Rea cs berjalan seiringan dikoridor sekolah, jam sudah istirahat dari limat menit yang lalu. Jadi mereka bertiga bebas kemana saja. Kini mata lentik Rea menangkap Rey cs berjalan didepannya. Sebuah ide brilian muncul dikepala Rea, kemudian membaginya dengan kedua sahabatnya. Lexa dan Agatha sontak ketawa mendengar rencana Rea kemudian mengangguk semangat.
"Hey" panggil Rea cs bersamaan dengan suara sedikit keras, Rey cs sontak berbalik ingin mengetahui siapa yang memanggil mereka. Langsung saja Rea cs...
"Hey tayo, hey tayo dia bis kecil ramah melaju melambat tayo selalu senang hey hey" Rea cs menanyikan film kartun yang sedang tren itu sambil bertepuk tangan melewati kelompok Rey cs. Rey cs melongo mendengar hal tersebut.
Rea cs berbelok didepan menuruni tangga dan tawa mereka meledak, habis mengerjai Rey ternyata menyenangkan. Lexa dan Agatha melakukan tos ria dengan Rea.
Sekarang kaki ketiganya membawa mereka menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang meminta makanan. Rea cs kemudian mengambil tempat dipojokan, tempat andalam mereka.
"Hari ini hari jum'at, so giliran Agatha traktir. Yess" Rea dan Lexa bertos ria sedangkan Agatha hanya memutar bola matanya. Mereka bertiga memang mempunyai jadwal traktir teman-teman, contohnya saja hari ini jadwal Agatha, hari Senin itu Rea dan hari Rabu adalah jadwal Lexa.
"Jadi kalian mau pesan apa?" tanya Agatha akhirnya kepada duo perusuh dikelas.
"Bakso deh + jus jeruk" ucap Rea.
"Gue juga samaiin aja" Agatha hanya mengangguk kemudian berjalan ke penjual bakso dan aneka jus.
Mata Lexa menangkap pemandangan Rey cs berjalan kearah meja mereka. Rea dan Lexa saling berpandangan tidak mengerti mengapa Rey cs berjalan ke meja mereka. Rea segera memasang wajah dingin dan datar andalannya. Rey cs segera duduk di kursi depan Rea cs.
"Ngapain lo dibangku kita?, gak tahu apa ini tempat kita?" tanya Rea dengan nada dingin dan menusuk. Seisi kantin diam senyap menyaksikan kejadian didepan mata mereka.
"Yee berbagi donk, lo gak lihat apa semua bangku udah penuh" Dareen yang gak setuju langsung angkat bicara, dan memandang Rea dengan tajam
"Itu sih derita lo" ungkap Lexa memandang malas Rey cs itu.
"Yee si mantan gak usah belagu lo" ucap Rey dan menenkankan kata mantan. Lexa melotot mendengar hal itu. Dan Rea hanya diam menunggu kesempatan untuk mengusir Rey cs itu. Ahaha dia dapat ide.
Seorang adik kelas berjalan melewati bangku mereka, Rea menyodorkan kakinya kedepan membuat adik kelasnya itu tersandung dan menumpahkan pangsit itu kearah Rey cs. Rey menggebrak meja dan berdiri.
"Lo apa-apaan hah" ungkap Rey penuh tekanan. Adik kelasnya sudah menunduk dibentak begitu."Ma.. Af kak.. Sa.. Ya ga.. K se.. Nga.. Ja" kata adik kelas itu terbata-bata. Akhirnya Rea merasa bersalah dan berdiri disamping adik kelasnya itu membantunya berdiri.
"Loh gak akan gue ampuni" tangan Rey sudah terangkat keudara siap memukul adik kelasnya. Rea dengan sigap menahan pukulan Rey.
"Jangan ikut campur loh" tunjuk Rey tepat diwajah Rea. Rea memukul kesamping jari telunjuk itu.
"Ck, diakan udah minta maaf. Lo kan hanya perlu menyuruhnya cuci pakaian loh. Bukan dengan memukulnya masalah jadi beres. Lo cowokkan? Jangan biasain menyelesaikan masalah dengan berantem" nasihat Rea pada Rey.
"Gue akan buat perhitungan dengan lo" Rey akhirnya mengatakan itu, tak lupa Rey sengaja menabrak keras bahu Rea keras dan meninggalkan kantin.
Lexa langsung mendekati Rea. Memeluk gadis itu erat. "Re tenang yah, please" Rea tertawa kecut.
"Ya slow aja, Xa." Rea melepas pelukan Lexa. Dan pergi dari kantin terburu-buru dengan tangan terkepal kuat. Suasana pun kembali seperti semula. Agatha menyimpan nampan yang berisi pesanan mereka dan ikut berlari mengejar Lexa dan Rea keluar kantin.
Langkah Rea semakin cepat bahkan ia sudah berlari. Ia menyusuri koridor dengan cepat bahkan tidak meminta maaf pada orang yang sudah ia tabrak. Langkahnya membawa Rea ke atap sekolah.
Brakk
Rea membuka pintu itu dengan keras. Napasnya memburu, wajahnya merah padam menahan amarah. Rea menghancurkan semua yang ada di atap mulai dari meja, bangku dan kemudian pintu atap sekolah.
"Aaaargghhh" teriak Rea keras. Kedua tangannya sudah mengeluarkan darah segar. Reo berlari dan langsung memeluk tubuh Rea.
"Sayang tenang yah, tenang abang mohon" Reo berusaha sekuat tenaga menenangkan Rea. Perlahan Rea sudah mulai tenang dan jatuh tidak sadarkan diri.
Lexa dan Agatha dapat menghembuskan napasnya lega akhirnya sahabatnya itu sudah tenang. Yah Rea mempunyai kelainan aneh yaitu tidak dapat mengontrol dirinya jika sudah di ganggu. Untung Agatha mempunyai nomor HP bang Reo jadi ia bisa menghubungi Reo jika Rea lepas kendali.
Reo mengangkat tubuh Rea membawanya ke UKS. Lexa dan Agatha mengekor dibelakang, menatap khawatir pada luka di kedua tangan Rea.
Rea membuka matanya hal pertama menyambutnya adalah langit-langit UKS. Rea duduk diatas tempat tidur memperbaiki posisinya matanya menangkap dua wanita tertidur disamping ranjang.
Rea mencabut selang infus yang melekat ditangan kanannya dan berjalan mendekati dua wanita itu. Rea mengambil selimut didalam lemari dan memakaikan kedua wanita itu. Mata keduanya terbuka dan langsung memeluk Rea erat.
"Huwaa Rea" teriak keduanya menangis memenuhi indera pendengaran Rea. Rea tersenyum tipis membalas pelukan hangat keduanya.
"Gue minta maaf udah bikin lo berdua khawatir" Lexa dan Agatha mengangguk melepas pelukan mereka.
Bugh
Lexa memukul perut Rea pelan. "Jangan bikin gue khawatir lagi bego. Huu Rea bego" Lexa kembali menangis. Rea terkekeh melihat tingkah menggemaskan sabahatnya.
Bletak
Kini giliran Agatha menjitak kepala Rea keras. "Lo hampir bikin kita gila, Re. Gue benci lo" tak tahan lagi akhirnya tawa Rea meledak. Sweet banget kedua sahabat gue ini. Rea memeluk keduanya dan tertawa bersama.
Moment seperti inilah ia sukai. Sahabatnya ini selalu menerima kekurangannya dari segi apapun. Tidak pernah mengeluh dengan semua tindakannya, dan selalu pengetian. Intinya mereka the best dan takkan terganti.
Ceklek
Pintu terbuka menampilkan satu cowok berbadan tegak dengan menenteng dua kanton kresek ditangannya. "Dimakan yah sweety, jangan lupa minum obatnya. Abang kembali bekerja dulu. Kalau ada apa-apa hubungi abang" Reo mengacak rambut Rea dan tersenyum. Rea menahan tangan Reo yang sudah akan pergi, matanya menangkap suatu hal yang ganjal.
"Tangan abang kenapa?" tanya Rea melihat kedua tangan Reo terbungkus kain kasa. Reo tersenyum kemudian menjawab.
"Gak apa, cuma alergi kok" ucap Reo tersenyum kemudian mencium kening Rea dan meninggalkan mereka bertiga. Dan jawaban itu sudah pasti Rea tahu, bahwa abangnya telah berbohong.
Sementara itu ditempat lain....
"Shhh" Rey meringis tak tertahankan melihat sudut pipinya yang sobek mengeluarkan cairan merah kental dan luka lebam disekujur wajahnya. Hal itu ia tidak dapat sendiri melainkan sahabatnya pun ikut mendapat bogeman mentah dari seseorang yang tidak mereka bertiga kenal. Entah wajah orang itu familiar mirip dengan seseorang yang akhir-akhir ini mengganggu ketenangan mereka.....
Yoh whatsapp guys, gue hadir lagi. Salam dari author semoga gak membosankan lagi yah. Kalau bosan kasih tahu supaya alur cerita berikutnya gak membosankan. Ok?.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cewek tomboy
Roman pour AdolescentsCerita ini hanya berisi lika-liku percintaan seorang cewek tomboy dengan seorang cowok yang tak disangka akan dicintainya yaitu cowok badboy. Awalnya dia cuman ingin membuat Reynand jerah dengan perbuatannya kepada perempuan, tapi siapa sangka Rea...