Bagian 14

80 4 0
                                    

~Disebuah Restoran Naturius~

Di ruangan kantor disalah satu Restoran yang bersuasanakan alam (Restoran Naturius). Rian nampak sedang duduk di depan laptopnya. Ia duduk dengan menyandarkan tubuhnya. Jari tangan kanannya memegang area kumis dan dagunya. Tangan kirinya ia letakkan di tangan kursi di kantornya. Matanya serius menatap laptop. Hatinya terlihat kosong. Bukan sebuah pekerjaan yang sedang ia amati. Ternyata sebuah foto laki-laki dan perempuan yang berada  disebuah taman bunga. Nampak perempuan itu tertawa bahagia, dan sang lelaki memeluk pundak wanita itu. Foto dua anak manusia itu tak lain adalah dirinya dan juga Alfie (mantannya yang tiga tahun lalu Ia tinggalkan ke luar negri).

Rian meninggalkan Alfie karena Ia ikut dengan keluarganya pindah ke Eropa. Ayahnya seorang pengusaha yang sukses. Ia memiliki sebuah restoran di Indonesia. Restoran itu warisan dari kakeknya Rian. Rian sengaja dibawa ke Eropa untuk belajar bagaimana cara me-manage sebuah restoran agar tidak kalah saing dengan restoran yang lainnya. Restoran tersebut kini bernama Restoran Naturius.
Di sana, untuk berkomunikasi dengan Alfie saja sangat sulit rasanya. Karena HP yanh berisikan nomor-nomor telpon teman-temannya di Indonesia disita oleh ayahnya.

~Dalam ingatannya~

"HP papa sita. Kalau kamu bisa menunjukkan kemampuan kamu ke papa. Kamu akan mendapatkan kembali HP-nya."

Selama itu, dia coba menabung sendiri untuk membeli HP yang baru. Rian selalu diajarkan oleh orangtuanya supaya mandiri. Dia sangat ulet, mandiri, dan tekun dalam menjalankan tugas apapun. Hingga ia harus mengorbankan cinta di masa lalunya.
Sementara itu, Alfie dibuatnya sangat menderita. Ia harus menahan rasa rindunya.
Pesan singkat yang ia kirimkan tak kunjung dapat balasan dari Rian. Yang membuatnya mengerti. Sevelum kepergian Rian ke Eropa. Ia sudah menjelaskan keadaan yang sebenarnya kepada Alfie. Bahkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada komunikasi pada  hubungan mereka. Hanya ada satu hal yang tidak di ceritakan oleh Rian. Yaitu tujuan dia ke Eropa adalah untuk melanjutkan usaha warisan orangtuanya. Sehingga sangatlah wajar ketika Alfie sangat terkejut ketika tahu Rian menjadi seorang pemilik restoran pada kejadian tempo hari.

"Aku tak menyangka kita akan dipertemukan di restoran ini, Fie."
Kata Rian dengan sambil menatap foto itu.

"Kamu...banyak berubah sekarang. Kamu tambah cantik. Yang tak berubah cuma satu. Yaitu perasaan aku kepadamu. Dari dulu, sampai sekarang, bahkan nanti mungkin perasaan ini masih akan tetap sama, tak ada yang berkurang." Kata Rian tersenyum.

Selama kepindahannya ke Eropa, tujuannya cuma satu. Yaitu kembali untuk meraih dan merajut cinta dan asanya yang sempat tertinggal. Ia percaya bahwa Alfie adalah cinta yang ditakdirkan untuk hidupnya.
Dalam lamunannya, tiba-tiba Ia ingat sesuatu.

"HP lama ku!"

Bergegas Rian bangkit dari kursinya dan mengambil kunci mobilnya. Ia pacu mobilnya menuju sebuah rumah minimalis yang temboknya di cat perpaduan antara coklat tua dan muda. Tak ketinggalan sebagian temboknya ditempel batu alam. Lantai yang terbuat dari marmer, dan memiliki dua lantai itu memiliki taman yang tidak begitu luas. Terdapat sebuah garasi yang bisa muat satu buah mobil dan satu motor.
Rian parkirkan mobilnya di depan pagar rumahnya. Ia keluar dari mobil dan mengunci mobil itu dengan sebuah remot. Kemudian ia masuk ke rumah yang tidak bertuan selain dirinya.

Rian masuk ke kamarnya dan mengambil sebuah koper yang dulu ia gunakan untuk membawa pakaian dari Eropa ke Indonesia. Segera ia membuka koper dan mencari HP itu ke sela-sela kantong yang ada di dalam kopernya. Tak lama kemudian, pencariannya terhenti dan ia termenung. Ia mengangkat perlahan tangannya, dan sebuah HP yang sudah tidak memiliki daya baterai sudah ada di genggamannya.
Sejenak Rian merenung sambil melihat HP-nya dengan penuh arti.

Datang Untuk Pergi - (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang