Nama : Arif Santoso
Akun wp : Wirotosukmo19Bertahun yang lalu, entah sampai kapan dia kembali ke rumah, dia pun tak pernah menyalakan lampu pijar di tubuhnya, seakan dia mati.
Robin selalu menangis di pojokan kamar, meratapi kepergian sang ibu yang selama ini tak kunjung kembali. Sudah 3 tahun berteman kesedihan dan kesepian, selalu menyalahkan diri sendiri dan merasa bodoh. "Tadinya, aku tidak keluar rumah agar ibuku tidak pergi! Aku benci diriku!,” Brakkk!!! Satu per satu barang di ruang tengah mereka lempar sebagai alat pelampiasan, Robin sudah tak kuat menahan semuanya. Tak tahu mengapa dia harus di kondisi yang membuatnya seperti setan kelojotan, seperti terbakar tanpa bisa memadamkan. Setelah puas melampiaskan, akhirnya ia menyerah, ia memilih keluar dari rumah itu. Ia ingin udara segar hingga pikiran segar.
Robin menyusuri jalan setapak di tengah hutan, dikelilingi olwh barisan pohon pinus dan juga cemara kecil di hadapannya. Berjalan begitu tenang, begitu asyik menikmati segarnya hutan, dia melihat seseorang sedang duduk di semak belukar. Aneh, hutan sepi seperti ini masih ada orang yang bersantai disini, aku kira cuma aku yang masuk kesini, ternyata ada orang lain ya? Tanpa pikir panjang, dia berjalan menuju orang tersebut, sedikit demi sedikit ia melihat orang lain lagi, lah kok bukan satu orang, ada banyak.
“Hmm, permisi Pak, Anda sedang apa disini?” tanpa basa basi Robin langsung menanyakan.
“Oh biasa Nak, sedang bersantai disini, loh kamu juga sedang apa ke hutan ini? Tumben ada pemuda yang berani memasuki hutan ini?” jawaban orang ini semakin membuat penasaran Robin muncak, ‘sebenarnya ada apa di hutan ini, hmm biasa saja kok tidak ada yang membuat aku merinding,' gumam Robin.
“Disini aku cuma ingin menenangkan diri, Pak. Tidak lebih,” kata Robin.
“Oh iya, kamu kelihatannya sedang tak enak batinnya, seperti memarahi dirimu sendiri,” ucap Bapak itu dengan tenang namun menohok batin Robin.
“Tenanglah, semuanya akan berakhir ketika kamu tak mempedulikannya, akan ada saatnya semuanya berakhir, akan ada waktunya, Nak”
“Iya, Pak. Aku mengalami gangguan batin karena kesepian ditinggal ibuku, bertahun-tahun melawan semuanya sendiri, tanpa ada yang membuat aku tenang, membuat aku ringan,” ucap Robin sembari menahan air matanya.
“Tuhan tak pernah memberikan beban yang melebihi kemampuan hamba-Nya, Dia Maha Mencintai dan Menyayangi hamba-Nya. Tenang dan bersyukurlah”
“Terima kasih, Pak, sudah membuatku lega, tadi aku lihat Bapak tidak sendiri ya, ada dua orang di samping Bapak,” tanya Robin penasaran.
“Dia adalah temanku, ternyata kau bisa melihat temanku. Salam padanya kata mereka, semoga kuat.”
“Salamku hormat pada mereka.”
Akhirnya Robin pulang dengan rasa gembira, ia merasakan ketenangan batin sekaligus ia bisa melihat kedua saudaranya yang telah meninggal. Memang tidak sepantasnya kita mengeluh, apalagi bersedih sampai depresi atau frustasi. Semuanya hanyalah buatan manusia sebagai wujud ketidakterimaan pada ketetapan Tuhan. Semangat menempuh hidupmu.Titimangsa : Pekalongan, 14 Februari 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Member
القصة القصيرةCerpen berlian karya grup member whatsapp : Kuy, Write! Indonesia Karya singkat para penulis muda.