Tujuh

84.9K 10.2K 1.7K
                                    

13.01
Restu Setyadji
Nes, aku udah sampai di rumah.
Tadi udah nyari kamu tapi gak ketemu, jadi nggak sempat pamit.

13.50
Vanessa Nessa
Ada bimbingan olimpiade.

13.50
Restu Setyadji

Bimbingannya dimana? Tadi aku ke perpustakaan, kosong. Kelasmu juga kosong.

14.51
Vanessa Nessa

Ruang OSIS. Bentar lagi kelar kok.

14.51
Restu Setyadji
Aku jemput ya
Gimana Nes? Aku otw kalau boleh.

Nes

Nes

Nessayang

Aku jemput gimana? Mau nggak?

Bales dong.

16.34
Vanessa Nessa

Aku udah di rumah. Tadi sama Andra.

16.35
Restu Setyadji
Alhamdulillah. Iya udah kamu langsung mandi aja. Habis mandi kamu istirahat sebentar juga nggak papa. Kamu pasti capek tuh. Jangan cuma mikirin olimpiade, kesehatan kamu juga perlu.
Aku sayang kamu.

19.43
Vanessa Nessa
Iya. Makasih.
Juga.

Restu menghela napas kasar setelah membaca balasan dari Nessa. Tiga jam lebih Nessa baru bisa membalas pesannya. Itupun singkat. Ya memang seperti itulah Nessa. Pesan panjang hanya akan Nessa kirim saat mengaturnya. Misal saat membangunkannya, menyuruhnya untuk belajar, atau hal-hal lain yang sifatnya mengatur. Jika pesan-pesan biasa, Nessa seperti menganggapnya tidak penting.

Katanya rumus hidup itu simple. Perlakuan orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan. Restu sudah melakukan yang ingin ia dapatkan dari orang lain. Fast respon, perhatian, menghargai, memahami, dan semua sudah Restu berikan. Kenapa Restu tidak mendapatkan timbal baliknya? Ada yang salah dengannya atau pada mereka?

Cowok itu membanting ponselnya di atas bantal. Bergegas ia melompat turun dan melenggang menuju meja belajar. Sejenak ia melirik ke arah jadwal pelajaran yang ia tulis di kertas dan di tempel di dinding.
Matematika, Pendidikan Agama Islam, Bahasa Indonesia, dan Sejarah.

Restu menghela napas. Malam ini sepertinya akan menjadi malam yang melelahkan. Matematika ada tugas sepuluh soal yang harus dikumpulkan sebelum bel jam pertama. Agama, ada hafalan tiga ayat. Bahasa Indonesia ada tugas tapi Restu lupa tugas apa.

"Ini gimana sih ngerjainnya?" Restu menggaruk kepalanya yang tidak gatal saat melihat soal di buku tulisnya. Sedikitpun Restu tidak mengerti cara menyelesaikan soal tersebut.
Otak Restu memang bisa dibilang tidak pintar. Untuk menangkap pelajaran, butuh beberapa kali dijelaskan. Tapi kadang saat ia meminta dijelaskan kembali, guru mapelnya enggan mengulang penjelasan untuk ketiga kalinya. Biasanya meminta Restu untuk bertanya dengan sebelahnya.

"Bego lo Res! Bagian mana yang lo tahu? Ini nggak tahu! Itu apa lagi? Yang lo tahu cuma cara mukul orang, nindas kaum cupu, dan bikin onar. Apa yang bisa lo banggain dari sampah?" cibir Restu untuk dirinya sendiri.

Dengan emosi yang tiba-tiba mendominasi dirinya, cowok itu melempar buku matematikanya hingga berakhir di lantai. Tidak berhenti sampai di situ, Restu berdiri dan menghampiri bukunya. Dengan kesal ia menginjak-injak bukunya meluapkan amarahnya.

I'm Fine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang