Sudah hampir petang, sekitar pukul setengah tiga. Gio dengan sabar mengemasi barang-barang miliknya dan juga milik Shina meskipun Shina sangat ribut dan membuatnya sedikit kesal. Tapi mau bagaimana lagi? Rasa senang Shina sudah tak terbendung.
"Yo! Jangan lupa, novel yang tadi siang aku lempar ke muka kamu jangan sampai ketinggalan," sahut Shina dari ranjangnya, duduk sambil memerhatikan Gio.
"Lho... katanya tadi itu cerita picisan. Terus kamu gak suka, habis itu kamu lempar ke aku," timpal Gio jengkel.
Shina menyiutkan bibirnya, merasa tak enak dengan Gio. "Ya, maaf deh... aku 'kan cuma lagi kesel aja tadi."
Gio yang masih sibuk mengemas pakaiannya ke dalam tas, tak memedulikan semua alasan Shina. Ia malas menghadapi orang yang mengesalkan seperti Shina. Tetapi kenapa ya? sedari tadi Gio hanya tersenyum seperti menahan tawa, atau memang benar bahwa Gio sebenarnya senang jika Shina merasa tak enak dengannya. Tipe *imouto dari Gio itu 'kan yang sedikit malu-malu.
*bahasa Jepang dari adik perempuan.
"Yo, jangan gitu dong. Aku nangis nih!" rengek Shina memohon Gio untuk tidak bersikap dingin kepadanya.
"Nangis aja, aku gak peduli. Lagian kamunya juga sih, bikin aku kesel. Kalo kamu gak bikin aku kesel, 'kan aku gak dingin kayak begini."
"Ih, Gio mah jahat! Shina gak suka!" Rajuk Shina sambil menggembungkan kedua pipi manisnya dan memukul-mukul ranjangnya. Ia jadi terlihat semakin imut.
Senyum Gio yang ia palingkan semakin lebar. Itu karena ia merasa sangat senang, mengerjai Shina sampai Shina terlihat begitu menggemaskan. Ingin rasanya jari-jemarinya mencubiti pipi Shina yang tampak seperti kue bakpau itu. Terlihat sangat halus dan lembut.
"Gio! Jangan gitu lah! Aku kesepian. Aku mau kamu nemenin aku. Kamu tau, 'kan? Kalo aku gak bisa sendirian?"
Tak ada jawaban dari Gio. Yang ada hanya tangan Gio yang semakin lihai mengemas barang-barangnya yang lain.
"Gio!"
"Iya sabar, ih! Liat nih, aku lagi ngapain?!" timpal Gio kesal.
Shina kembali menyiutkan bibirnya. Lama-kelamaan, Shina mulai tersenyum dan tawa Shina pecah. Membuat ruangan kamar yang tadinya sunyi, dingin, dan hambar menjadi ramai. Gio pun tersenyum karenanya.
"Shin, kamu tau gak? Kemarin tulisanku di Wattpad lumayan banyak di baca!"
Shina termenung. Ia tidak tau apa yang baru saja Gio bicarakan.
"Maksud kamu?" tanya Shina tak paham.
"Ya, aku 'kan bikin cerita di Wattpad. Baru dua hari dipublikasi, tapi viewersnya udah sampai seratusan." jawab Gio penuh semangat dengan bibirnya yang menjadi senyuman.
"Kok bisa?!"
"Ya mana saya tau? Saya 'kan tidak tau."
"Tapi aku kemarin udah publish tiga belas part, pembacaku baru dapet delapan puluhan."
Suara kekehan kecil terdengar dari mulut Gio.
"Kamu ngeremehin aku?!"
"Ya, wajar sih viewersku lebih banyak. Kan pengikutku udah ribuan, jadi yang baca ceritaku itu ada banyak." Gio menjelaskan dengan sombongnya.
Kesal, Shina kembali melempar novel yang tadi siang juga ia lempar ke wajah Gio. Sekarang, wajah Gio pun menjadi sasaran utamanya.
"Hey... Kamu jangan ngelempar karya aku sembarangan, dong. Bikin satu buku novel begini itu susah tau." tangan Gio mengambil novel yang baru saja mengenai wajahnya dan jatuh ke lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEBETAN
Teen FictionDi dimensi sekolah, ada satu hukum lain. Tolak, atau ditolak. Hal ini tentu bisa membuat beberapa murid menjadi gila, dan keanehan muncul di sebuah hubungan dua murid berbeda nasib yang telah menjadi sahabat, mungkin sejak. mereka lahir di rumah sak...