6

39 5 0
                                    

Kepergian Yasmin membuat suasana hati Artur memburuk. Dia selalu membanting barang-barang yang ada di kamarnya saat dirinya terusik bahkan dia hampir membanting gelas teh yang dibawa Luna ternyata terasa pahit dilidahnya padahal Luna sudah menambah gula dua kali. Hanya mamanya yang bisa menenangkan Artur saat suasana hatinya sedang kacau.

Sudah dua hari ini Luna tak berangkat sekolah, mamanya berpesan agar menjaga Artur karena dia sedang ada urusan bersama ayahnya diluar kota. Dua hari ini pula Sandra sudah menginap di rumah Luna untuk menemani Luna. Sedangkan Luna sudah tidak tau kabar Dave setelah hari kematian Yasmin, sudah puluhan pesan yang dikirim Luna tak pernah di respon oleh Dave.

"Bang ini makan siang buat abang, adek cuma bikin nasi goreng telur mata sapi dimakan ya!" menaruh nampan diatas nekas dan mengambil nampan yang tadi pagi ia taruh, tak sedikitpun dari nampan itu yang berubah semua sama seperti saat Luna meletakkannya tadi pagi. "Bang jangan gini terus dong, pasti Kak Yasmin gak seneng liat abang kaya gini terus!"

"Dia pergi ninggalin abang dek, abang bener-bener cinta sama dia. Abang ga ganggup tanpa dia dek." ucap Artur lirih hampir menyerupai bisikan.

Air mata tak lagi dapat menetes, habis tak tersisa.

"Itu berarti Tuhan lebih sayang sama Kak Yasmin, Tuhan gak mau lihat Kak Yasmin kesakitan lagi, jadi abang harus ikhlas, kita sama-sama doain supaya Kak Yasmin tenang disana." duduk disamping abangnya.

"Ya kamu bener dek, kalo abang sedih terus pasti Yasmin juga ikut sedih."

"Jadi sekarang abang harus ceria lagi. Sekarang abang makan dulu nih!" mengambil nampan yang tadi Luna letakkan diatas nekas.

"Makasih ya dek kamu selalu ada buat abang."

"Ya. Ya udah adek mau ke kamar dulu nemenin Sandra, kalo abang butuh apa-apa panggil Luna aja kalo gak telpon." Luna tak lupa mencium pipi abangnya dan keluar.

"Abang beruntung banget punya adek kaya kamu Lun, walau abang ini abang tiri kamu tapi kamu selalu ngangep abang kaya abang kandung kamu sendiri, makasih ya..." melihat nasi goreng yang Luna berikan padanya dan segera memakannya hingga tandas.

Di kamar Luna, Sandra terlihat serius menatap layar leptop yang sudah dia lihat sejak dua jam lalu tanpa bosan.

"San lo mau nasi goreng gak?" duduk disamping Sandra dengan dua piring nasi goreng.

"Of course." mengambil satu piring yang paling dekat dengannya.

"Tuh film baru ya, gue belum pernah liat?"

"Iya, ini salah satu film yang lo kasih waktu itu."

"Oh gue mana ngerti soal begituan."

"Oh ya, besok lo jadi ikut ngisi pensi kan?"

"Gue gak tau San, abang gue masih gak mau makan."

"Kasihan Bang Artur."

"Gue gak tega kalo harus ninggalin dia sendirian di rumah."

"Makanya lo harus semangatin dia terus."

"Lo kira gue pemandu sorak."

"Boleh juga lo jadi pemandu sorak."

"Apaan sih."

"Luna..." Artur muncul dari balik pintu dengan wajah yang lebih segar mungin dia mencuci mukanya sebelum menemui Luna.

"Loh abang mau kemana?"

"Gak kemana-mana, besok kamu bisa masuk sekolah, abang udah gak papa."

"Abang serius?"

LUNATHA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang