Alfa : Gue liat buku catetan kimia lo dong, tadi gue gak nyatet soalnya gue gak bawa bukunya. Ini juga gara-gara lo.
Sudah dari tadi Alfa dan Anisa terlibat percakapan yang tidak terlalu penting. Jika Alfa harus membalas pesan Anisa dua menit sekali di karenakan ia juga harus membalas notif dari Dita juga. Maka Anisa berbeda, ia memberi jeda membalas chat dari Alfa karena ia sengaja sambil lalu stalker Alfa di timelinenya.
Anisa : Iya besok aja gue bawa bukunya.
Alfa : Gausah, sekarang aja gue mau nulis sekarang.
Anisa : Lah gimana caranya cobak?
Alfa : Gua telfon lo ya? Nanti tinggal lo dekte aja.
Anisa memerlukan banyak pasokan udara kali ini. Lihat saja, ada semburat merah
sekitar pipinya. Bagaiman mungkin Alfa bersikap seperti ini. Memang bukan suatu hal yang waw, mengingat Alfa hanya meminta mendektenya. Tapi tetap saja, terlibat percakapan seperti ini benar-benar membuat Anisa canggung. Bagaimana bisa ia bersikap biasa jika pesona Alfa semakin hari semakin menjadi-jadi di kepalanya. Apa mungkin Anisa bisa mengendalikan hatinya untuk tidak semakin dalam mencintai seorang Alfa? Jika hampir setiap hari ia selalu bermain via chat dengan Alfa, terlibat obrolan seru dengannya, atau bahkan satu kelompok dengan Alfa. Seolah-olah alam pun ikut membuat Anisa semakin dalam mencintai Alfa.Ponsel Anisa bergetar, beberapa menit setelah Alfa berkata hendak menelfon Anisa, dan tidak kunjung menerima jawaban, akhirnya ia memutuskan untuk menelfon Anisa.
“Ngapain lo telfon gue.”
"Lah kan gue udah bilang tadi, tapi lo nya sih gak ngasih gue kepastian, yaudah gue telfon aja."
“Oh i... iya gue ambil dulu buku gue.” Anisa segera beranjak dari duduknya. Ia kembali dengan membawa sebuah buku di tangannya. Sebetulnya ia sangat gugup kali ini. Ia takut kalau Alfa mengetahui tentang keadaannya. Dengan susah payah Anisa mengontrol suaranya agar terdengar biasa saja.
“Halo?”
"Yaudah lo dektein gue. Gue yang bakal tulis."
Tuutt... tuut...
Sambungan telepon terputus.
Anisa menghela napas lega, untung saja sinyalnya sedang berbaik hati dengannya kali ini. Jantung Anisa sudah berdetak tidak karuan sedari tadi. Entah Alfa sengaja atau tidak membuatnya terbang setiap harinya, tapi yang jelas Anisa kelewat baper dengan apa yang Alfa lakukan.
****
Rara terkenal tidak bisa diam, sudah puluhan kata-kata yang di keluarkannya. Banyak diantaranya, terlebih tentang hubungannya dengan doi yanng dia taksir. Hal itupun berimbas dengan Anisa yang juga harus menerima ke kepoan Rara tentang kelanjutan hubungannya. Karena baru-baru ini yang Rara tahu Anisa sudah sering berchating ria dengan Alfa.
“Gimana hubungan lo sama Alfa? Masih diem di tempat aja atau jangan-jangan udah ada kode-kode mau taken nih .” Rara mencoba memancing reaksi Anisa, barangkali temannya ini masih merahasiakan sesuatu kepadanya.
Anisa yang di tanya seperti itu hanya tersenyum. Nyatanya ia juga tidak bisa tahu menahu tentang selama ini yang Alfa lakukan untuknya.
“Tadi malem dia telfon gue Ra.”
“Buset udah berani telfon-telfonan nih anak berdua, lo ngomongin tentang apa aja?”
“Dia katanya sih mau gue dektein pelajaran kimia, dia kemaren gak nulis soalnya. Tapi di tengah tengah pembicaraan telfonnya terputus, abis gak ada sinyal.”
“Dasar cowok, pinter banget ya modusnya. Yaudah deh kayaknya dia mulai ngasih lampu hijau ke lo.”
“Gak mungkinlah. Dia kayak begitu karena dia cuma mau minta bantuan ke gue. Lagian gue juga jelek, Alfa mah juga pilih-pillih kali cari cewek, aneh lo.” Anisa menggeleng-gelenkan kepala pelan sambil tersenyum kecut.
“Bisa jadi kan? Siapa tahu kan Alfa sayang sama lo. Siapa tahu ia juga bisa nerima lo apa adanya.”
“Gue juga gak tahu lah, gue gak pengen terlalu berharap sama Alfa.”
****
Risa dan Dara sudah berada di kelas sebelum Anisa dan Rara datang. Mereka terlibat percakapan seru tentang idol KPOP nya. Mereka memang sama sama fan-girl idol KPOP, Anisa dan Rara tidak begitu menyukai hal-hal yang berbau KPOP, mereka hanya menghormati apa yang teman mereka sukai.
“Udah pada dateng duluan nih.” Rara menyapa mereka, dan segera bergabung bersama mereka. Begitupun Anisa.
“Iya baru aja gue datengnya.” Risa menjawab.
“Eh eh Nis, lo tau nggak tadi malem gue telfonan sama Alfa tau, terus dia nyuruh gue buat nyanyiin dia sampe dia tidur katanya.” Dara tersenyum lebar.
“Tapi tadi malem juga An....” belum sempat Rara melanjutkan kalimtanya, Anisa segera menginjak kaki Rara. Menyuruhnya untuk tidak menceritakan kejadian yang semalam.
“Eh, gausah lo ceritain juga kali, lo tau juga Anisa naksir Alfa, kenapa juga lo ceritain.” Risa segera menegur sikap Dara barusan.
“Enggak kali, gue kan udah bilang kalau gue cuma kagum sama Alfa, gak sayang kok. Jadi terserah lo mau apa aja sama dia.” Anisa menyela ucapan Rara.
“Ya... kan gue cuma mau cerita doang.” Dara menjawab dengan sedikit ketus.
Anisa hanya menundukkan pandangannya kebawah. Detik berikutnya teman-temannya keluar kelas sebentar. Dan entah sejak kapan butir-butir kristal itu sudah menggenang di pelupuk matanya. Ia tidak berhak marah, ia sadar ia siapa.
Anisa memandang Alfa dengan tatapan terlukanya. Yang di pandangnya masih tetap fokus dengan ponselnya.
Tega lo Al buat gue terbang, gataunya lo juga bersikap kayak gitu ke semua cewek.
Gimana sih perasaan kalian kalau di posisi Anisa? Mau marah gak berhak, mau nahan eh temennya malah gitu kan sakit ya?
Kasih respon kalian di coment 😙😙
Jangan lupa vote sama coment ya dadah
😘😘

KAMU SEDANG MEMBACA
Alfa & Anisa
Teen FictionKatanya syarat mencintai Alfa harus cantik dan harus fashionable banget. Lalu bagaimana jika Anisa mencalonkan diri buat jadi pacar Alfa? Dia gak cantik, gak kaya, gak pinter dan pakaian juga seadanya intinya gak ada yang seujung kukupun sama...