[ 5 - cinq ]

2.4K 499 69
                                    

"yakin nggak ada yang ketinggalan?"

wonyoung menoleh mendengar suara sehun di belakangnya. setelah menutup ritsleting tas gunungnya, ia mengangguk. "yakin pa. udah dicek semua."

sehun mengangguk. "kamu ikut acara ini ada penanggung jawabnya kan? sini papa minta kontaknya."

mampus. batin wonyoung. masa iya dia membiarkan papanya punya kontak jisung?!

"aduh... anu... penanggung jawabnya kakak kelas, pa..." sahut wonyoung. aku naksir lagi sama orangnya. sambungnya dalam hati.

sehun mengernyit melihat ekspresi wonyoung. "ya gak apa-apa kan? kamu gak ada kontaknya?" tanya sehun lagi.

"ada sih... tapi bukan nomor handphone... nanti deh aku mintain." jawab wonyoung meski masih agak tidak yakin bagaimana caranya meminta nomor ke jisung.

"bener ya? papa tunggu. sekarang ayo sarapan."

•••

"kurang siapa sung?" tanya guanlin, duduk di sebelah sohibnya itu sambil mengunyah permen karet.

"masih banyak." jawab jisung.

guanlin mengangguk, kemudian sontak menepuk bahu jisung semangat mendapati wonyoung memasuki gerbang dengan bawaannya.

"tuh wonyoung!!!" pekik guanlin.

"hah? mana?" sahut jisung sambil berpikir kenapa malah guanlin yang semangat kalau ada wonyoung---padahal cewek imut itu kan naksir dia, bukan guanlin.

"itu di gerbang!"

jisung mengalihkan pandangannya, melihat wonyoung di gerbang sekolah.

rambut panjangnya dikuncir kuda, badan mungilnya dilapis kaus putih dan kemeja kotak-kotak yang tidak dikancing, jaket terikat mengelilingi pinggang, beserta celana rajut dan sepatu kets.

cantik. batin jisung.

"ngedip dong buset." chenle duduk di sebelah jisung sambil menyikut lengannya.

jisung tidak menyahut, menunggu wonyoung mendatanginya untuk absen.

"dek, absen dulu!" seru guanlin melihat wonyoung langsung berbelok ke arah bus.

cewek itu berhenti, kemudian menoleh kaget. wajahnya memerah karena malu.

jisung tertawa pelan melihat gerak-gerik adik kelasnya itu. persis anak kecil.

"maaf kak, kirain langsung naik." ucap wonyoung begitu berhenti di hadapan ketiga siswa kelas 12 itu. "kayla wonyoung radjani, 10 MIPA 2."

jisung mengangguk, mencentang nama wonyoung. "gak bareng sohee, dek?" tanyanya.

"hehe... iya, telat dia kayaknya." jawab wonyoung, agak kaget karena jisung membuka pembicaraan baru.

kemudian wonyoung teringat ucapan papa tadi pagi. nomor.

"oiya, kak," panggil wonyoung ragu-ragu. guanlin dan chenle ikut menyimak, siap jadi tim kompor kapanpun.

"gimana?" tanya jisung.

"penanggung jawab kegiatan ini siapa ya?" tanyanya.

"aku, kak ryujin, sama kak herin kelas 11. kenapa dek?" balas jisung lagi.

wonyoung memaki diri sendiri karena melupakan keberadaan ryujin dan herin sebagai penanggung jawab. tahu begitu, buat apa repot meminta nomor jisung?!

"o-oh.. ya udah nggak papa kak, makasih. aku ke sana dulu." sahut wonyoung, jantungnya tidak karuan.

"ah gak seru." dengus chenle selepas wonyoung pergi. "gue kirain dia mau minta nomor lo, sung."

"eh otak lo tuh gimana bisa sih mikir hal-hal tidak terduga?" sungut jisung sebal. "ngapain juga nyet dia minta nomor gue."

"ye bisa aja kali!! setuju gua sama chenle." sahut guanlin. "siapa tau orangtuanya khawatir jadi jaga-jaga pegang kontak penanggung jawabnya?" sambungnya.

jisung mencebik. "mana ada."

little did they know, dugaan chenle dan guanlin memang benar, kan?

•••

setengah perjalanan, mereka berhenti untuk istirahat.

guanlin dan chenle sudah kelelahan karena sibuk joget koplo dari tadi. makanya, mereka sudah lelap saat bus berhenti. sementara jisung dari tadi diam saja, sesekali menimbrung obrolan anggota mendaki yang lain.

ia turun dari bus untuk membeli cemilan, bersamaan dengan ryujin dari bus satu lagi.

"eh, ryujin." panggil jisung.

cewek hiperaktif itu menoleh. "oit."

ragu-ragu, jisung mengecilkan volume suaranya sambil bertanya, "tadi pagi ada adek kelas nyamperin lo atau herin nggak? tapi bukan mau absen." tanyanya.

"het apaan dah bisik-bisik??!! ulangin!" pekik ryujin.

"setan." umpat jisung. "tadi pagi ada adek kelas nyamperin lo atau herin nggak? tapi bukan buat absen." ulangnya.

ryujin berpikir sebentar kemudian mengangguk. "ada. nyamperin herin tadi di sebelah gue, minta nomor buat orang tuanya. siapa ya namanya? kayla..."

"wonyoung radjani?" sambung jisung.

ryujin mengangguk. "kok lo tau??? eh naksir ya lo??? pas tuh anaknya di sana! won---"

"SETAN" jisung buru-buru membekap mulut ryujin hingga cewek itu membungkuk dan hampir jatuh. "mulut lo tuh sama aja kayak guanlin chenle dah! heran gue." rutuknya.

ryujin tertawa lepas. "kebanyakan sama kak hyunjin juga gue, kan dia bacot." jelasnya. hyunjin, alumni SMA 4 sekaligus pacar ryujin.

"kok lo tau wonyoung nyamperin herin?" tanya ryujin lagi.

jisung mengedik bahu. "nebak doang."

"ye. ya udah dah gue mau ke toilet. bye." kemudian ryujin ngacir ke arah toilet.

jisung bergumam heran sambil melangkah kembali ke bus. "ini kok tebakan guanlin sama chenle bener dah??? cenayang itu berdua????"

















xixixiix dikit lagi baday sist

sweet hurricane. / jisung, wonyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang