Darkness - 06

1.3K 57 4
                                    

I'm your nightmare, babygirl.

•••

Mereka jalan bersama. Dia masih diam. Mereka tertawa bersama. Dia masih berusaha untuk tetap diam. Usahanya untuk menahan gejolak yang menyerang hatinya. Dia berusaha untuk tetap sabar menanti ending drama picisan diantara mereka berdua. Ia sudah berusaha.

Tapi, disaat bibir kotor itu berani menyentuhkan bibirnya pada gadis yang selama ini ia cintai. Kesabarannya sudah habis. Ini sudah keterlaluan dan dia sudah mencapai batasnya.

Huang Zi Tao tahu tindakannya ini sudah keterlaluan. Dia tahu, gadis didepannya ini bukan lagi miliknya. Namanya Kim Chanmi. Dia adalah mantan kekasihnya.

Jadi, apa haknya untuk cemburu atas apa yang telah mereka lakukan? Tidak, seharusnya ia tak boleh menyimpan rasa ini di hatinya.

Dua minggu yang lalu, Chanmi memutuskan hubungan mereka secara sepihak melalui pesan singkat. Tentu saja tindakan Chanmi ini benar-benar membuat Tao bingung setengah mati atas apa yang telah terjadi. Berkali-kali Tao berusaha menghubunginya dan mengunjungi kediaman Chanmi. Tapi, hasilnya nihil. Chanmi sama sekali tak mau bertemu dengannya.

Dan sekarang, ia kembali bertemu dengan gadis itu. Seharusnya, Tao senang. Ia ingin meminta maaf atas segala kesalahan yang mungkin tanpa sadar ia perbuat dan meminta Chanmi untuk memulai semuanya dari awal. Antara dirinya dan Chanmi. Tapi, semuanya pupus saat ia melihat kemesraan Chanmi bersama pria lain.

"Astaga, Ten! Kau nakal sekali ya!"

Rahang pria bermata panda itu kian mengeras seiring waktu. Melihat gadisnya yang bisa-bisanya tertawa lepas hanya karena pelukan pria yang dia panggil dengan sebutan 'Ten'.

Kenapa Chanmi bisa dengan mudah melupakan semuanya? Melupakan semua kenangan yang telah mereka buat bersama? Apa tak ada sedikitpun Chanmi memikirkan perasaannya saat ini?

Apa selama ini ... Chanmi tak pernah mencintainya?

Chanmi tak dapat menahan rona merahnya saat Ten tiba-tiba memeluk dari belakang dan mendaratkan ciuman singkat di area bibirnya. Hatinya dilingkupi kebahagiaan. Lengkungan indah tercipta dibibirnya.

Sampai-sampai ia tak menyadari jika malapetaka sebentar lagi akan menghantam mereka berdua.

•••

"Pasti Ten senang melihatnya!" Chanmi tersenyum penuh arti sembari melihat bingkisan kecil yang ia bawa. Hadiah darinya sekaligus hadiah ulang tahun Ten jatuh tepat pada hari ini.

Chanmi terkekeh pelan, ia tak sabar untuk bertemu dengan Ten sekarang.

"Huh?"

Chanmi, gadis itu bingung setengah mati saat melihat beberapa petugas keamanan tengah berjaga-jaga sembari memasang garis pembatas, suara sirine yang memekakkan telinga dan orang-orang tampak ramai berkumpul di area perumahan yang Chanmi ketahui adalah tempat tinggal kekasihnya.

Sebenarnya, apa yang telah terjadi disini?

"Ten, anakku!"

'Ten? Dia meneriakkan nama Ten? Apa ia tak salah dengar? Tidak-tidak! Pasti aku sudah salah dengar.' batin Chanmi, berusaha menetralkan pikirannya. Tapi, tetap saja perasaan kalut menyelimuti hati Chanmi.

"Kenapa semua ini terjadi padamu, Nak! Siapa orang yang tega melakukan ini padamu! Jawab ibu!"

Chanmi tersentak saat mendengar teriakan histeris seorang wanita. Chanmi mendekat, melewati kerumunan massa yang kian banyak. Suara tangisan wanita itu semakin jelas terdengar.

Dia semakin dekat.

Semuanya semakin jelas.

Wanita itu, Chanmi mengenalnya. Dia adalah ibu dari kekasihnya. Wanita berumur itu sekarang tengah menangis tersedu-sedu sembari memeluk tubuh tegap seseorang yang tengah tergeletak tak berdaya di atas aspal.

Chanmi dapat dengan jelas melihat lubang-lubang aneh yang melekat dibaju orang itu. Bercak darah yang tak terbilang jumlahnya ada disekitar tubuhnya. Warna merah pekat tampak mendominasi baju kaos lengan pendek yang dia pakai.

Wanita itu melepaskan pelukannya saat beberapa petugas datang. Yang tak pelak membuat Chanmi dapat dengan jelas melihat wajah orang yang sedari tadi menyedot seluruh perhatiannya.

"Te-Ten ..."

Dunia Chanmi seketika runtuh, kedua kakinya lemas tak berdaya, tubuh Chanmi sontak kehilangan daya keseimbangan. Ia hampir saja tersungkur di atas aspal jika tak ada seseorang yang rela menopang tubuhnya dari arah belakang.

"Chanmi, kau tidak apa-apa?"

Kedua mata Chanmi membulat sempurna, ia sangat mengenal siapa pemilik suara itu. Chanmi menoleh, sejenak memastikan dugaannya. Dan ternyata benar.

 Dan ternyata benar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tao Oppa?"

Pemilik suara itu adalah Huang Zi Tao, mantan kekasihnya. Pria yang sudah ia tinggalkan tanpa alasan yang jelas. Apa alasannya putus dengan Tao? Entahlah, ia hanya merasa selama ini tak ada kecocokan diantara mereka berdua. Itu saja.

"Oppa, aku ..."

"Ssttttt ... Don't talk to much, Chanmi. Just go home, okay?"

"O-Okay."

Chanmi tak dapat melakukan apapun selain menangis, mengangguk dan menuruti perkataan Tao. Pikirannya sekarang kosong. Ia tak tahu apa yang akan ia lakukan sekarang.

Sementara itu, Tao hanya diam sembari mempererat genggaman tangannya pada Chanmi.

Ia tak mau lagi melepaskan gadis itu. Tak akan lagi. Dan jika Chanmi ingin melepaskannya sekali lagi. Maka, Tao tak akan keberatan untuk melakukan apapun yang tak pernah Chanmi bayangkan sebelumnya.

.
.
.
.
.

END

Darkness ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang