"Yo, lo kok cuek banget?" tanya Shina penasaran, mengapa Gio pagi ini sangat diam?
"Yo! Jawab dulu pertanyaan gue!" Sekali lagi Shina menyeru Gio agar Gio tersadar dari lamunannya.
"Eh? Oh, Shina? Kenapa?" Gio balik bertanya.
Shina terdiam. Mulutnya menganga tak percaya, suara tingginya beberapa saat yang lalu ternyata tidak didengarkan oleh Gio. Hal itu membuatnya kesal dan melipat kedua tangannya di depan dada juga menggembungkan pipinya. Itu membuatnya semakin imut.
Entahlah, tetapi kebanyakan lelaki memang suka cewek yang sedang kesal lalu menggembungkan pipinya. Berasa ingin terus menyentuh dan mencubiti sepasang bakpo lembut itu, seperti yang dilakukan Gio saat ini.
"Jangan ngambek gitu dong. Gue temenin ngobrol deh," Gio merayu dengan senyumnya yang terlihat manis dan tangannya yang jahil mencubiti pipi Shina.
Shina berdecih. Ia menepis setiap sentuhan yang dilakukan oleh Gio dan terus memalingkan wajahnya karena terlalu kesal terhadap Gio.
"Udahan dong ngambeknya," pinta Gio sambil terus menusuk lembut pipi Shina dengan telunjuknya.
Shina menyerah. Ia pun akhirnya mau menghadap kembali ke arah Gio. "Iya gue gak ngambek lagi. Tapi janji, jangan ngeselin kayak tadi lagi," kata Shina yang masih merasa sedikit kesal.
"Nah ... gitu dong. Maaf ya ak-" Kalimat Gio sengaja diputus, kemudian menutup mulutnya dengan telapak tangan kanannya.
Shina berdecak dan memutar matanya. Kemudian tangannya menarik tangan yang menutup mulut Gio, memaksa agar Gio membuka mulutnya. Tangan Gio terlepas secara perlahan tanpa adanya perlawanan.
"Jangan pake aku-kamu kalo kita lagi di sekolah, ya," bisik Shina sambil mengedipkan sebelah matanya sambil melebarkan bibir, membentuk sebuah senyuman manis.
Sesaat kemudian, bel berbunyi, tanda bahwa seluruh siswa haruslah sudah berada di dalam kelas. Beberapa ada yang melompati pagar sekolah karena bosan ataupun lelah pada tugas-tugas yang diberikan guru mereka, yang lainnya tampak tertidur pulas di meja kantin dengan sisa makanan di sudut mulut mereka.
Entah apa yang dipikirkan Shina, tetapi matanya kini sudah terendam air asin yang mulai mengalir ke arah bawah, menetes jatuh ke pipinya yang lembut dan hangat.
"Lo kenapa?!" Gio memekik, sedikit terkejut dan menekuk bagian di antara alisnya.
"Gu-gue gak pa-pa. Gue cuma kelilipan," jawab Shina tersedu-sedu tak tahan dengan perasaan di dalam hatinya.
"Lo kenapa?!" Gio semakin kebingungan. Dengan perasaan panik, Gio sedikit mengguncangkan tubuh Shina hingga air mata Shina kini terjatuh ke rok berwarna abu-abu yang dikenakan Shina.
Tangan Shina diangkat, bergerak menuju matanya dan mengucaknya perlahan. Gio membantu menghapus air yang berada di pipi Shina tanpa peduli kalau seisi kelas sekarang sedang memerhatikan mereka berdua.
"Gue gak pa-pa ih!" katanya sambil menepis tangan Gio.
Gio sedikit merasa tenang, meskipun ia masih kebingungan mengapa Shina bisa menangis secara tiba-tiba. Ini tentu karena dirinya. Dia tau, karena Shina adalah cewek tegar yang tak akan pernah menangis, kecuali jika itu karena dirinya.
"Ya udah, lo siapin buku lo deh. Tuh Pak Kimia udah duduk di atas singgasananya," kata Gio memberi tau Shina. Tangannya sedikit menunujuk ke arah Pak Kimia yang rambutnya setengah botak.
"Iya gue tau," ketus Shina.
