Sudah menjadi suatu keharusan bagi Anisa dan teman-temannya setiap istirahat selalu di selingi dengan permainan-permainan anak kecil dulu, ini bertujuan agar mereka tidak bosan berdiam di sekolah selama 9 jam, bukankah akan sangat melelahkan apabila selama waktu itu mereka hanya memeras otak mereka habis-habisan tanpa di gunakan untuk bersenang-senang, toh mereka tidak akan bertambah pintar dengan sistem pelajaran yang full day seperti itu, mungkin saja bagi sebagian orang itu bisa membuat mereka menjadi semakin pintar dengan ilmu yang selama ini mereka pelajari, karena dengan bertambahnya jam pelajaran di sekolah itu sama artinya dengan bertambahnya ilmu yang mereka dapat. Tapi bagaimana dengan otak yang pas-pas an seperti Anisa? Apakah ia akan tambah pintar dengan sistem pelajaran yang seperti itu? Jawabannya tidak, itu justru membuat kepala Anisa seakan pecah di makan oleh pelajaran yang menguras pikiran.Jadilah permainan ini di lakukan agar menjadi sedikit hiburan bagi mereka setelah sekian lama berkutat dengan mata pelajaran di kelas. Sebenarnya hanya permainan yang biasanya di lakukan oleh anak kecil pada umumnya, tapi yang paling mereka cari adalah sebuah kebersamaanya dan tawa mereka yang seakan akan menghibur bagi otak mereka yang penat.
"Kita main tutup mata gimana?" usul Dara.
"Ide yang bagus, tapi arenanya di mana?" Tanya Risa.
"Ya di kelas sini lah." Dara berucap dengan nada ketusnya.
"Gimana bisa yang ada kita nanti malah nabrak-nabrak bangku juga." Talita kini memberi saran.
"Yaudah deh ya, kan tambah seru juga tuh, pasti tambah banyak tempat sembunyinya dan di sini juga banyak teman cowok kita yang lain, nanti kalau salah pegang mereka kan lucu."Dara tertawa lebar.
Selepasnya, di antara mereka sudah setuju dengan permainannya kali ini. Arena yang di gunakan berada di kelas, dan setiap pemain hanya boleh berpindah di satu tempat saja. Selanjutnya salah seorang yang matanya di tutup akan mencari salah satu dari mereka, lalu ia harus menyebutkan siapa yang ia tangkap. Jika salah maka orang yang di tutup matanya harus mengulang lagi dari awal.
"Baiklah yang mulai pertama yang kalah suit ya?"
Anisa dan yang lain sudah berkumpul membentuk lingkaran. Bersiap-siap menetukan siapa yang harus rela matanya di tutup.
Hom pim pa alaium jambreng.
suara serempak mereka mengalun bersama-sama, seperti sedang merapalkan doa-doa tradisi adat. Lalu tangan mereka beradu di udara dan....
"Nah, tangan Dara beda sendiri, itu tandanya Dara yang harus di tutup matanya terlebih dahulu." Talita mengerlingkan matanya berusaha menggoda Dara.
"Yah gue duluan."
Rara kemudian mengambil kain yang sudah mereka siapkan sebelumnya, lalu mereka menutup mata Dara dengan kain yang mereka sediakan.
"Siap ya?" Risa yang mengikat kain penutup mata Dara kini sudah selesai.
"Tunggu, tunggu sebagai uji coba, apakah mata Dara tertutup beneran atau enggak, gue mau meriksa dulu." Talita maju di depan Dara yang kini sudah sempurna tertutup matanya dengan kain tersebut.
"Ini berapa?" Talita mengacungkan kelima jarinya ke udara, sambilalu mengarah- ngarahkan ke hadapan Dara.
"Dua mungkin." Dara berkata datar.
"Salah, yaudah berati Dara emang bener gak bisa liat, yaudah di mulai aja permainannya."
Talita bertugas memutar-mutar tubuh Dara agar Dara tidak dapat mengingat di mana letaknya berdiri. Di hitungan ketiga mereka berlari mencari tempat sembunyi.
Anisa memilih di kelas paling pojok belakang karena baginya itu tempat yang pas agar tempatnya tidak di ketahui Dara. Para teman laki-lakinya menonton permainan mereka sambil lalu menggoda Dara dengan berdiri di depannya agar Dara mengira bahwa yang ia tangkap adalah temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alfa & Anisa
Teen FictionKatanya syarat mencintai Alfa harus cantik dan harus fashionable banget. Lalu bagaimana jika Anisa mencalonkan diri buat jadi pacar Alfa? Dia gak cantik, gak kaya, gak pinter dan pakaian juga seadanya intinya gak ada yang seujung kukupun sama...