Keping Kedelapan

65 4 0
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas. Itu tandanya seluruh murid SMK Garuda sudah di bolehkan untuk pulang. Sebenarnya jam pulang mereka pada hari-hari biasa sekitar pukul 14.45 hanya saja sekarang mereka di pulangkan lebih awal karena jam pelajaran  masih di gantikan oleh lomba-lomba yang di adakan.

Segala tas dan macam-macam bawaan mereka di letakkan di dalam kelas, akan tetapi selama lomba-lomba berlangsung, kelas tersebut di kunci agar tidak ada murid-murid yang masuk ke dalam kelas. Jika bel pulang sudah berbunyi baru mereka bisa kembali mengambil bukunya yang ada di dalam kelas. Karena biasanya kelas-kelas sudah di buka.

Anisa melangkah masuk ke dalam kelas, di ikuti oleh keempat teman-temannya, dan beberapa teman cowok mereka yang lain. Mereka mulai mengambil tas masing-masing lalu bergegas untuk pulang, kecuali Anisa dkk, Alex dan juga Alfa yang masih di sana membantu merapikan segala perlengakapan yang masih tersisa.

“Eh tolong dong nis. Lo kan yang paling dekat sama sakelar jadi tolong matiin kipas angin yang masih menyala dekat pintu sana.” Rara menunjukkan tempat di mana sakelar tersebut berada.

Anisa yang mendengar perkataan Rara segera berbalik lalu menghampiri tempat di mana sakelar itu berada. Di sampingnya berdiri seorang cowok bertubuh jangkung sembari memasukkan kedua tangannya kedalam jaket yang ia kenakan. Anisa hanya melirik orang tersebut lalu kembali berjalan melewatinya, seolah-olah memang tidak ada siapapun yang berdiri di sana.

Anisa yang baru saja hendak meraih sakelar tersebut tiba-tiba tubuhnya terbalik kebelakang, sepertinya ada seseorang dari arah belakang yang dengan sengaja menjambak rambutnya.

“Ah....” Anisa hanya meringis sambil memegangi rambutnya yang rasanya seperti hendak terlepas dari kepalanya. Setelah sempurna ia berbalik sekarang ia dapat melihat siapa yang dengan sengaja menjambaki rambutnya. Ia sempat tertegun dengan kenyataan ini.

“Ah... lepasin Alfa rambut gue sakit.”

Alfa ternyata yang dengan sengaja menjambak rambut Anisa. kini jarak di antara mereka hanya ada beberapa senti saja, dengan posisi tangan Alfa yang masih memegang rambut Anisa di belakang tubuh Anisa. Anisa dapat melihat dengan jelas mata wajah Alfa yang menurutnya begitu sempurna jika di lihat dari jarak sedekat ini. Mata Alfa yang tajam, Alisnya yang tebal dan teratur, serta rahang yang tegas. Sungguh perpaduan yang sangat pas.

Beberapa detik mata mereka terpaku satu sama lain hingga suara teman-teman mereka yang menyadarkan mereka.

“Ciee gak lama lagi nih.” Alex berseru jahil menggoda mereka.

Alfa langsung tersadar langsung melepas tangannya yang masih mencengkeram rambut Anisa. Pipi mereka berdua bersemu merah karena malu. Anisa hanya menundukkan kepala sedangkan Alfa langsung meraih tasnya dan  pulang tanpa berucap apa-apa.

                            ****

Anisa diam termanggu menatap ponselnya yang sedari tadi sudah bertengger manis di hadapannya. Sudah bisa di tebak siapa yang ia tunggu sedari tadi. Anisa mulai menghitung, jika di hitungan kesepuluh tidak ada notif dari Alfa, maka ia akan mematikan ponselnya.

Tujuh...

Delapan...

Sembilan...

Cling....

   Dengan semangat 45 Anisa segera meraih ponselnya dengan senyum yang mengembang.

Alfa : Banyak-banyakin bersyukur deh lo. Tadi untung aja temen-temen lo pada ngeledekin. Kalau enggak bisa-bisa rambut lo gue cabut sampai botak tuh kepala.

Anisa tersenyum membalas chatnya. Dalam hati ia sangat senang setidaknya Alfa sudah membuktikan ucapannya, sebenarnya tidak sakit sama sekali jambakan Alfa, Anisa hanya sedikit terkejut dengan perlakuannya. Yang Anisa tahu Alfa tidak mungkin rela bermain-main dengan hal-hal yang tidak penting. Ia hanya dapat di temui bermain ponselnya atau mendengarkan musik saja di sekolah, tidak pernah sesekali ia melihat Alfa lepas dari ponselnya. Maka dari itu ia berinisiatif menantang Alfa untuk hal seperti itu. Tidak masuk akal mungkin, tapi Anisa menyukainya. Anisa menyukai segala sesuatu yang di lakukan Alfa terhadap dirinya.


Anisa : Yaudah deh ya gak sakit banget, atau lo emang bener-bener gak punya tenaga.

Alfa : Awas aja besok gue rontokin tuh rambut.

Anisa : Silahkan, mumpung rambut gue masih anget.

Alfa : Awas lo ya.

                  
                             ****

Alfa hanya tersenyum membalas setiap notif chat dari cewek-cewek di luaran sana, sebenarnya masih banyak chat yang belum ia balas, atau bahkan belum ia baca sama sekali. Seperti sekarang, ia sedang bercanda ria dengan Dara. Teman Anisa. Sebenarnya ia heran, dari gerak-geriknya, antara Anisa dengan Dara sama-sama terlihat menyukainya. Hanya saja mereka berbeda penyampainnya. Anisa terkesan cuek atau lebih tepatnya, ia selalu memberikan maksud tersembunyi di setiap chat yang ia kirim. Berbeda dengan Dara yang terkesan terlihat memberikan perhatian lebih. Pernah sautu ketika Dara mengakui sendiri bahwa Alfa tampan dan mungkin banyak di sukai cewek-cewek. Hal-hal yang sering Dara lakukan, ia juga sering mengingatkan Alfa untuk tidak tidur terlalu larut di selingi emot-emot love atau segalanya. Alfa tahu sekali bahwa kedua perempuan ini menyukainya, Alfa sangat pandai membaca keadaan, jadi sepandai apapun mereka menyembunyikannya, ia sudah tahu, bahkan tanpa mereka memberitahukannya. Alfa tidak tahu bagaimana jika seorang teman bisa menyukai satu cowok yang sama, mungkin pertemanan mereka akan hancur jika tidak ada  salah satu dari mereka yang mengalah. Tapi biarlah, itu menjadi urusan mereka, urusan Alfa hanya merespon mereka tanpa membuat mereka berharap terlalu banyak. Karena ia pernah ada di posisi mereka dulu, pasti sakit jika orang yang mereka sukai tdak membalas perhatian mereka.

Sebelum ia menjadi seorang most wanted seperti sekarang ini, dulu dia adalah seseorang yang tidak begitu keren. Ia hitam, dekil, atau apalah. Dia pernah di tinggalkan oleh seorang perempuan hanya karena ada seorang yang lebih tampan dari dirinya. Hingga akhirnya Alfa memilih untuk tidak terlalu mempercayakan omongan perempuan, sekarang sudah tahu kan kalau tidak semua perempuan selalu di sakiti oleh seorang cowok, terkadang seorang cowok juga pernah di sakiti oleh seorang perempuan. mungkin banyak yang menyukainya sekarang, tapi mungkin saja mereka hanya menyukainya karena fisiknya. Tidak bisa terbayang jika dia masih sama seperti dulu. Karena baginya, entah laki-laki ataupun perempuan sama saja,masih menjadikan fisik sebagai patokan dari rasa sayang.

Sorry ya updatenya sedikit banget masih banyak hal-hal yang harus saya urus soalnya.
See you muaaahh😘

Alfa & AnisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang