Sudah beberapa menit Anisa berjalan sampai kerumahnya setelah turun dari angkot ketika pulang sekolah. Anisa segera menggantung seragam sekolahnya di tempat gantungan baju, ia juga segera membasuh kaki dan tangannya, lalu berlanjut untuk segera tidur siang. Rasanya sangat melelahkan sekali, setidaknya dengan beristirahat ia bisa melenyapkan kepenatannya.
Tapi sebelum tidur Anisa masih sempat mengecek siapa saja notif yang masuk.
Hanya ada satu notifikasi dari Daffa. Yang cukup menyita perhatiannya.
Daffa : Nis gawat nih. Jangkanya Alfa hilang. Padahal sudah gue taruh di tas gue Nis suer.
Anisa : Eh jangan bercanda deh. Lo kan yang bawa jangkanya, lo taruh di mana?
Daffa : Mana gue tahu Nis, gue udah taruh tuh jangka di tas gue, tapi gak tau juga kemana.
Anisa : BODO. CARI SEKARANG!
Anisa segera menutup ponselnya. Sungguh ia benar-benar geram kali ini. Bagaimana Daffa bisa seceroboh itu?
Ah entahlah, kepala Anisa mulai pusing. Bagaimana jika nanti Alfa menyalahkannya dengan mengatakan bahwa Anisa yang telah mengilangkan jangkanya? Bukankah Anisa yang meminjamnya?
Baiklah sekarang Anisa harus tidur, bagaimanapun juga ia juga harus mengistirahatkan tubuhnya yang penat. Entah bagaimana soal jangkanya itu, nanti akan ia pikirkan selesai tidur.
****
Malam harinya setelah Anisa selesai mandi dan makan malam ia segera membuka akun Line miliknya. Ada beberapa niatan hendak menghubungi Alfa. Ia hendak menanyakan Apa benar Daffa memang belum mengembalikan jangka milik Alfa?
Anisa : Al jangkanya sudah Daffa kembalikan belum?”
Alfa : Belum.
Anisa : Gak ada di gue kok.
Alfa : Iya ada di Daffa kan?
Lo cukup cuek Al, sekali gue suka akan gue kejar bagaimanapun caranya. Sebelum lo sendiri yang nyuruh gue buat berhenti kejar lo.
Anisa mencari-cari pembahasan yang lain, karena ia sudah memulainya, maka ia tidak ingin kesempatan ini hilang di tengah jalan.
Anisa : PR Matematika lo udah lo kerjain belum?
Alfa : Belum kok. Lo aja yang ngerjain lo kan pinter gak kayak gue.
Anisa terbahak mendengar jawaban Alfa. Ternyata cowok ini juga memiliki sisi yang menyebalkan, setidaknya ia hanya ingin dekat sebagai sahabat atau teman curhat saja baginya itu sudah cukup. Karena untuk bisa bersamanya sebagai sepasang kekasih menurutnya itu hanya khayalan belaka. Ia sadar siapa dirinya, ia tidak memiliki paras yang cantik atau harta yang melimpah, ia tidak mungkin cocok dengan Alfa yang notabenenya adalah cowok famous.
Anisa : Enak banget hidup lo. Kerjain sendiri gue gak pinter Matematika, pelajaran yang termasuk kelemahan gue.
Alfa : Ah pelit lo. Udah gih sana kerjain gue besok pagi nyontek tugas lo.
Anisa : Kalau besok punya gue salah gimana?
Alfa : Gak papa lah. Kan yang ngerjain bareng ya di hukum juga bareng tenang aja nanti kita barengan di hukumnya gue gak bakal lepas tanggung jawab.
Seketika wajah Anisa bersemu merah mendengar penuturan Alfa. Ia seperti terbang di antara awan-awan. Entah Alfa hanya bercanda ataupun tidak ia tidak peduli, yang jelas hari ini ia sangatlah bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alfa & Anisa
Teen FictionKatanya syarat mencintai Alfa harus cantik dan harus fashionable banget. Lalu bagaimana jika Anisa mencalonkan diri buat jadi pacar Alfa? Dia gak cantik, gak kaya, gak pinter dan pakaian juga seadanya intinya gak ada yang seujung kukupun sama...