43. Menunggu

3.9K 198 7
                                    

Sesekali Karina tersenyum. Saat ini dia sedang berada di taman perpustakaan  kampus UI sambil memainkan laptopnya, membalas e-mail dari Daniel. Dia hanya sendirian, tanpa Austin. Sahabatnya itu sedang ada kelas saat ini.

Ini adalah pertama kalinya Daniel mengiriminya e-mail setelah tiga bulan sejak kepergiannya. Dengan sabar, Karina terus menunggu. Untungnya, tugas kuliah kadang selalu berhasil membuatnya melupakan masalah Daniel untuk sejenak. Selain itu, kehadiran Austin juga sangat membantu. Akhirnya, hari ini, penantiannya berbuah manis. Daniel sudah menjelaskan padanya perihal keterlambatannya mengabari Karina. Alasannya, karena dia cukup sibuk di sana.

From: Daniel 10:26
Di sana, banyak enggak cowok yang lebih ganteng dari aku?

To: Daniel 10:27
Ada. Karena di atas langit masih ada langit. Btw, di sana, pasti banyak pelajar dari berbagai negara,kan?

From: Daniel 10:28
Jadi benar dugaan aku. Kamu main mata di sana.
Itu udah pasti. Selama dua bulan mulai kuliah di sini, aku udah kenal sama orang India, Belanda, Malaysia. Sebenarnya banyak sih. Tapi, sama mereka yang paling akrab.

To: Daniel 10:29
Aku enggak main mata. Mata aku enggak sengaja aja ngeliat cowok-cowok ganteng di sini.
Cowok atau cewek?

From: Daniel 10:31
Oke, karena kamu punya mata, aku maklumin itu.
Yang dari Belanda cewek. Tapi tenang, sayang. Aku tetep setia kok. Sesibuk-sibuknya aku , sibuknya aku juga bukan sibuk yang bikin aku lupa sama kamu. Aku inget, bahwa jauh di sana, ada seorang cewek manis yang selalu setia nungguin aku :)

Karina spontan terkekeh. Betapa rindunya dia dengan Daniel. Apalagi setiap kata-kata recehnya yang selalu bisa membuat hatinya melambung tinggi.

To: Daniel 10:33
Aku berharap ini enggak cuman gombalan receh kamu doang.

From: Daniel 10:36
Aku heran. Aku ngomong apa adanya tetap dibilang gombal.
Lupain. Aku mau ada urusan nih. Aku tinggal,ya! Mungkin, seminggu lagi baru bisa ngehubungin kamu.
Pesan aku, jaga diri kamu baik-baik, jaga kesehatan, jaga mata dan kalau perlu dipagarin kayak gigi  kids zaman now,hehe. Terakhir, jangan sampai jatuh cinta sama Austin.
I love You, Karina.

To: Daniel 10:37
Oke. Aku akan usahain semua itu.
I love You too, Daniel :)

Menghela nafas, Karina menutup laptopnya setelah mengirimkan e-mail terakhir untuk Daniel. Secara harfiah, dia menoleh ke kanan. Betapa terkejutnya dia karena mendapati Austin sudah duduk di sebelahnya sambil memainkan ponsel entah sejak kapan.

"Austin!" geram Karina. "Sejak kapan lo ada di sini?"

Austin menyimpan ponselnya ke dalam saku celana. "Pertanyaan yang enggak penting."

"Tapi, lo ngagetin gue!"

"Perasaan gue diem aja dari tadi."

Karina memutar bola matanya. "Bukannya lo ada kelas?"

"Dosennya enggak bisa masuk. Kabarnya, beliau lagi sakit."

"Oh. Gimana kalau kita makan siang dulu di kantin?" saran Karina seraya memasukkan laptopnya ke dalam tas.

"Oke,lah!" putus Austin dan berdiri. Mereka berjalan bersamaan menuju kantin fakultas kedokteran. Tiba di sana, mereka memilih meja yang kosong dan duduk berseberangan. Kemudian,mereka pun memesan makanan dan minuman masing-masing.

"Daniel akhirnya ngehubungin gue." Karina memulai obrolan.

"Bagus. Jadi, gue enggak perlu lagi ngeliat wajah murung lo yang jelek setiap kali curhat tentang Daniel yang enggak ada kabar," ungkap Austin sedikit jengkel. Dia ingat betul. Selama sebulan terakhir ini, Karina selalu berkeluh-kesah padanya membicarakan tentang Daniel yang tak kunjung berkabar.

Relationship or Friendship? (RoF)- CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang