17. Tragedi

5.9K 268 6
                                    

Hanya dua detik setelah bel berbunyi, kelas yang awalnya senyap berubah berisik. Tanpa disuruh, semua siswa-siswi menutup buku masing-masing dan memasukannya kedalam tas. Seperti yang terjadi di kelas Karina saat ini.

"Jadi ke rumah sakit nggak hari ini?" tanya Austin seraya memasukan buku ke dalam tas.

Karina mengangguk, "Gue udah bilang sama Daniel."

"Lo ikut dia atau nebeng di gue?"

"Lo. Soalnya Daniel bakal bertahan di sana. Nggak pulang ke rumah."

Austin menghela nafas. Entahlah, Austin mulai merasa jengah dengan sikap Daniel. Apalagi mendengar tentang keterlambatan Daniel datang ke acara kemarin. Karina tadi pagi sempat curhat padanya sebelum berangkat sekolah. Karena menceritakan hal tersebut, mood Karina benar-benar tidak bagus. Namun, saat di sekolah, suasana hatinya berangsur membaik karena setiap kali orang menemuinya, orang-orang selalu mengucapkan selamat padanya atas kemenangannya di perlombaan. Karina tidak pernah merasa begitu dihargai sebelumnya karena dia memang baru sekali ini mengharumkan nama sekolahnya.

Austin dan Karina berjalan bersamaan ke area parkir dan bertemu Daniel di sana.

"Ke rumah sakit bokap gue,kan?" tanya Austin memastikan.

Daniel mengangguk dan menatap Karina, "Kamu ikut mobil aku aja ya?"

Karina terlihat bingung, "Eee.."

"Udah, ikut Daniel aja! Biar gue nggak ada beban!" potong Austin cepat dan berjalan ke tempat motornya berada.

Karina akhirnya pasrah dan satu mobil dengan Daniel. Saat di perjalanan, Karina menawarkan diri untuk membelikan Siska buah-buahan. Namun, Daniel menolaknya karena Siska tidak menyukai buah.

"Buah itu kan bagus buat penderita kanker?" heran Karina.

"Aku juga nggak tahu apa alasan kenapa dia nggak suka."

Karina mengangguk-nganggukan kepalanya dan tidak mendebatnya lagi. Selanjutnya perjalanan hanya diliputi keheningan. Karina hanya menatap keluar jendela sesekali melihat Austin yang sedang membututi mereka di belakang dari kaca spion. Sementara Daniel, dia hanya fokus menyetir. Perbedaan yang sangat kentara jika dibanding saat Karina bersama Austin.

Sampai di rumah sakit, Daniel langsung membawa mereka ke ruangan di mana Siska dirawat. Ruangan VVIP yang begitu nyaman dengan dinding berwarna abu-abu. Ruangan itu juga dilengkapi dengan fasilitas seperti tv dan sofa. Orangtua Siska jika jam seperti sekarang ini sedang sibuk bekerja. Kalau ada sesuatu yang dibutuhkan, Siska hanya perlu menekan tombol darurat sehingga suster yang merawatnya akan segera datang. Jadi, saat mereka masuk, Siska hanya sendirian di sana menunggu kedatangan tamunya.

Siska tersenyum cerah, "Makasih udah mau datang ke sini."

Karina tersenyum di belakang Daniel. sedangkan Austin, dia berdiri tepat di belakang Karina dengan wajah datarnya yang artinya dia berada di ujung ranjang Siska.

"Maaf kita nggak bawa apa-apa," kata Karina penuh penyesalan.

Siska mengangguk maklum. "Gue juga nggak mau apa-apa kok."

Daniel merasa lega melihat keakraban kekasih dan sahabatnya itu. Setidaknya, dia tidak perlu khawatir kalau-kalau mereka akan saling memberikan tatapan tajam.

"Gue nunggu di luar aja," pamit Austin pergi keluar ruangan tanpa menunggu persetujuan.

Karina memutar bola matanya melihat kelakuan Austin. Laki-laki itu sama sekali tidak pernah berusaha berempati kepada orang lain.

"Apa dia selalu kayak gitu?" tanya Daniel melirik kepergian Austin.

"Nggak juga. Dia emang gitu, tipe yang nggak mudah bergaul." jawab Karina menjelaskan. Dalam hati dia merasa benar-benar tidak nyaman. Kenapa Austin tidak bertahan saja di sini? di ruangan itu kan ada sofa. Dia bisa duduk di sana jika dia lelah berdiri. Austin bahkan pergi tanpa mengucapkan apapun pada Siska yang sedang sakit.

Relationship or Friendship? (RoF)- CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang