " Saya tetangga sebelah anda, jika boleh tau apa anda akan berpergian ?"

Perempuan di depan nya terlihat menatap nya sedikit bingung karena pertanyaan yang di ajukan nya seolah mereka tetangga yang cukup dekat, Padahal mereka bahkan sangat jarang dalam bertegur sapa. Hingga perempuan tersebut kembali tersenyum mencoba bersikap ramah.
"Tidak. Saya akan pindah. Seseorang menawari saya untuk menjual apartemen saya dengan harga fantastis."

Mendengar hal tersebut membuat rasa penasaran Marcella tiba - tiba memuncak. Apa pria pemilik bekas luka tersebut yang membeli apartemen milik perempuan ini ?

"Siapa yang akan membeli nya ?" kali ini kerutan di dahi tetangga perempuan nya kembali dan semakin dalam "Seorang pria." jawab nya acuh sebelum kembali mengurusi barang - barang milik nya.

Mendengar jawaban acuh yang sepertinya tidak akan membeberkan lebih dari itu, membuat Marcella dengan segera menyingkir meninggalkan perempuan tersebut yang kembali sibuk dengan barang - barang nya.

®®®

Marcella terbangun dari tidur nya tepat pada jam 20.00 p.m, memang setiba nya Marcella apartemen dirinya kembali sibuk dengan kamera CCTV yang di yakini nya masih ada beberapa yang mengintai nya itu  tetapi sial nya setelah mencari selama 3 jam lebih dirinya tidak menemukan  kamera - kamera lain nya.

Rasa gerah yang di rasanya saat terbangun dari tidur nya dengan pakaian yang masih sama saat di pakai nya untuk bertemu dengan Dudley siang tadi, membuat Marcella bergegas bangun dari ranjang nya dan segera berjalan kedalam kamar mandi untuk menyegarkan tubuh nya dengan air hangat dan sedikit memiliki waktu berendam untuk menenangkan otak nya yang dari pagi ini di paksa nya berfikir.

25 menit dirinya telah berendam dalam air hangat dengan aroma terapi berbauh bunga teratai yang di tuangkan nya, tiba - tiba saja suara keras terdengar dari arah luar kamar nya membuat Marcella spontan membuka matanya dan dengan segera menyudahi waktu berendam nya.

Ditarik nya bathrobe putih yang tergantung di sebelah nya lalu di pakainya dengan cepat, sebelum berjalan keluar dari kamar mandi yang menghubungkan nya langsung dengan kamar milik nya, lalu segera berjalan ke salah satu laci kecil yang terdapat di sampimg lemarinya, untuk membuka nya dan menemukan satu buah pistol hitam yang di sediakan nya hanya untuk berjaga - jaga.

Melangkah keluar dari kamar nya dengan pelan dan penuh dengan kewaspadaan membuat air yang menetas jatuh ke bawah lantai dari rambut basah nya itu jauh lebih terdengar setiap tetesan nya, karena keadaan yang sunyi.

Setelah memastikan dapurnya tidak ada apa - apa dirinya berlanjut ke ruang tamu dan masih sama dengan dapur, Marcella pun tidak menemukan apa - apa.

Membuat Marcella perlahan - lahan menurunkan senjata nya yang awalnya di acungkan nya itu. Hingga pada saat Marcella masih memeriksa sekitar nya, tatapan nya terjatuh pada pintu apartemen milik mya yang terlihat sedikit terbuka itu membuat dirinya perlahan - lahan kembali berjalan mendekati pintu tetapi,kali ini dengan senjata yang di sembunyikan nya di balik bathrobe dan akan segera menarik nya keluar jika benar - benar ada seseorang yang menyusup masuk.

"Meong..." suara dari kucing peliharaan nya terdengar dari arah pintu luar apartemenya, membuat Marcella semakin melangkah mendekat dengan berhati - hati. Lalu mulai mendorong pintu nya dengan lebih lebar bersamaan dengan sebelah tangan nya yang berada di dalam bathrobe, menggenggam pistol tersebut.

Marcella hampir saja menarik keluar pistolnya lalu menembak nya ke seorang pria yang sedang berdiri tepat di depan pintu nya dengan kucing nya yang sedang menikmati elusan dari tangan pria tersebut, membuat nya berkali - kali mengeluarkan suara erangan tanda menikmati.

"Nice to meet you again," Pria bermata abu - abu yang masih saja mengelus kucing milik Marcella dengan kedua bola mata abu - abu nya yang menghunus tajam membuka suara nya. "Marcella."

Dan saat mendengar pria yang tidak di ketahui nya identitas itu mengetahui nama nya dengan cepat Marcella menarik keluar pistol nya dan menodongkan nya tepat ke arah dahi pria yang masih saja menatap nya dengan senyum yang tidak sampai kemata nya.

"Siapa kau ?"

Kucing yang awalnya berada di tangan pria tersebut spontan meloncat turun dan kembali masuk kedalam apartemen milik Marcella saat mengetahui suasana yang berubah. "Ssst.. Kau membuat kucingmu marasa terancam. Calm down. Because I won't make you feel threatened like you did to your cat."








DIFFERENT SURFACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang