Tiga Puluh Tiga

66.7K 8.3K 2.7K
                                    

"Kok dimatiin?" protes Nessa saat Restu mematikan musik yang terputar di ponsel milik Nessa. Tak hanya itu, kabel earphone yang terhubung ke ponsel dicabut.

"Pake punya gue aja, biar baterai hp lo awet," ujar Restu santai. Ponsel di saku jaketnya dikeluarkan. Earphone disambungkan.

"Pilih sendiri lagunya, kalau nggak ada buka youtube. Udah gue isi kuota banyak, buat lo," ujar Restu seraya menyodorkan ponsel ke arah Nessa.
Ragu-ragu Nessa menerima ponsel milik Restu.

"Passwordnya?"

"Masih sama. Tanggal lahir lo, belum sempet ganti," sahut Restu lalu memejamkan mata dengan kedua tangan terlipat di dada.

Untuk beberapa detik lamanya Nessa menatap ke arah Restu. Perasaannya pada cowok itu enggan menghilang meskipun sudah tanpa ikatan. Perasaannya justru kian membuncah tak terkendali akibat sikap Restu. Jika seperti ini, Nessa jadi berharap ingin kembali.

"Ada lagunya?" Restu tiba-tiba membuka mata dan menoleh menatap tepat ke mata Nessa. Tatapan itu membuat Nessa gugup.

"A-da, kayaknya," sahut Nessa lalu memilih asal lagu di playlist.

"Masih suka lagu ini? Ini lagu pertama yang gue nyanyiin buat lo, dulu," ujar Restu lalu tersenyum tipis.

Nessa mengangguk. Kenangan itu masih terekam jelas di ingatannya. Saat Restu menyanyikan sebuah lagu untuknya diiringi petikan gitar Adham. Restu bernyanyi di parkiran, seminggu setelah mereka jadian. Dulu, Nessa memarahi Restu saat menyanyikan lagu itu. Nessa menilai itu hanya mengganggu orang lain dan cari perhatian.

"Kau mengajarkanku mengenal cinta.
Menguatkan aku terus melangkah.
Tak ingin kau tersakiti
Coba 'tuk selalu ada
Tetap bertahan terus menjagamu."

Secara refleks Restu ikut bernyanyi dengan suara lirih dan tatapan yang enggan beranjak dari wajah Nessa. Nessa merona malu tanpa mampu disembunyikan membuat Restu tersenyum geli.

"Nggak usah ikut nyanyi, Res. Ngerusak lagu aja," cibir Nessa untuk menyembunyikan kegugupannya.

"Okay," ujar Restu lalu melepaskan earphone yang menyimpan telinganya. "Gue mau samperin Sherin."
Restu bangkit. Jaket yang membungkus tubuhnya dilepas dan dijatuhkan di kursinya. Cowok itu beranjak meninggalkan Nessa.

"Woah Restu nongol, Guys! Udah kelar ngecengin mantannya," ujar Sherin saat menyadari kedatangan Restu.
Restu mengusap gemas puncak kepala Sherin.

Nessa memutuskan untuk menaikan volume musiknya. Suara gelak tawa Restu dan Sherin mengganggu perasaannya. Pandangannya ia buang ke luar kaca. Menikmati kegelapan malam dan kesendirian.

"Hah?" Nessa menoleh kaget saat pundaknya diguncang pelan. Musik ia matikan sejenak. Ternyata seseorang yang mengguncang pundaknya adalah Restu.

"Kenapa?" tanya Nessa.

"Nggak papa. Gue pikir udah tidur. Jangan tidur dulu, gabung sama yang lain."

"Nggak. Enak sendirian di sini."

"Iya udah nanti gue temenin. Kita berduaan. Tapi, gue mau ngasih jaket dulu buat Sherin. Kasian kedinginan." Restu kembali meninggalkan Nessa. Jaket miliknya ditenteng di tangan kirinya.

Di tempatnya, Nessa menghela napas berat. Restu sukses menarik ulur perasaannya. Sebentar dilambungkan tinggi, lalu dijatuhkan.

"Huft!" Restu membuang napas begitu duduk di samping Nessa. Tanpa permisi cowok itu merebut sebelah earphone milik Nessa dan memanfaatkan di telinganya.

"Mau?" tawar Restu mengarahkan kentang goreng ke bibir Nessa yang terkatup rapat.  Kentang goreng  itu ia ambil paksa dari temannya khusus untuk Nessa. Restu tidak lupa jika mantan pacarnya pecinta kentang goreng.

I'm Fine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang