Part 34

5.8K 167 37
                                    

Selamat Membaca
....

Tubuh kekar Bara serasa membeku mendengar sebuah kalimat yang selama ini ia nanti-nantikan dari bibir manis gadisnya. Bagaimana tidak, gadis yang selama ini ia idam-idamkan menyatakan perasaan kepada dirinya.

"Aku juga mencintai mu lebih bahkan" balas Bara sambil terseyum sangat-sangat manis bahkan melebihi manisnya gula.

Ara menatap wajah Bara dengan alis terangkat sebelah dan mencoba untuk menahan tawanya untuk saat ini.

"Benarkah? Ehmm ... tapi tadi itu cuma akting ku saja. Bagaimana? Sudah bagus? Seharusnya aku tadi keluar dari kamar dengan pakaian yang acak-acakan supaya menyempurnakan kepura-puraan tadi" cerocos Ara tanpa ia melihat bagaimana ekspresi Bara yang tadinya sangat terlihat bahagia sekarang berubah dengan wajah yang penuh dengan kekecewaan.

"Ak ... ting?" Ucap Bara dengan ekspresi yang ia buat seolah-olah baik-baik saja. Ara mengangguk penuh semangat. Bara tertawa garing dan hal itu membuat Ara bingung.

"Baiklah. Aku akan pergi dulu" lanjut Bara setelah menghentikan tawanya. Ia melangkah pergi keluar dari apartemen Ara.

Albert dan Angel melihat alpha mereka dengan pandangan prihatin. Bayangkan saja, kau dibuat melambung setinggi-tingginya lalu dihempaskan begitu saja. Bukankah itu sakit?

"Kau tidak ingin menyusul?" Tanya Ara kepada Albert yang sedang menatap Ara, tanpa menjawab Albert pergi mengikuti jejak petualang Bara. Eh?

Kini tinggal Ara dan Angel yang masih berdiri disana. Angel muak dengan Ara, ia sangat ingin meneriakkan tepat didepan wajah Ara jika Ara adalah mate dari alphanya itu. Namun ia tak kuasa, ia juga tidak berhak melakukan itu semua.

Ketika Angel akan melangkah pergi Ara mencegah pergelangan tangan Angel. Seketika itu juga Angel menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Ara.

"Ada apa?" Tanya Angel mencoba tenang. Ara menggeleng dan melepas tangan Angel, Angel sempat mengerutkan dahinya bingung namun ia segera pergi masuk kedalam kamar.

"Apa aku salah?" Ara mengucapkan itu dengan lirih bahkan nyaris tidak didengar oleh siapapun jika ada orang disana.

*

Malam pun tiba mereka berempat makan malam dengan suasana yang sangat tidak menyenangkan. Suasana yang biasanya sangat ricuh kini nyaris tak ada lagi hanya suara garpu dan sendok yang beradu.

Ara hanya mengaduk aduk makanannya, sambil matanya fokus menatap objek didepan nya 'Bara' hanya nama itu yang memenuhi pikirannya saat ini. Bara selalu saja Bara yang pengganggu pikirannya,  entah sejak insiden ia mencium Bara.

Ara mengembuskan napasnya dengan sangat berat, hal itu tidak membuat ketiga makhluk itu memperdulikannya.

"Ehemm ... jadi sudah aku putuskan, aku akan ikut bersama kalian. Ke negeri kalian yaa, itung-itung biar bisa move on" ucap Ara yang belum mendapat respon dari siapapun. Bara terus saja menyuapkan sendok kedalam mulutnya.

Ara yang merasa kesal karena sejak tadi terabaikan kini bangkit dari tempat duduknya sambil membawa piring makanannya dan pergi menuju dapur. Disana Ara mendumel dengan tidak jelas sambil mencuci piring dan peralatan memasaknya tadi.

"Sialan, mereka mengabaikan ku. Kau pikir kau siapa? Berani sekali dengan ku. Awas saja aku tak sudi memasak lagi, biar mampus sekalian" gerutu Ara sambil mematikan kran air.

"Persiapkan dirimu besok kita akan berangkat" ucap Albert yang tiba-tiba datang sambil memaruh piring dan gelas bekas makan mereka.

"Dan tolong cucikan ini. Hoahmmm ... aku sangat mengantuk" Ara hanya terbengong dengan apa yang baru saja ia dengar.

What? Besok? Bahkan ia belum membicarakan apapun dengan orang tuanya apalagi ia masih berstatus sebagai mahasiswa disini. Bagaimana kalo tiba-tiba ia di drop out? Astaga ini sungguh menguras pikirannya. Namun ia harus mengambil keputusan jika tidak ia akan mengalami sindrom susah move on. Kemudian pandangannya jatuh kepada piring-piring kotor di atas meja. 'Albert sialan awas kau!' Batinnya menyumpah.

**

Bara memandang langit-langit kamar dengan posisi terlentang diatas kasur sambil memikirkan apa yang akan terjadi keesokan harinya. Bagaimana ia harus berjuang untuk mendapatkan hati matenya, kekasih hatinya, cintanya itu. Bahkan ia hampir saja menyerah dan ingin meninggalkan Ara namun Zui wolf nya mengancam akan pergi dari hidup Bara selamanya jika sampai itu terjadi. Lagi pula Bara tak akan sanggup untuk melepas Ara dengan orang lain.

"Apa yang sedang anda pikirkan alpha?" Tanya Albert yang kini sudah masuk kedalam kamar. Bara mengabaikannya dan terus terpusat pada langit-langit kamar.

"Aku tahu alpha bagaimana tersiksanya anda dengan keadaan seperti ini. Jangan terlalu dipikirkan alpha yang terpenting sekarang luna akan ikut bersama kita" baru kali ini Albert berbicara dengan sangat-sangat bijak setelah mereka berdua saling mengenal.

"Aku akan mencobanya" balas Bara lalu bangkit dari kasur kemudian keluar dari kamar. Ia harus bertemu matenya saat ini.

***

"You are the reasonnnnnn ... uhukk uhukk. Sialan nada nya terlalu tinggi untuk suara ku yang terlampaui indah ini" saat ini Ara sedang mendengarkan lagu yang lagi top tranding di youtube sambil meniru artis itu menyanyi dengan mudahnya berbeda dengan Ara yang terlihat  bahkan tidak mahir sama sekali.

Kejadian itu tak luput dari pandangan Bara saat ini. Entah bagaimana Bara bisa terpikat oleh paras yang aneh milik Ara. Gadis yang tak mempunyai kepribadian selayak gadis pada umumnya, bahkan bisa dikatakan ia sangat nakal sekali.

Bara teringat dimana Ara menggodanya untuk menciumnya, namun yang terjadi malah dirinya yang terikat diatas kasur milik Ara.

"Jangan kau pikirkan Bar sebentar lagi kau bisa mendapatkan gadis ku" ucap Zui midlink Bara.

"Apa gadis mu? Cihh dia itu milikku hanya milikku" balas Bara tak mau kalah. Zui hanya mendengus dengan kesal.

"Tapi tanpa ada diriku kau tak bisa bertemu dengannya Bara bodoh" kini Zui sengaja memancing emosi Bara.

"Hei serigala jelek kau itu yang bodoh, itu semua karna aku yang tampan"

"Jika aku jelek kau juga, kan kita satu tubuh bodoh" Zui kini tersenyum mengejek kebodohan Bara.

"Ah sudahlah diam kau"

"Bara" suara itu mengintruksi Bara yang saat ini berbicara dengan wolf nya. Dan langsung memutuskan secara sepihak midlink dengan wolfnya tadi.

Ara berjalan mendekati Bara yang berdiri didepan pintu kamarnya. Tanpa permisi atau apapun, Ara langsung memeluk tubuh Bara dengan sangat erat. Bahkan Bara masih shock dengan apa yang terjadi saat ini.

"Bara ... mari kita tata kehidupan baru ini" ucap Ara sambil memeluk tubuh Bara. Bara melepas pelukan dari Ara dengan sangat tidak ikhlas.

"Apa maksud mu?" Tanya Bara bingung dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Kau mencintaiku bukan? Jika ia aku akan belajar untuk mencintaimu juga" ucap Ara dengan terseyum sangat manis saat ini untuk menutupi rasa gugup yang melanda hatinya.

"Apa kau serius dengan ucapan mu? Bukan malah menjawab Bara melempar pertanyaan kepada Ara.

"Kau tidak mempercayaiku? Yaa sudah aku cari laki-laki lain saja" balas Ara sambil membalikkan tubuhnya namun Bara segera  memeluknya dari belakang.

"Tidak boleh. Kau milikku saat ini dan sampai kapan pun hanya milik Bara seorang tidak ada laki-laki lain yang berada dihatimu maupun dipikiran mu" Bara menghirup dengan rakus aroma milik Ara dan mengecup kecil punggung Ara sekali.

"Aku mencintaimu lebih tepatnya sangat mencintai mu sayang" saat itu juga Ara tidak sanggup menopang tubuhnya karena tulang ditubuhnya serasa hilang entah kemana.

"Jantung ku!" Batin Ara menjerit dengan keras. Bara tertawa dengan sangat bahagia mendengar respon dari Ara yang membatin. 

"Kau hanya milikku ingat itu" Ara hanya sanggup mengangguk pasrah dengan pesona Bara saat ini.





Bersambung ...












Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 08, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

 My Mate Is Bad Girl !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang