Meringis, Karina bangkit dari ketidak sadarannya saat pukul sembilan. Saat ini dia berada di UKS. Dia duduk di kasur putih dan terlihat linglung. Dia melihat ke sekeliling, namun tidak menemukan siapa pun. Hatinya bertanya-tanya, siapa yang sudah membawanya ke UKS?
Sempat terlintas di pikirannya bahwa Daniel lah yang melakukannya. Namun, dengan cepat Karina menggeleng membuang pikiran tersebut. Dia tidak ingin terlalu banyak berharap lagi yang pada akhirnya akan membuatnya terluka.
Karina menolehkan pandangannya ke arah nakas, ada segelas air, roti, dan obat. Lalu, di sampingnya ada selembar kertas yang bertuliskan 'Kalau udah sadar, tuh obat harus diminum! Jangan ngeyel!". Dia mengerutkan kening, penasaran. Dia tidak bisa menebak siapa orang yang berada dibaliknya. Perkataannya mirip seperti Austin, jenis perhatian yang menuntut. Namun, Karina tidak yakin karena kenyataannya Austin berada di Bogor saat ini.
Tanpa pikir panjang, Karina memakan roti tersebut dan meminum obat yang telah disediakan. Dia duduk sebentar sebelum memutuskan untuk keluar dari UKS. Karina mengambil tasnya yang disangkutkan di paku yang ada di dinding. Dia berjalan keluar UKS dengan kondisi tubuh yang sudah mulai stabil, namun masih terlihat lemah karena wajahnya yang terlihat lesu.
Karina memutuskan untuk pergi ke kantin daripada ke kelas ikut belajar, karena jam istirahat tidak lama lagi akan berbunyi. Saat tiba di sana, suasana kantin masih sepi. Hanya ada dirinya dan penjual kantin. Dia memilih sebuah meja yang dekat dengan kasir setelah memesan semangkok bakso dan segelas air putih.
Saat hampir selesai makan, siswa-siswi mulai berhamburan mengisi wilayah kantin dan saling berdesakan untuk memesan makanan. Karina terlihat tidak peduli dan terus membungkuk memakan baksonya, hingga dia merasakan kehadiran seseorang di sampingnya, dia menoleh dan mendapati wajah khawatir Daniel.
"Kamu udah baikan?" tanya Daniel memulai obrolan. "Aku denger dari siswa lain, kalau kamu tadi pingsan."
Karina terhenyak, jika pertanyaan Daniel sudah seperti itu, sudah pasti bukan Daniel yang membawanya ke UKS. Lalu siapa? tanyanya dalam hati.
Karina mengacuhkan Daniel dan tidak memandangnya lagi hingga dia selesai dengan aktivitas makannnya. Daniel terlihat bingung menghadapi sikap Karina yang seperti tidak menganggapnya ada.
"Karina, aku nanya, kenapa nggak dijawab?" protes Daniel sedikit kesal karena diabaikan.
Karina menyapu bibirnya menggunakan tisu dengan acuh. "Aku baik-baik aja."
"Masa? Coba aku cek," kata Daniel kemudian mengulurkan tangannya hendak menyentuh kening Karina. Namun, dengan sigap Karina menangkis tangan Daniel.
Daniel tercengang memandangi tangannya dan Karina secara bergantian. Baru kali ini Karina berani menunjukan penolakan yang begitu kasar padanya. Selama ini, Karina selalu menerima perhatiannya dengan baik.
"Kenapa baru peduli sekarang?" tanya Karina tanpa ekspresi, tanpa emosi. "Kemarin kamu ke mana aja?"
"Aku sibuk," jawab Daniel menyesal dan menarik tangannya ke sisi tubuhnya lagi.
"Tapi, syukurlah kalau kamu udah baik-baik aja.""Sibuk? Tapi kenapa kamu bersikap seolah nggak melihat aku?" tanya Karina menuntut penjelasan. "Kamu bahkan nggak nanya gimana caranya aku pulang kemarin. Kamu melintas gitu aja, kamu nggak peduli!"
"Bukannya nggak peduli, Aku punya urusan lain dan buru-buru. Aku kira kamu udah ngerti."
Karina tersenyum masam. "Nggak ada orang yang benar-benar sibuk, hanya tergantung apakah aku prioritas kamu atau bukan. Tapi sekarang, aku udah tahu apa jawabannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Relationship or Friendship? (RoF)- Complete
Teen FictionAustin dan Karina bersahabat sejak kecil karena mereka bertetangga. Kedekatan itu membuat Karina hanya berteman dengan Austin, begitu pun sebaliknya. Laki-laki berambut pirang itu sangat menyayangi Karina. Saat mereka baru kelas 12 SMA, Daniel seo...