Teman Ngetik

62 9 0
                                    

Judul : Teman Ngetik
Tgl : 28 Agustus 2018
Penulis : Galih Belva Risandy
Wattpad : Gabeldy
Isi:

Aku memakan bakso jumboku dengan tenang sambil menonton acara talk show di televisi. Acaranya cukup menghibur, dan terkadang membuatku tertawa.
Ketika aku hendak memakan bola daging yang hanya tersisa satu di dalam mangkukku, sebuah pesan masuk ke handphoneku. Sepertinya itu dari WeA, isinya...
"Pak Gali, bisa tolong kerjain laporan ibu gak ? Tadi ibu lupa.. nanti ke rumah ibu ambil kunci kantor ya."
Malam hari, dan lagi malam Minggu, kenapa harus di waktu yang tidak tepat seperti ini ? Ketika aku sedang mengistirahatkan bokong lelahku sehabis duduk seharian karena bekerja dibelakang meja.
Tapi apa boleh buat, perintah bos tidak bisa kutolak. Bisa jadi nanti gajiku dipotong gara - gara gak nurut.
Jadi, kuhabiskan baksoku dan segera mencuci mangkuk dan gelas yang kupakai. Kulihat jam dinding, sudah menunjukkan pukul delapan lewat lima belas menit. Kuharap yang harus kukerjakan tidak banyak.
"Ma, Abang keluar sebentar ya, mau ngerjain ketikkan punya Ibu.."
"Jangan pulang terlalu malam ya, Bang."
"Wokeh."
Setelah mencuci muka sebentar dan menggosok gigi (bisa gawat kalo ada yang nyangkut), kuambil kunci motor dan tasku kemudian langsung tancap gas menuju ke rumah bosku untuk mengambil kunci kantornya.
Singkat cerita, sekarang aku berada di depan kantor sambil memegang sebuah tas kecil yang isinya kunci semua. Repot memang menyatukan semua kunci ke dalam satu wadah, walau memang kelihatan lebih efisien. Hal yang paling merepotkan dari itu semua adalah terkadang kuncinya saling mengait satu sama lain sehingga memakan waktu untuk melepas mereka.
"Brr.. entah hanya perasaanku atau udara malam ini memang terasa cukup dingin hingga membuatku merinding."
Sambil menggumam, kubuka gembok yang mengunci gerbang kantor kemudian memarkirkan motorku di halaman kantor. Suasana kantor ketika malam hari memang cukup menyeramkan, terkadang membuatku berhalusinasi melihat sesuatu yang putih - putih itu melayang didalam kantor.
Menghembuskan napasku perlahan, aku membuka pintu kantor yang terkunci itu dan berjalan menuju ruang staff, dimana aku biasa mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan dokumen - dokumen penting.
Sesuai dugaan, didalam ruang staff ini juga gelap. Baru setelah kunyalakan lampunya keadaan jadi sedikit terang. Ketika kulihat jam di dinding, waktu sudah menunjukkan pukul delapan lewat lima puluh delapan, dua menit lagi sebelum jam sembilan.
Tidak ingin membuang waktu lagi, segera kunyalakan komputer dan printernya kemudian duduk di kursi sambil memainkan handphoneku selagi menunggu komputerku menyala.
Aku dengan iseng mengecek beberapa berita terkini disebuah forum berita, dan mataku tertuju pada sebuah artikel tentang siaran radio malam hari. Terdengar menarik, aku pun mencoba mendengarkan siaran radio tersebut setelah menyesuaikan frekuensinya.
("-lah, kita kembali dalam segmen Cerita Sedih dari Konsumen. Seperti biasa kita akan-")
Komputerku sudah menyala, dan sesuai arahan dari bosku, aku mencari file laporan milikinya di dalam Hardisk kantor dan setelah kutemukan aku pun segera mengerjakan poin - poin yang belum lengkap dan merevisinya sedikit. Selagi aku mengerjakan laporannya, siaran radio yang kudengarkan sudah memulai cerita sedih yang mereka dapat dari kiriman pendengar mereka. Ceritanya lumayan sedih, aku bahkan hampir menangis.
Tetapi, saat menuju akhir cerita, aku merasakan sesuatu yang aneh menggelitik perutku, dan perasaan tidak mengenakkan dibelakang leherku. Aku jadi tak bisa konsentrasi karena hal itu.
"Ck.. Dengerin musik aja deh.."
Merasa itu adalah pilihan yang tepat, aku pun memutar musik dari handphoneku dengan volume nyaring. Mengingat hanya ada aku dan Kak Ranti yang ada didalam ruangan ini jadi tidak masalah. Lagipula, kami sama - sama suka musik anime.
Berkat musik itulah aku bisa berkonsentrasi kembali dan tetap fokus mengerjakan laporannya. Bahkan kecepatan mengetik ku semakin lama semakin cepat dan membuat pekerjaan ku hampir selesai, yang tersisa hanya tinggal mengeprintnya saja. Tapi, perasaan tidak enak itu datang lagi.
Sebabnya ? Tentu saja karena Kak Ranti. Dia tiba - tiba ada disini, dan aku bahkan tidak tau kapan dia masuk. Pasti ada sesuatu yang aneh terjadi.
"Eem.. Kak Ranti, mau minum kopi gak, Kak ?"
"Hmm.. boleh deh. Punya kakak gulanya jangan banyak - banyak ya."
Kak Ranti menjawab ku dengan nada yang cukup membuatku merinding, apalagi ditambah mukanya yang kelihatan pucat.
Menelan ludahku, aku berdiri dari kursiku setelah mengcopy file laporan milik bosku ke dalam flashdisk. Walaupun aku bilangnya mau bikin kopi, tapi aku malah ikut membawa tasku beserta handphoneku yang ada diatas meja. Komputerku juga sudah kumatikan.

