Bagian 17

88 3 0
                                    

Rian mulai angkat bicara.

"Kamu duluan, Fie." Kata Rian mengalah.

"Oh..hehe. Aku tadi cuma mau nanya aja sih. Kamu pulang ke Indonesia kapan?"

"Aku? Mmm...sekitar sebulan yang lalu." Jawab Rian.

"Oh... masih belum lama ya." Kata Alfie.
"Eh, tadi kamu mau bilang apa?"
Sambung Alfie lagi.

"Oh..hahaha.. ngga sih. Aku cuma mau nanya, gimana kabar kamu dan tante Lina?"

"Oohh.. Aku sama Mama sehat. Kamu gimana?"

"Aku juga sehat. As you see..." Jawab Rian. Mereka tertawa bersama kembali.
Perlahan, mereka mulai terdiam. Seperti kehabisan tema bicara, Alfie dan Rian akhirnya terperangkap dalam kondisi yang sama-sama kikuk.  

Satu, dua, tiga menit mereka terdiam. Di hatinya sama-sama kikuk, dikepalanya sedang berpikir keras. Memikirkan apa yang harus dibicarakan.
Dan...Alfie memecahkan keheningan.

"Diminum lagi teh-nya silahkan."

"Oh, iya." Rian mengambil teh nya dan meminumnya kembali.

"Kenapa kamu memutuskan untuk membuka usaha di Indonesia?" Tanya Alfie.
Rian kaget mendengar pertanyaan Alfie yang langsung menjurus.

"Hah? Uhuk..uhuk..uhuk..." Rian tersedak, karena memang pertanyaan Alfie sangat menjurus.
"Uhuk..uhuk..uhuk..uhukkk..."

"Eh? Kamu ngga apa-apa?" Tanya Alfie cemas.

"Akuu...uhuk...aku ngga apa-apa.. uhukk..uhuk..."

Dengan spontan Alfie menghampiri Rian dan membantu menepuk-nepuk pundak Rian. Tak berselang lama, kemudian Ia sadar akan sikapnya. Ia menghentikan pergerakannya, perlahan Ia menjauh dari Rian tanpa kembali ke posisi duduk semula. Kini mereka duduk di sofa yang sama hanya berjarak beberapa senti saja. 

"Emmm...maaf!" Kata Alfie. 

Rian langsung memegang tangan Alfie dan Ia genggam dengan erat. Jantung Alfie berdetak sangat amat kencang. Wajahnya memerah, tatapannya terpaku kepada Rian. Begitupun dengan Rian.

"Fie, besok malam... kamu mau ngga datang ke Restoran ku lagi?" Tanya Rian.

"Hah?? Emmm...jam berapa?" Tanya Alfie sambil menahan perasaan senang bercampur deg-deg-an.

"Selepas Isya." 

"Emm...boleh." Alfie melemparkan senyumnya lagi.

"Besok aku jemput ya!" Kata Rian dengan tatapan mata yang tajam.  Alfie hanya menganggukkan kepala tanda setuju.

Mereka masih saling bertatapan tajam. Pandangannya begitu dalam seolah sama-sama menembus dinding hatinya. Perasaan mereka bercampur aduk. Ada senang, haru, bahagia, tak menyangka, bercampur dengan detak jantungnya yang semakin cepat memompa aliran darah. Ditengah adu tatap itu kemudian HP Rian berbunyi.
Sontak mengagetkan dan membuyarkan semua yang mereka rasakan.

"Ah! Maaf, Fie.." kemudian Rian melihat HP nya dan melihat panggilan dari siapa gerangan.
"Aku angkat telpon dulu ya!" Kata Rian setelah tahu itu panggilan dari kantornya. Segera Ia bangkit dan keluar.

Alfie yang ditinggal sendiri, kemudian memandangi kedua tangannya dengan penuh rasa. Ia meletakkan tangannnya tepat di dadanya. Sambil memejamkan mata, Ia tersenyum. Ia merasakan bahagia yang teramat sangat. Tak lama kemudian, Rian masuk lagi ke rumah dan duduk di posisi semula. Sudah pasti Alfie kaget dan sempat salah tingkah.

"Emm...Fie, kayaknya aku harus balik lagi ke Restoran. Tadi Papa telpon, mau ada yang dibicarakan."

"Oh gitu. Yasudah kalau emang kamu harus balik ke sana."

Datang Untuk Pergi - (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang