7

38 3 0
                                    

Happy reading...

Kantin terlihat sepi memang sekarang hampir semua anak-anak berkumpul dibelakang sekolah untuk mengikuti acara pensi.

"Oh ternyata si brengsek masih berani ngliatin mukanya." ucap Natha saat melihat Dave, Wizi dan Mamat memasuki kantin. "Dia juga, cewek gak tau terimakasih, bisa-bisanya dulu Luna mau temenan sama tukang tikung, tapi kalo dipikir-pikir kalian berdua cocok, sama-sama brengsek." lanjutnya.

"BEDEBAH LO NAT!!!" satu tonjokan tepat mengenai pipi kiri Natha, Natha tak tinggal diam ia membalas pukulan Dave bertubi-tubi hingga Dave tersengkur di lantai dengan pelipis dan kedua sudut bibirnya mengeluarkan darah.

"Lo jangan berani macem-macem sama Luna, kalo lo masih berani deketin Luna gue gak cuma hajar lo tapi lo bakal abis sama gue!" mencengkram kuat kerah baju Dave yang sudah lemas.

"Hah... gue tau lo cinta kan sama Luna, cewek gampangan kaya dia lo suka, sadar bro!" tersenyum meremehkan.

"Brengsek lo Dave!" satu pukulan mendarat di pipi kiri Dave, yang dibalas dengan senyum sinis membuat Natha naik darah.

"Kalian berdua stop, lo pada kaya anak kecil tau gak!" akhirnya Mamat melerai keduanya, ia sudah muak dengan adu jotos mereka. Mamat tau jika ini tetap diteruskan Dave lah yang akan lebih dulu masuk rumah sakit.

"Cukup Nat, lo hampir bikin Dave tepar!" belas Wizi.

"Lo apa-apaan sih Nat, lo mau buat Dave masuk RS, bisa gak sih lo diem aja gak usah ikut campur urusan mereka!" ucap Mamat memegang pundak Natha.

"Lo yang apa-apaan, gak nyadar lo belain orang brengsek kaya Dave, HAH...!" ucap Natha.

Dulu saat mereka SMP, Mamat dan Natha adalah teman baik tapi sejak insiden salah paham membuat mereka mulai saling acuh satu sama lain.

"Gue sayang sama dia, dia pacar gue dan gue berhak belain dia!" bela Wizi.

"Lo udah dirasuki sama cinta sampe lo lebih mentingin cinta dari pada sahabat lo, ternyata gue salah nilai lo ternyata lo sama aja kaya pacar lo itu, pecundang." ucap Natha dan berjalan meninggalkan mereka.

"Awas lo Nat!" gumam Dave.

"Dave kamu gak papa, apa perlu kita ke rumah sakit atau ke UKS aku takutnya ada luka dalem." terdengar nada cemas dari suara Wizi.

"Aku gak papa kok, kamu gak usah khawatir ya, yuk makan nanti maag kamu kambuh!" ajak Dave.

"Gak, keadaan kamu lagi kaya gini masih sempet-sempetnya nyuruh aku makan, selera makan aku udah ilang, sekarang kita pulang aja. Makasih ya Mat tadi lo udah lerai mereka."

"Santai aja kali Zi." jawab Mamat.

Di rooftop Luna dan Natha menikmati langit siang menjelang sore yang tertutup mendung dengan kaleng soda di tangan mereka.

"Makasih ya Nat lo selalu ada saat gue butuhi lo." ucap Luna memecah keheningan diantara keduanya.

"Gue akan berusaha buat selalu ada buat lo, kalo ada apa-apa gak usah sungkan buat ngomong sama gue."

"Coba kalo gue tau dari awal kalo Dave gak baik, udah gue jauhin dia bener kata abang gue."

"Berarti lo harus bilang makasih sama Bang Artur."

"Lo bener, tar lo mau temenin gue cari barang pesenan Bang Artur gak?"

"Oke tar gue temenin. Yuk turun kayanya pensinya udah selesai."

Didalam kelas Luna sudah sepi hanya tinggal beberapa anak yang sedang bersiap-siap untuk pulang.

"Lun lo dari mana aja sih, tadi Sandra nyariin lo?" suara Susan menyambut Luna yang memasuki kelasnya bersama Natha.

LUNATHA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang