10

43 2 0
                                    

Happy reading....

Artur segera melanjutkan acara menontonnya, dia sengaja memilih menonton di ruang keluarga dari pada di kamarnya karena lebih dekat dengan dapur supaya saat ingin mengambil cemilan tidak perlu mempause filmnya. Sedangkan Tante Maya masih menaiki tangga perlahan, diingatnya kamar nomor dua disebelah kanan. Sesampainya didepan pintu bercat putih dengan hiasan ukiran bunga kecil-kecil menjadi penanda pemilik kamar adalah wanita. Diketuknya pintu kamar, namun sudah ketukan ke tiga kali tak ada sahutan dari dalam. Karena tak enak jika membuka pintu tanpa sepengetahuan pemilik akhirnya Tante Maya turun untuk menemui Artur.

"Nak Artur?"

"Ada apa tan, udah ketemu sama Natha nya?"

"Em gini, tadi tante udah ketuk pintunya tapi gak ada sahutan dari dalem tante takut ada apa-apa." terlihat jelas raut wajah cemas.

"Biar Artur yang panggilin."

"Makasih ya nak, tante ngrepotin kamu malem-malem gini."

"Gak kok tan, santai aja."
Sampai didepan kamar Luna, Artur membuka pintu kamar tanpa mengetuk pintu lebih dulu. Betapa terkejutnya saat Artur melihat perilaku dua remaja didepannya.

"Apa-apaan ini..." heran Artur menatap pemandangan didepannya.

"Oh my God, gak salah?" ucap Tante Maya tak kalah heran dengan Artur.

"Dek kamu ini perempuan, gak malu apa nanti kalo mama tau gimana?" kesal Artur setelah memasuki kamar adiknya diikuti Tante Maya dibelakangnya.

"Hehe... tadi adek main perang-perangan sama Natha, gara-gara tuh dia ngabisin makanan aku, gak mau bantuin bikin laporan lagi." dumel Luna.

"Tapi kenapa kamarnya jadi bisa sehancur ini sih?" heran Artur melihat sekelilingnya.

"Natha kamu harus bantuin Luna beresin ini semua kalo gak kamu gak boleh pulang!" omel Tante Maya.

"Iya ma... nanti Natha bantu beresin kok."

"Ya udah nak Artur kalo gitu tante pamit pulang dulu, kalo Natha gak mau beresin cubit aja sampe merah!" menatap sengit Natha sekilas.

"Natha mau bantuin Luna, mama..." lelah Natha.

"Maafin Natha ya nak Luna."

"Gak papa kok tante, Luna juga salah."

Akhirnya Artur dan Tante Maya meninggalkan Luna dan Natha, namun bukannya segera membereskan kamar mereka malah bertawa.

"Nat lo liat gak tadi muka Bang Artur kaya orang nahan pup, kocak sumpah coba kalo lo bawa kamera gue bakal cetak foto itu terus gue pajang didepan pintu gerbang." sambil mencomot cemilan ditangannya.

"Loh kok di taroh didepan gerbang?"

"Ya buat nakutin maling biar gak berani nyuri di rumah gue, hihi..." sambil memasukkan kembali cemilan.

"Tega lo sama abang sendiri, udah ayo buruan mulai beresin ini kamar lo, malah ngemil mulu gak gede-gede!" ingat Natha.

Mereka segera membersihkan kamar Luna yang menyerupai kapal pecah. Mereka saling berkerja sama kadang kala juga diselingi obrolan yang menyenangkan. Hingga tengah malam Natha baru saja masuk kamar Luna setelah membuang sampah bekas bungkus cemilan. Dilihatnya Luna sudah tertidur didepan leptop yang masih menyala, karena merasa kasihan Natha mengendong Luna dan meletakkannya di ranjang dengan perlahan, setelah dirasa Luna mulai nyaman Natha segera mematikan leptop.

"Good night Lun, nice dream..." perlahan Natha menutup pintu kamar Luna. Ia turun untuk menemui Artur untuk berpamitan karena ia harus pulang, dilihatnya Artur masih fokus menonton. "Bang gue balik dulu deh dah malem."

LUNATHA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang