Bagian 10

109 4 1
                                    

Menyadari Dinda yang menyandarkan kepalanya dibahu kanan Lucky, ia segera memberikan respon penolakannya.

"Emmm...Dinda, jangan begitu aku ga enak kalau-kalau nanti Adi melihat kita. Aku takut dia malah salah paham dan masalahnya semakin rumit." Kata Lucky sambil menarik perlahan bahunya.

"Maaf...akuu refleks." kata Dinda yang kemudian tersadar.

Rupanya dibenak Dinda masih tersimpan banyak pertanyaan yang harus disampaikan kepada Lucky.

"Ky, kamu ga bohong kan tentang Adi? Lalu...kedekatan Adi dengan Alfie? Kenapa mereka terlihat sangat dekat?"

"Maksudnya?" Tanya Lucky yang masih bingung.

"Aku melihat mereka di kantin, dan itu....?? Hiks..." kata Dinda terpotong. Ia menangis.

"Din...mereka itu temenan.. jadi ga mungkin ada perasaan diantara mereka. Sepertinya mereka sedang sama-sama punya masalah."

Lagi-lagi Dinda menatap Lucky saat Lucky selesai berbicara seperti itu. Di dalam lubuk hatinya ia masih sangat mengharapkan apa yang dikatakan Lucky itu benar adanya.
Dinda merenung sejenak, dan akhirnya dia berpamitan untuk pergi.

"Baiklah...aku pergi dulu ya. Makasih waktunya Ky.."

"Oh, mau langsung balik? Engga mau klarifikasi dulu sama Adi?" Tanya Lucky.

"Tidak untuk hari ini, Ky."

"Oh, begitu, ya sudah Dinda, kamu sabar ya."

"Iya Ky...makasih"

Dinda pun pergi meninggalkan Lucky.
Lucky yang dari tadi sibuk dengan HPnya dan menelpon seseorang yang tak kunjung diterima panggilan telponnya. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi menemui orang yang ditujunya. Orang tersebut tak lain adalah Rina, adiknya sendiri.

~Di kantin~

"Udah kenyang belum? Mau dipesenin apa lagi?" Tanya Adi.

"Aduh... aduh..udah Di...perut aku udah ga bisa nampung makanan lagi."

"Haha..okelah. jadiii nanti malem ada acara ngga?"

"Mmm...kayaknya ga ada deh Di. Emang kenapa gitu?"

"Mau ngajak kamu ke suatu tempat."

"Mau kemana?"

"Yaaa rahasia... bisa keluar engga?"

"Hmmm...??? Oke! Jam berapa?"

"Selepas isya aku jemput kamu ya."

"Sip!"

Setelah selesai makan, Adi dan Alfie kembali ke kelas.

Malam akhirnya tiba. Waktu sudah menunjukkan pukul 19.30 WIB. Rupanya Alfie sudah bersiap-siap menunggu Adi di ruang tamu.

"Mau kemana kamu sayang?" Tanya Lina yang kebetulan keluar dari kamar yang masih memakai mukena.

"Alfie mau jalan dulu Mah sama temen."

"Sama siapa? Kemana?"

"Sama Adi...tapi ga tau mau kemana."

"Ko engga tau? Ya harus tau mau kemana!"

"Maahhh...mama tenang aja. Mama kan udah kenal Adi. Dia ga mungkin bikin Afie (nama panggilan di rumah) kenapa-kenapa."

Lina memandang Alfie dengan curiga dan khawatir.

"Maahhh...ayolahh...jangan begituuu."

"Kalau Adi datang, suruh temui mama!" Kata Lina terlihat sedikit kesal.

"Iya mah..." jawab Alfie dengan nada rendah.

Lima belas menit berselang, Adi pun datang.

"Assalamu'alaikum.."

"Wa'alaikumsalam" jawab Alfie dan Mamanya.

Alfie segera membuka pintu. Terlihat Adi sudah berdiri di depan dengan menggunakan jeans dongker dan kaos abu-abu lengan panjang yang ngepas dengan badannya yang atletis. Jam tangan sport pun tak luput melingkar di pergelangan tangan kirinya. Aroma parfum yang menjamah hidung terasa segar untuk dihirup. Tidak terlalu mencolok, tapi memberikan sensasi fresh. Seketika Alfie terkesima dengan penampilan Adi pada saat itu. Terlihat santai tapi rapi. Dalam benaknya sungguh tidak biasa penampilan Adi malam ini. Seperti orang yang ingin mengajak kencan ceweknya, padahal yang diajak jalan adalah sahabatnya.

"Adi?"

"Udah siap? Yuk berangkat!"

"Mau kemana sih Di sebenarnya? Rapi banget? Kayak mau ngapelin ceweknya." Tanya Alfie yang terkesima dengan kegantengan Adi. Ia tidak menyangka bahwa temannya sangat tampan jika berpakaian seperti ini.

"Yaa...kan kita mau jalan-jalan."

"Eeuuummm...masuk dulu yuk..mama mau ngobrol."

"Oh ya? Ada apa, kok tumben?"

"Entahlah..."

Mereka masuk ke rumah. Dipanggilnya Lina oleh Alfie.

"Maahh...ini Adi udah datang."

Lalu Lina menemui Adi di ruang tamu. Adi mencium tangan Lina sebagai tanda hormat kepada orang yang lebih tua.

"Malam tante, gimana kabarnya, tan?"

"Alhamdulillah baik. Nak Adi sendiri gimana kabarnya?"

"Alhamdulillah baik, tante."

"Ngomong-ngomong ini mau ngajak Alfie pergi kemana?" Tanya Lina dengan penuh tanda tanya.

"Rencananya sih mau ajak Alfie makan malam, tante. Tante ga keberatan kan?"

"Cuma berdua? Meli sama Lili mana?"

"Mereka engga ikut, tan. Diajakin juga pada engga mau. Lagi ada keperluan katanya. Mmmm... tante mau ikut?"

"Hah? Tante ikut?"

"Iya..kalau tante mau ikut engga apa-apa."

Seketika hati Lina yang tadinya kesal berubah jadi tersipu malu.

"Aaahhh...Nak Adi ini bercanda.. hahaha..."

"Yaah..tante...serius saya tan..hahaha"

"Engga ah! Masa emak-emak ikut-ikutan acaranya anak muda. Hahaha"

"Tante kan emang masih muda." Rayu Adi. Adi ini memang paling jago meluluhkan hati para orangtua.

"Aahh..nak Adi bisa aja..hahaha" kata Lina semakin ge-er.

"Hahahaha..." gelak tawa pun pecah di rumah Alfie.

"Yasudah..sana kalau mau pergi. Tapi pulangnya jangan malam-malam ya."

"Siap tante, laksanakan!" Kata Adi sambil hormat bergaya seperti pasukan yang menghadap komandannya.

"Hahahaha...yasudah sana pergi." Kata Lina sambil tertawa bahagia.

"Oke tante.." Jawab Adi.

"Mah, Afie pergi dulu ya..."

"Iya..hati-hati. Ingat jangan pulang malam-malam!"

"Iya Mamah..." jawab Alfie.

"Assalamu'alaikum.." kata Alfie dan Adi bersamaan.

"Wa'alaikumsalam"

Lina mengantar mereka sampai ke depan pintu rumahnya. Dan merekapun pergi dengan mobil Fortuner putihnya.
Raut wajah bahagia nampak di wajah Lina. Merekapun pergi diantar dengan senyuman yang terpancar dari bibir Lina.

~~~
Bersambung...

Datang Untuk Pergi - (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang