Bagian 5

118 9 5
                                    

Alfie tak bisa bertanya tentang apa yang terjadi saat ini. Karena situasi di ruangan itu sedang berduka.

Lucky pun menghampiri Ibunya yang terbaring lemah di RS.

"Bu, ini Lucky.. Lucky datang untuk memenuhi keinginan ibu. Mungkin..permintaan terakhir ibu.."

Ibunya tak menjawab secara lisan. Namun Lucky memahami maksud dari setiap hembusan nafas dan kedipan mata ibundanya.

"Bu, bukankah ibu ingin melihat Lucky menikah dengan seseorang gadis pilihan hati ibu? Lucky sudah ada di sini bu. Insya Allah Lucky akan jaga dia dengan baik. Lucky akan menyayanginya sebagaimna Lucky menyayangi ibu..Lucky janji..Lucky janji di hadapan ibu..."

Sementara itu, Rina mengajak Alfie untuk ikut berkumpul di kerumunan itu. Alfie ikut mendekat dan masih dengan tangisannya yang sedih dan tak siap dengan kenyataan yang ada. Kesedihan Alfie berbeda dengan kesedihan yang dirasakan banyak orang di ruangan itu. Namun, siapa yang tahu? Bahwa tangisan Alfie ini adalah kesedihan bahwa seseorang yang ia sukai akan menikah dengan wanita lain

"Nak Lucky, sudah siap? Bisa segera di mulai?" Tanya seorang laki-laki yang kemungkinan seorang penghulu.
Lucky menyeka air matanya. Semua yang ada di ruangan itu pun tak luput dari tangisan.

"Saya siap, Pak."

"Baiklah, ijab qobul akan segera dilaksanakan. Silahkan untuk calon pengantin wanita agar duduk berdampingan dengan mempelai pria."

Lalu wanita cantik yang sedari tadi berdiri di samping ibunda Lucky pun duduk di samping Lucky. Alfie menutup matanya rapat menahan kesedihan yang ada di hatinya. Air matanya semakin deras keluar.

Ia berkata dalam hati..
"Apa ini mimpi? Ayo dong bangun Fie, bangun!! Aku gak kuat melihat ini ya Rabb. Aku gak sanggup! Hiks hiks.."

Tetiba lutut rasanya lemas. Alfie pun terjatuh dan terduduk lemas. Kejadian itu membuat seisi ruangan kaget.

"Kak Alfie?!" Rina kaget dan langsung menyangga tubuh Alfie di bawah.

"Kak?? Kakak ga apa-apa kan? Kakak kenapa?" Tanya Rina.

"Alfie?!" Lucky bangkit dan hendak menolong Alfie. Tapi wanita itu menarik tangan Lucky untuk melanjutkan pernikahannya.

Sementara itu..Alfie dan Rina

Rina membawa Alfie sdikit menjauh dari kerumunan dan duduk di sofa.

"Kak? Kak Alfie kenapa?"

"Aku..aku..ga apa-apa Rin, rasanya agak sedikit pusing kepalanya." Jawabnya masih sambil menangis.

"Ini kak, minum dulu." Rina pun memberi segelas air putih kepada Alfie.

Sementara itu, pernikahan tetap dilanjutkan.
Sampai akhirnya Alfie memaksa ingin pulang, tapi masih belum diijinkan oleh Rina karena kondisinya yang masih lemas.

"Kak Alfie. Kenapa kakak terlihat sedih? Apa jangan-jangan..?? Jangan-jangan.. kakak??"

"Ssssuuuttttt!" Alfie menutup mulut Rina dengan jari telunjuknya.

"Ngga Rin, jangan! Jangan dilanjutkan." Tatapan Alfie penuh makna kepada Rina. Rupanya hanya Rina yang mengerti kondisi Alfie saat itu.

"Kak? Aku..aku gak tahu harus berbuat apa? Apa kak Lucky tau hal ini?"

Alfie tertunduk sambil menangis, ia menggelengkan kepala.

"Ya Ampun..kenapa ini bisa terjadi? Kenapa kakak gak bilang? Biar..biar aku yang bilang ke Kak Lucky!"

"Ngga! Ngga Rin. Jangan... please.. please..huhuhu... Jangan kecewakan ibumu.."

Rina yang tak bisa berbuat apa-apa dan mengerti perasaan Alfie, hanya bisa memeluk erat Alfie.

"Hu..hu..huu...kenapa ini terjadi kepadaku? Kenapa???"

"Sabar ya kak...sabar..." Rina pun ikut menangis.

Acara pernikahan pun telah selesai. Lucky menghampiri Alfie yang sedang duduk bersama Rina. Mengetahui Lucky menghampiri Alfie. Rina meninggalkan mereka.

"Alfie...kamu gak apa-apa kan? Kamu sakit?"

Dalam hati Alfie...
"Sakit..Ky...sakit banget.. Lebih sakit dari yang kamu lihat."

"Aku...aku gak apa-apa Ky, cuma maag aku kayaknya kambuh, tadi makan bakso kepedesan."

"Bakso tadi di kantin? Aku ikut icip kok, tapi gak begitu pedes deh itu.."
Alfie tercengang dan bingung mencari alasan lain.

"Hah? Iya sih..tapi aku kan punya maag, mungkin udah kronis makanya begini." Kata Alfie masih dengan alasannya.

Melihat kondisi Alfie yang begitu, Lucky mengaminkan alasannya.

"Maafin aku ya Fie.. sebelumnya, aku..engga mengatakan yang sejujurnya sama kamu. Aku langsung-"

"Ky cukup!" Alfie memotong pembicaraan Lucky.

"Eumm...sorry perut aku sakit banget Ky, bisa nanti aja ga dijelaskannya. Aku ga kuat!" Lanjutnya.

"Aku...aku panggil dokter ya?"

"Ngga! Ngga usah...aku ada dokter langganan. Gak cocok di dokter yang lain. Aku..aku mau permisi pulang aja."

"Fie...??? Aku antar ya?"

"Ga! Ga usah...aku naik taksi aja.. aku ga kuat naik motor."

"Aku antar ya? Aku antar kamu pulang naik mobil..." kata Lucky masih ga enak hati, karena bagaimanapun dia yang susah bawa Alfie ke Rumah Sakit.

"Ga usah! Ga perlu.. gak apa-apa aku bisa sendri."

"Ga apa-apa aku antar kamu." Kata Lucky masih memaksa.

"Rin! Bisa tolong antar aku ke luar cari taksi?" Kata Alfie langsung menyerga perkataan Lucky.

"Iya kak." Rina langsung menghampiri Alfie sambil memapahnya.

"Fie?! Alfie..?!" Lucky agak sedikit berteriak memanggil Alfie yang pergi bareng Rina. Namun beberapa langkah ia pergi, kembali Alfie menengokkan wajahnya.

"Oh ya...selamat atas pernikahannya! Semoga bahagia selalu." Lanjut Alfie sambil pura-pura tersenyum, padahal jauh di dalam hatinya ia menangis, menahan rasa sakit hati yang dirasa.
Kemudian, Alfie diantar Rina untuk keluar mencari taksi.

~~~
Bersambung...

Datang Untuk Pergi - (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang