"Nis, nanti biar gue aja yang balikin jangkanya ke Alfa." tawar Daffa.
"Eh gausah gue aja yang balikin ke Alfa jangkanya. Kan gue yang minjem." Anisa memberi sedikit penawaran kepada Daffa. Sebenarnya itu hanya akal-akalan Anisa agar bisa melihat sang pangeran walau hanya sebentar.
"Gak usah gak papa kok Nis. Gue soalnya nanti juga mau ke rumah Al, mau sekalian ngerjain tugas." Daffa tetap bersikeras dengan tawarannya.
"Gausah gak papa Daff, ngerepotin lo kan."
"Kayaknya ada sesuatu yang gak beres deh Nis sama lo. Atau jangan-jangan...." Daffa mulai bisa membaca pikiran Anisa. Yang sontak saja membuat Anisa melotot kebingungan.
"Gak ada apa-apa kok. Yaudah gak papa lo aja yang balikin." Anisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Akhirnya Anisa memilih mengalah dari pada rahasianya terungkap.
"Tunggu dulu Nis, lo sebenarnya ada apa?"
"Gak ada apa-apa Daff, udah deh lo gausah mikir yang aneh-aneh. Udah ya, gue mau ke anak-anak dulu."
Anisa segera meninggalkan bangku yang di duduki Daffa. Ia segera bergabung bersama Risa, Rara, Dara, dan Talita. Anisa baru mengenal mereka ketika mereka masih sama-sama menjadi murid baru. Tapi perihal hati, Anisa masih belum memberitahu mereka jika dia menyukai Alfa. Selain karena ia malu mengakuinya, Anisa juga takut jika salah satu dari mereka mengatakannya kepada Alfa, yang mungkin saja bisa membuat langkahnya untuk mendekati Alfa semakin sulit.
****
Bel tanda pulang sekolah sudah berbunyi, seluruh murid SMK garuda sudah mulai bergegas pulang.
Seperti biasanya Anisa selalu pulang sekolah bersama keempat temannya. Hanya sampai gerbang saja mereka bersama, karena arah rumah mereka berbeda. Lalu selanjutnya ia akan pulang bersama Rara karena rumah mereka searah.
Setiap pulang sekolah itu pula Anisa selalu memandangi Alfa yang lewat di depan gerbang SMK Garuda, ia bersembunyi di balik punggung teman-temannya. Alfa mengenakan jaket berwarna merah, dengan jambul di rambutnya yang seakan-akan menambah kesan coolnya. Ia dibonceng Rio, karena Alfa memang masih tidak diperbolehkan membawa kendaraan sendiri. Anisa masih tetap memandangi punggung Alfa yang perlahan-lahan lenyap. Anisa menghela nafas kasar ia memainkan rumput dengan kakinya.
Bagaimana mungkin gue bisa terus-terusan kayak gini. Alfa gak mungkin tahu perasaan gue kalau gue gak selangkah lebih maju. Tapi apa iya Alfa mau sama orang kayak gue? Mimpi lo ketinggian Nis.
Anisa tersenyum kecut. Sepertinya mimpinya jauh sekali, bagaimana mungkin Alfa bisa tahu kalau dia menyukainya, kalau dia sendiri saja tidak pernah terlihat. Tidak mungkin juga Anisa mengatakannya, Ia tidak ingin terlihat murah. sepertinya juga Alfa sudah punya pacar. Terlihat dari gerak geriknya ia sering senyum-senyum sendiri setiap membalas chat di ponselnya.
"Eh gue seneng banget sekarang. Asal kalian tahu, itu si Alex tadi ngelus-ngelus puncak kepala gue pas gue baru selesai sholat di mushalla. Bener gak Nis?" Dara menyikut lengan Anisa. Tampak sedari tadi Anisa hanya diam dengan pikirannya sendiri.
"Eh i...iya." Anisa menjawab dengan gugup karena memang sedari tadi ia tidak ngeh dengan apa yang di bicarkan teman-temannya.
"Wih enak banget lo bisa di gituin si doi. Gue tadi sih cuma disenyumin sama doi gue aja udah seneng parah. Uhh senyumannya manis banget bikin gue leleh." Risa juga menimpali di sertai jogetan-jogetan khasnya ketika dia bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alfa & Anisa
Teen FictionKatanya syarat mencintai Alfa harus cantik dan harus fashionable banget. Lalu bagaimana jika Anisa mencalonkan diri buat jadi pacar Alfa? Dia gak cantik, gak kaya, gak pinter dan pakaian juga seadanya intinya gak ada yang seujung kukupun sama...