6 bulan kemudian...
Karina menghela nafas berulang kali sambil berdiri di depan cerminnya. Dia sudah siap untuk berangkat ke bandara. Di luar Austin telah menunggu dengan mobilnya. Sebenarnya, Karina sepenuhnya tidak siap. Tapi, dia harus siap bagaimana pun juga, karena inilah waktunya.
Dengan langkah gontai, dia berjalan keluar dari kamarnya. Di depan rumah, ada Arum yang sudah menunggunya.
Arum mengecup dahi Karina. "Titip salam ya buat Daniel dan juga keluarganya. Semoga dia selamat sampai tujuan dan selalu sehat di sana."
Karina mengangguk tanpa semangat. Wajahnya juga sedikit ditekuk. Kemudian, dengan wajah yang masih murung, dia menghampiri Austin. Arum hanya bisa menghela nafas panjang melihat putri tunggalnya seperti itu. Ekspresinya lebih mirip seperti ingin menghadiri pemakaman sang kekasih.
"Kami berangkat dulu,Tan," izin Austin kepada Arum.
"Iya! Hati-hati!" seru Arum.
Austin menatap Karina. "Ayo!"
Karina mengikuti Austin masuk ke dalam mobil tanpa mengatakan apapun. Mood-nya sangat tidak bagus sekarang. Saat Austin fokus mengemudi, dia sibuk menatap keluar kaca mobil. Hingga notifikasi dari ponselnya membuyarkan lamunannya. Dia segera memeriksanya dan membaca satu pesan dari Daniel.
13:20
Kamu sudah otw? Satu jam lagi pesawatnya berangkat.Karina membalasnya hanya dengan kata 'Ya'. Setelahnya, dia kembali menatap keluar kaca mobil. Austin sempat sesekali meliriknya, tapi dia tidak mengatakan apapun.
Setengah jam kemudian,mereka pun tiba di bandara dan langsung menuju lobi tunggu. Di sana sudah ada Daniel, Eka, Meisa, dan Bram. Daniel segera berdiri saat melihat Karina dan Austin yang membuntut dari kejauhan hingga berada di depannya.
"Kamu belum makan?" tanya Daniel cemas.
"Udah. Kenapa?" tanya Karina heran.
"Itu mukanya kayak orang yang belum makan aja," jawab Daniel tersenyum menggoda.
Spontan, Karina meninju perut Daniel sambil menahan senyumnya. Daniel memang selalu bisa membuat suasana hatinya menjadi lebih baik. Karina sudah membuktikannya selama setahun terakhir ini.
Karina memandangi Meisa dan Bram secara bergantian. "Om, Tante,"
Bram tersenyum sebagai balasan dari sapaan Karina.
Ini bukan yang pertama kalinya Karina bertemu Bram. Sebulan setelah acara makan-makan di rumah Daniel, Karina kembali di bawa ke rumah untuk yang kedua kalinya. Saat itulah Karina bertemu dengan Bram untuk pertama kalinya. Ternyata Bram sama ramahnya dengan Meisa. Beruntung sekali rasanya bagi Karina. Dia jadi tidak perlu merasa canggung. Dia dan Bram sempat membicarakan beberapa hal tentang pendidikan.
"Hai,Karina. Ngomong-ngomong, yang di belakang nggak mau di kenalin?" singgung Meisa mengangguk ke arah Austin.
Karina melirik Austin yang ada di belakangnya sejak tadi dan memberinya cengiran. "Maaf. Gue hampir lupa kalau lo ada di sini."
"Lo emang lupa," sahut Austin tanpa ekspresi.
Daniel melirik Austin sekilas sebelum memandangi orangtuanya. "Dia Austin, Bu. Sahabat Karina sekaligus tetangganya."
Membulat mulut Meisa, sedangkan Bram hanya mengangguk.
"Kalian satu SMA?" tanya Meisa.
"Iya,Bu. Satu angkatan juga," jawab Daniel.
Karina menyikut Austin yang sejak tadi hanya diam.
"Salam kenal, Om dan Tante," kata Austin dingin pada akhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Relationship or Friendship? (RoF)- Complete
Novela JuvenilAustin dan Karina bersahabat sejak kecil karena mereka bertetangga. Kedekatan itu membuat Karina hanya berteman dengan Austin, begitu pun sebaliknya. Laki-laki berambut pirang itu sangat menyayangi Karina. Saat mereka baru kelas 12 SMA, Daniel seo...