Sepatu kets berwarna hitam dan putih, mirip dengan yang Shina pakai. Sweater hoodie berwarna kuning menutupi seragam putih dengan lambang OSIS di dada kirinya. Rok abu-abunya memang rampel, hanya saja cara berjalannya yang seperti cowok, membuatnya terlihat sedikit aneh. Kalian bisa menebak siapa yang masuk ke kelas ini sekarang.
"Oke anak-anak. Dia ini adalah anak baru di sekolah kita. Silakan perkenalkan diri kamu di depan kelas." Pak Kimia kembali duduk di bangkunya, kemudian melihat satu per satu anak didiknya.
"Nama saya Ankora Reniama. Lahir di Bandung, 16 Mei 2002. Saya pindahan dari sekolah swasta di Bandung. Semoga kalian bisa jadi teman yang baik." Sesi perkenalan selesai.
Banyak siswa yang mengangkat tangan mereka ingin bertanya banyak hal tentang Rara. Teriakan mereka semua sampai membuat suara Gio tak terdengar lagi.
Gio yang awalnya fokus ke Shina, langsung mengalihkan pandangannya ke arah cewek yang sedang berdiri di depan kelas lalu membelalakkan kedua matanya.
"Shin! Lo pindah gih ke tempat awal lu di sebelah sana," perintah Gio sambil menunjuk tempat duduk Shina yang sebenarnya. "Gue mau duduk bareng Rara."
"Giliran Rara aja, kamu anggep spesial," batin Shina merasa sedikit cemburu dengan kedatangan Rara di hati Gio. "Gak! Aku mau di sini aja, di sana panas," tolak Shina dengan tegas.
Rara menyeret sudut bibirnya ke arah samping, menunjukkan senyum miring di antara kedua pipinya. Pandangannya kini berfokus pada kedua murid di sebelah pojok kiri paling belakang yang sedang berdebat.
"Kalian, kalo kalian beneran pacaran ya udah ngaku aja," sahut Rara membuat seisi kelas hening dan keributan di antara Gio dan Shina terhenti.
"KITA GAK PACARAN!" Mereka berdua kembali mengelak. Ini sudah kesekian kali ada orang yang mengira Gio dan Shina adalah sepasang kekasih.
"Ya udah, kamu mau duduk di mana?" tanya Pak Kimia, begitulah para murid memanggilnya.
Pandangan Rara dialihkan. Dari Gio dan Shina yang sedang mencengkram kerah satu sama lain, ke arah bangku kosong yang tersedia di belakang Nino.
"Di sana aja, Pak," jawab Rara sambil menunjuk ke arah bangku kosong tersebut.
Pak Kimia mengangguk, dan memersilakan Rara untuk pergi menuju ke tempat duduknya. Ya, dengan langkah kaki yang berjarak sedang, dan cara berjalannya yang sedikit cool, Rara melenggang santai menuju bangku kosong yang ia pilih.
Hampir semua mata kecuali Shina dan Gio yang masih bertengkar menuju ke arah Rara.
Cewek tomboy, sok cool, bla bla bla ....
Tatapan sinis, Rara lesatkan kepada para penggumam yang menurutnya sangat mengganggu telinga dan pikirannya.
"Oke, kita mulai pelajarannya." Begitulah awal hari Shina yang kembali membuat hatinya semakin lemah.
Entah apa yang harus dilakukan Shina sekarang. Gio sudah bukan untuknya lagi, melainkan ada satu cewek lain yang kini ada di dalam hati Gio.
▪◻⬛
Hai hai... sorry, kemarin gue gak bisa update dikarenakan tugas mencatat ada banyak. Sebenernya sekarang juga ada, tapi gue sempetin buat nulis. Maaf kalo apdetnya agak lama ya, gue tetep bisa bagi waktu, kok.
Jangan lupa voment & share ya gengs. Terima Kisah, Terima Kasih.
Salam Glu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEBETAN
Teen FictionDi dimensi sekolah, ada satu hukum lain. Tolak, atau ditolak. Hal ini tentu bisa membuat beberapa murid menjadi gila, dan keanehan muncul di sebuah hubungan dua murid berbeda nasib yang telah menjadi sahabat, mungkin sejak. mereka lahir di rumah sak...