"Lho, kamu udah selesai kerjanya, Gali?"
Sungguh, tatapan Kak Ranti saat itu membuatku takut. Aku hanya cengengesan sambil garuk - garuk kepala saja untuk menanggapinya, kemudian aku buru - buru berjalan keluar dari kantor.
Ketika aku berada diluar kantor, aku menekan nomor seseorang dan menelponnya. Dengan gelisah kulirik ruang staff yang lampunya masih menyala.
Beberapa saat kemudian, teleponku diangkat dan suara dari seberang sana membuatku berkeringat dingin.
("Halo, Gali. Tumben malem - malem nelpon. Ada apa?")
Ini suara Kak Ranti yang biasanya. Suara yang ramah dan lembut. Suaraku tercekat, kupaksakan diriku untuk bertanya padanya.
"K-Kak, kakak dimana sekarang?"
("Aku? Tentu saja aku ada dirumah. Ada apa, Gali? Kok kamu kayak orang yang ketakutan gitu?")
Aku tidak mampu mengatakan apapun lagi. Segera ku tutup telponnya dan menoleh lagi kearah ruang staff, yang sekarang lampunya sudah padam. Didalam kantor sangat sunyi, dan kesunyian itu membuatku teringat dengan cerita selingan yang kudengar diradio tadi.
"Buat kamu yang suka lembur dan kerja sendirian waktu malam hari, sebaiknya kamu perhatikan sekitarmu, bisa jadi kamu gak sendirian. Haha.. walaupun ini cuma candaan biasa tapi bisa jadi beneran lho.."
Ahh.. gawat. Aku mulai ketakutan sekarang. Dengan panik aku merogoh kedalam tas kecilku untuk mencari kunci kantor, dan rasa panikku semakin menjadi ketika lampu ruang staff yang tadinya mati mulai menyala lagi dan sempat berkedip beberapa kali.
Dapat. Aku berhasil meraih kuncinya dan dengan segera ku kunci pintu kantor itu dan langsung menuju motorku tanpa menoleh kebelakang lagi.
Aku menuntun motorku hingga melewati gerbang kantor kemudian aku pun menutup gerbangnya dan menguncinya lagi dengan gembok seperti semula. Setelah itu, dengan segera kunaiki motorku, menyalakannya, dan kemudian pergi secepat dan sejauh mungkin dari kantor.
Bahkan setelah jarakku cukup jauh, suara tawa wanita yang mengerikan masih terdengar nyaring di telingaku. Ada yang bilang, jika suaranya terdengar nyaring maka berarti dia jauh darimu dan sebaliknya jika suaranya terdengar jauh berarti dia dekat denganmu. Apapun itu, yang pasti aku tidak ingin kerja lembur sendirian lagi.
Bisa jadi nanti aku tidak berdua bersama dia lagi, kan ?
Keesokan harinya ketika aku sampai di kantor, aku menceritakan kejadian yang kualami kemarin malam pada bosku dan Kak Ranti. Mereka berdua menganggap ku hanya berhalusinasi saja dan malah mentertawakan ku. Aku merasa sedikit kesal jadinya.

Kumpulan Cerpen MemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang