19. Yang Sebenarnya

5.7K 258 1
                                    

Setelah Austin pulang, kini Daniel hanya sendirian. Pikirannya melayang pada sosok Siska yang sedang berada di dalam dan sedang ditangani dokter.

Mengenal Siska hampir seluruh hidupnya tidak membuatnya benar-benar paham dengan sifat Siska. Ternyata sahabatnya itu pandai bersandiwara dan menyembunyikan perasaannya.

Seandainya terungkap kebenaran bahwa Siska yang melakukan hal tak senonoh yang ditudingkannya pada Karina, tetap saja Daniel tidak bisa marah padanya. Bisakah Dia marah ketika kesehatan Siska sedang seperti ini? Sedangkan sekarang Daniel sudah tahu bahwa dirinya lah yang diinginkan Siska untuk bersamanya di sisa akhir hidupnya. Siska merasa tidak yakin akan bertahan lama.

Kecewa? tentu saja. Jika Siska jujur dari awal tentang perasaannya, pasti sampai sekarang Daniel tidak akan berani mendekati Karina.

Sebenarnya apa mau Siska? Kenapa dia membantunya memberanikan diri mendekati Karina jika sebenarnya dia tidak ikhlas?

Pintu ruangan terbuka bersamaan keluarnya dokter dan suster yang menangani Siska.

Daniel berdiri, "Bagaimana,Dok?"

"Infusnya sudah kembali terpasang," jelas Dokter.

"Bagaimana dengan kesehatannya?"

"Sebenarnya dia sudah bisa pulang. Hanya saja infusnya harus tetap terpasang sampai beberapa hari ke depan," jelas Dokter lagi.

"Terimakasih, Dok. Boleh saya masuk?" tanya Daniel.

"Silakan," kata Dokter mengizinkan.

Daniel mengangguk sebelum masuk ke dalam ruangan. Saat dia masuk, Siska sedang duduk termenung dengan tatapan kosongnya.

Daniel menutup pintu dan tersenyum saat berjalan menghampiri Siska. Untuk sekarang, Daniel akan berusaha bersikap seolah tidak tahu apapun.

"Gimana keadaan lo?" tanya Daniel dan duduk di kursi.

"Gue baik-baik. Mereka udah pulang?" tanya Siska.

"Udah," jawab Daniel. "Meskipun masalah ini belum kelar."

"Maaf. Pasti berat buat lo."

Daniel menatap Siska dengan tatapan yang sulit diartikan. Entah kenapa, Daniel mulai merasa muak dengan Siska. Sekarang apa bedanya Siska dengan orang yang munafik? Tentu saja Daniel tahu bahwa Siska sedang bersandiwara. Tidak ada kesedihan yang terpancar dari mata dan wajah Siska. Dia terlihat biasa saja saat mengucapkan kata maaf-nya. Seandainya Siska sedang tidak sakit, maka Daniel akan langsung menuntut penjelasannya.

"Gue sekarang ngerasa bersalah."

"Kenapa?" tanya Siska cepat.

"Perkataan gue tadi. Lo tahu kan kalau gue nggak pernah ngehina orang kayak gitu."

Siska terdiam dan membuang muka. Setelah apa yang terjadi hari ini, ternyata Daniel masih peduli pada Karina.

"Siska..."

Siska menoleh, "Ya?"

Daniel terdiam sejenak sebelum menyatakan, "Gue akan mutusin hubungan gue sama Karina."

Suatu respon yang tidak Daniel harapkan muncul menghiasi wajah Siska. Siska hampir tersenyum. Namun, karena sadar situasi dan kondisi, Siska segera menahannya. Daniel sadar itu. Meskipun dia bukan Ahli Psikolog atau seseorang yang bisa membaca mimik wajah orang lain, tapi dia tahu jika sekarang Siska sedang berusaha menutupi kegembiraannya. Sekarang, Daniel baru tahu betapa liciknya sahabatnya itu.

"Kenapa?"

"Gue kecewa sama dia. Dia pandai dalam hal nyembunyiin perasaan dia. Ternyata dia itu luarnya aja yang keliatan manis," jawab Daniel.

Relationship or Friendship? (RoF)- CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang