1

140 12 7
                                    

Pagi menjelang siang menjadi hari tersibuk untuk wanita karir saat ini, wanita paruh baya berlari menuju belakang rumah tetangganya, menemui seorang lelaki muda yang tengah sibuk bergulat dengan tanah liat.

"Natha tante boleh minta tolong jemput Luna di stasiun gak, soalnya Bang Artur nya lagi nganter Yasmin cuci darah ke rumah sakit?" ucap wanita paruh baya itu saat menemui Natha.

"Iya tante nanti Natha jemput." balas Natha sambil membersihkan tangannya yang terkena tanah liat.

"Makasih ya nak Natha, wah... ini model baru ya, tante belum pernah lihat sebelumnya?"

"Iya tante, ini pesanan pelanggan, dia minta bentuk yang baru."

"Ya udah kalo gitu tante pergi dulu ya, tante mau ada rapat di kantor, sekali lagi makasih ya nak Natha."

"Sama sama tante."

***

Seorang gadis tengah menunggu dengan tas ransel disampingnya. Dia melihat banyak orang berlalu lalang di sekitarnya, suara wanita terdengar dari speaker sebagai pemberitahu pada penumpang bahwa kereta api akan segera berangkat.

"Ih... lama banget sih dia, gak biasanya telat jemput!" omelnya sejak lima menit lalu. "Udah lima belas menit gue nunggu nyampe jamuran gini, mana sih tuh anak!" lanjutnya.

"Luna..." panggil seorang laki-laki.

"Natha, ngapain ke stasiun?" tanya gadis yang dipanggil Luna itu.

"Loh bukannya gue disuruh buat jem-" ucapnya terpotong.

"Luna maaf aku telat tadi macet." suara laki-laki tinggi memotong ucapan Natha.

"Gak papa kok Dave, kamu juga udah repot harus jemput aku." jawab Luna dengan senyum termanisnya. "Gue balik bareng Dave soalnya Bang Artur gak bisa jemput, terus lo ngapain ke stasiun Nat?" lanjut Luna sambil melihat Natha yang berdiri di depannya.

"Ah... itu... tadi gue habis nganter sepupu gue yang mau balik ke Malang." ucap Natha seadanya.

"Ya udah kalo gitu kita duluan ya Nat, gue masih ada urusan lagi." pamit Dave sambil mengangkat tas ransel Luna.

"Oke..." Natha masih melihat kepergian mereka. "Perasaan tadi jalanan lancar, kapan macetnya?" tanyanya sendiri. "Apa gue udah gak penting lagi buat lo setelah Dave ada dihidup lo sekarang Lun?" Natha baru pertama kali ini merasa waktunya terbuang sia-sia, seharusnya ia lebih dulu bertanya pada Luna apa sudah ada yang menjemputnya atau belum.

"Hampir dua tahun ini lo cuma ngangep gue ada saat lo lagi butuh gue, setelah itu lo kaya gak pernah kenal gue Lun." lanjutnya.

***

"Makasih ya Dave udah mau jemput aku padahal kamu ada latihan buat turnamen." ucap Luna saat ia turun dari mobil Dave.

"Santai aja kali Lun, aku kan kangen sama kamu." tak lupa Dave mengusap rambut Luna penuh cinta.

"Oke deh, mau mampir dulu?"

"Gak usah deh Lun, aku lanjut aja pasti udah ditunggu sama yang lain." jawab Dave.

"Ya udah kalo gitu, hati-hati ya, kabarin kalo udah sampe!" tersenyum manis pada Dave.

"Iya Luna... see you" mencubit pipi Luna gemas.

Setelah mobil Dave tak terlihat lagi Luna segera masuk ke rumah bercat kuning. Dilihatnya mobil abang nya sudah terparkir manis didepan pintu garasi.

"Bang kenapa parkir didepan garasi nanti diomelin mama lagi?" ucap Luna saat dilihatnya Artur tengah santai di sofa ruang keluarga.

"Nanti abang mau pergi lagi." jawab Artur masih tak melihat kearah Luna.

LUNATHA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang