Hari berganti, Rian masih dengan aktifitasnya di restoran. Ia masih sibuk di depan laptopnya. HP nya Ia letakan diatas meja kerja. Secangkir kopi pun menemani harinya di depan laptop.
Rian nampak sedang membaca artikel-artikel referensi makanan. Tujuannya satu, untuk menambah inovasi menu makanan di restorannya. Konsep yang Ia ambil adalah generalisasi antara western dan nuansa Nusantara. Ia sangat percaya diri dengan usahanya ini. Ia percaya Ia akan lebih sukses lagi menjadi seorang wirausahawan dibidang kuliner.Ketika Ia sedang asyik dengan laptopnya. Tiba-tiba HP nya berbunyi. Ada pesan baru yang masuk. Ternyata SMS baru itu dari gerai kartu SIM nya yang memberitahukan bahwa nomor tersebut sudah berhasil di segarkan. Karena saking fokusnya Ia dengan kerjaannya. Ia tak menyadari adanya notifikasi dari HP-nya. Setelah beberapa saat. Ia baru membuka HPnya. Dengan sangat terkejut, Ia segera menegakkan badannya di kursi kerjanya. Ia sangat antusias dengan pesan yang baru Ia terima.
"Kartunya sudah berhasil di segarkan, berarti....." Ujarnya. Ia tak sabar menunggu pesan yang akan masuk beberapa tahun yang lalu.
Tiga menit waktu berlalu. Ternyata masih belum ada juga pesan yang masuk. Sambil menunggu dengan cemas. Ia mengetuk-ngetukkan kelima jarinya secara bergantian di atas meja kerjanya. Tak luput juga, Ia terus menggerutu dengan suara pelan.
"Ayo dong ayoo... pesannya mana inii? Aku penasaran. Aku sudah ga sabar." Gerutunya.
Lima-sepuluh menit sudah berlalu. Rian menghabiskan waktu tersebut dengan percuma, karena tak ada satupun pesan yang masuk. Ia nampak terlihat bosan dan putus asa.
"Kenapa sampai sekarang ga ada satupun pesan yang masuk? Apa memang pesan yang sudah lama tidak bisa disegarkan lagi? Atau mungkin, dulu Alfie sama sekali tidak mengirim pesan apapun? Tapi...rasanya ga mungkin seperti itu." Ujarnya lagi.
Karena tak ada satupun pesan yang datang, akhirnya Ia menaruh kembali HP-nya di meja. Ia sandarkan kembali tubuhnya di kursi kerjanya. Rian masih saja memikirkan mengenai hal itu. Hingga suatu ketika, Ia memutuskan untuk mendatangi rumah Alfie.
~Sementara itu di rumah Alfie~
Waktu sudah menunjukkan pukul 14.35 WIB. Dengan wajah lusuh, Alfie diantar pulang oleh Adi. Akhir-akhir ini, Alfie sering diantar/dijemput dari rumah ke kampus atau sebaliknya. Adi kini mulai protect terhadap Alfie. Ia benar-benar tak ingin melihat sahabatnya merasa sedih. Melihat itu, justru mendatangkan kecemburuan terhadap Lili dan Meli, meskipun mereka tahu bahwa keduanya sudah berteman baik sejak SMP. Setibanya di depan rumah Alfie, Adi menghentikan laju mobilnya. Adi dan Alfie keluar dari mobil.
"Thanks ya, Di!" Kata Alfie sambil melemparkan senyumannya.
"Yap! Sama-sama. Pokoknya jangan sungkan ya. Kapanpun kamu butuh aku, tinggal calling aja. Aku pasti dateng kok. Hehehe" Kata Adi.
"Haha... emangnya bisa kamu selalu nyempetin waktu buat aku?"
"Ya bisa laah. Selagi doraemon masih ada, pintu kemana saja masih bisa di sewa."
"Hahaha.. bisa saja kamu!" Kata Alfie.
"Yasudah, aku masuk dulu ya." Sambungnya lagi.
"Oke. Perlu aku temuin mama kamu lagi?"
"Apaan sih ga perlu, tau! Haha"
"Siapa tahu mama mu kangen sama aku. Hehehe"
"Dih! So kecakepan banget sih kamu, Di. Hahaha"
"Tapi aku emang ngangenin kan? Kamu juga sering kan kangen sama aku." Godanya kepada Alfie.
"Ih, apaan sih kamu tuh ya! Hahaha. Kata Dilan, rindu itu berat. Jadi biar kamu aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Datang Untuk Pergi - (Completed)
RomancePerjalanan panjang yang juga berliku tak kunjung usai di lalui Alfie (gadis pintar dan cantik memiliki rambut panjang). Apalagi perjalanan cintanya tak selalu mulus, tapi beruntunglah dia selalu dikelilingi sahabat-sahabatnya yang baik dan sayang ke...