Keping ketiga

99 9 0
                                    

     Tujuh belas Agustus identik dengan banyaknya acara-acara yang diselenggarakan sebagai salah satu bentuk memeriahkan hari kemerdekaan Indonesia. Beberapa orang berbeda cara memeriahkannya. Ada yang mengadakan upacara, lomba-lomba, atau juga upacara adat. Di SMK Garuda contohnya, di sana sepakat akan diadakan lomba-lomba menjelang hari kemerdekaan. Biasanya di adakan tiga hari sebelum hari kemerdekaan indonesia.

   Ada banyak lomba-lomba yang di selenggarakan. Dan setiap kelas wajib mengirimkan beberapa perwakilan untuk mengikuti lomba tersebut. Salah satu lombanya adalah lomba menghias kelas. Penilaian dari lomba ini adalah keindahan, kebersihan, dan juga kenyamanan.

      Jika lomba-lomba lainnya hanya di perbolehkan mengikuti beberapa perwakilan siswa-siswi di kelas mereka, beda halnya dengan lomba menghias kelas. Lomba ini di peruntukkan untuk semua siswa-siswi. Jadi wajar jika hari ini murid-murid di setiap kelas SMK Garuda tampak sibuk menghias kelas mereka dengan berbagai hiasan sesuai kreatifitas para siswanya.

     Begitu juga di kelas Anisa. Tampak mereka sedang sibuk-sibuknya memotong kertas, melipat, atau ada juga yang memasang ornamen-ornamen di dinding kelas. Yang jelas mereka tampak kompak sekali.

     Hal ini justru di gunakan Anisa untuk memandangi Alfa secara diam-diam. Ia masih sama seperti biasanya, tampak sibuk dengan kegiatannya sendiri. Bermain ponsel. Entah apa yang ada di sana yang jelas Alfa selalu tampak tertawa lepas setiap membaca pesan yang ia terima. Anisa ingin tahu, siapa sebenarnya yang membuat Alfa si cowok es batu, bisa tertawa seperti ini. Ataukah ia sudah memiliki seorang kekasih?

Anisa masih terus memandanginya sembari melipat kertas krep yang ia gunakan sebagai ornamen kelas. Ia masih berdiri di belakang Alfa seperti tadi, setidaknya dengan ini ia tidak harus canggung jika ia harus bertatapan langsung dengan mata hitam Alfa.

Tatapan Anisa seketika mengabur setelah tau bahwa Alfa sedang menelfon seseorang di seberang sana. Entah kenapa hati Anisa sangat sakit ketika melihat bahwa Alfa bisa tertawa lepas begitu saja ketika menerima sebuah telefon dari seseorang.

Siapa dia? Atau jangan-jangan Alfa sudah memiliki kekasih?

-Alfa POV-

Seperti biasa, aku berangkat sekolah beberapa menit lebih awal dari murid-murid yang lain. Aku menyukai kedisiplinan, dan yang lebih tepatnya aku bisa memandangi kota surabaya yang sejuk di pagi hari.

Banyak perempuan mencariku atau bahkan mengagumiku. Aku tidak bisa munafik, bahwa aku juga senang dengan kenyataan itu. Itu semua berkat paras tampan yang di turunkan orang tuaku. Tak jarang banyak juga perempuan di luaran sana yang mengirimiku banyak sekali surat atau semacam puisi-puisi yang entah mereka copy dari mana kata-kata itu. Memang hidupku di penuhi banyak perempuan. Tapi tetap saja, aku memilih satu dari mereka dan orang tersebut yang aku prioritaskan dari pada yang lain.

Seperti seseorang yang sudah membuatku tersenyum di pagi ini. Dia Dita, seseorang yang sudah hampir setahun belakangan ini menemaniku, dan seseorang yang ku cintai.

   Tapi sayangnya, kita menjalin hubungan jarak jauh selama ini. Hanya di ponsel saja aku bisa berbicara dengannya. Selebihnya aku tidak pernah bertemu dengannya. Tapi tetap aku  sangat mencintainya. Entah kenapa dia sangat istimewa, jarak tidak pernah menjadi penghalang baginya membuatku semakin mencintainya. Aku bahkan sempat bermimpi bisa bertemu dengannya suatu saat nanti.

      Beberapa menit berlalu. Satu persatu murid-murid di kelasku mulai datang. Mentari juga mulai bersinar menembus di sela-sela jendela kelas. Ada beberapa murid perempuan yang duduk di sana. Beberapa yang ku ketahui, mereka bernamaTalita dan juga Dara. Hanya mereka saja, selebihnya belum begitu ku kenal. Sesekali mereka tampak tertawa, entah apa yang mereka bicarakan. Aku juga tidak peduli. Aku kembali memainkan ponselku sambil membalas apa yang Dita bicarakan.

Alfa & AnisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang