2

74 7 0
                                    

"Hah?" mulut Luna tiba-tiba sulit untuk digerakkan. "Emm... gini ya... makasih lo udah suka sama gue." lanjut Luna tersenyum canggung.

"Tapi... gue udah suka sama orang lain."

"Gue tau kok kalo gue bakal ditolak." ucap Arnot sambil menatap lembut Luna.

"Maaf." ucap Luna hati-hati. "Gue pergi dulu Ar, lo hati-hati di jalan." lanjut Luna berjalan melewati Arnot diikuti Dave dibelakangnya.

Sebelum benar-benar melewati Arnot, Dave berhenti dengan senyum sinis dan dibalas sinis pula oleh Arnot. "Gue harap lo berhenti gantungin Luna!" ucap Arnot penuh penekanan, tak sengaja Luna mendengar ucapan Arnot tapi ia tak memperdulikannya dan tetap melanjutkan langkahnya yang semakin jauh dari mereka.

"Gue emang masih gantungin dia tapi gue gak playboy kaya lo bro, baru juga putus sama Dinda udah gebet Luna jelas aja lah dia gak mau terima lo, have fun." menepuk bahu Arnot dan melengang pergi mengikuti Luna.

"Gue emang baru putus sama Dinda tapi gue putus secara baik-baik dan gak nyakiti satu sama lain." ucap Arnot sebelum Dave semakin jauh. "Gue kasihan sama lo Lun, udah tau digantungin masih aja ditungguin juga." ucap Arnot lirih sambil masih menatap kepergian Luna dan Dave yang semakin menjauh.

***

Sore ini cafe tidak terlalu ramai, cafe ini sangat cocok untuk para remaja yang ingin menghabiskan waktu sore dengan pasangan. Cafe yang di dominasi dan di desain seperti Kota Amsterdam ini membuat hati merasa tenang. Dengan adanya live music menambah suasana nyata seperti ditengah Kota Amsterdam.

"Kamu gak pesen makanan?" Dave sedikit heran dengan perubahan sikap Luna sejak mereka keluar dari lapangan basket.

"Sebenernya hubungan kita apa sih Dave?"

"Duh... Lun gak usah dipikirinlah omong kosong Arnot, gak penting juga!"

"Gak penting kamu bilang, cewek butuh kepastian Dave, aku capek digantungin terus gak ada kepastian dari kamu!"

"Oke, aku sayang sama kamu, jadi udahlah gak usah bahas ini lagi oke, emang kalo cinta harus diungkapin pake kata-kata menurut aku cinta cukup dibuktiin pake perlakuan kalo kata-kata itu hanya nilai tambah aja!" menggengam telapak tangan Luna, tiba-tiba pipi Luna terasa menghangat begitu juga dengan hatinya saat mendengar Dave mengatakan itu padanya karena tak ingin Dave tau, Luna mengalihkan wajahnya kearah lain. "Gimana audisinya, lolos dong?" tanya Dave untuk mengalihkan pembicaraan agar lebih santai.

"Pastinya." masih tersisa rona merah dipipinya.

"Oh ya ngomong-ngomong bukan cuma aku kan yang dapet oleh-oleh?"

"Ya engga dong, tapi cuma keluarga sama sahabat-sahabat aku aja yang dapet."

"Sahabat kamu, kamu kasih apa?"

"Mereka aku kasih kesukaan mereka lah, Sandra aku kasih film anime."

"Kalo Wizi kamu kasih apa?" sedikit ada nada tak sabar dalam kalimat Dave namun Luna tak terlalu menghiraukannya.

"Kalo dia aku kasih t-shirt EXO, boyband dari korea dia ngefans berat sama mereka."

"Oh EXO, lucu ya udah gede suka sama gituan." tersenyum sambil mengeluarkan buku agenda orange dari dalam ranselnya.

"Ya masih remaja gak papa kalik, loh itu buku agenda dari aku bukan sih?"

"Iya aku pake buat catatan penting."

"Emang udah nulis apa aja?"

"Banyak dong."

"Boleh liat?"

LUNATHA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang