#24 | Felix

1.7K 306 92
                                    

"Lo abis nganter Yireon balik?"

Dua kaki dari ambang pintu, Heejin berdiri tegap menghalangi langkah Hyunjin ke dalam ruang loker.

Baru sekian sekon yang lalu Hyunjin bisa merasakan hormon oksitosin dan hormon dopaminenya kembali naik, melupakan gumpalan awan kelabu yang menyelimuti harinya sejak pagi, kini presensi Jeon Heejin menyapa disana, yang bisa Hyunjin tebak akan kembali merusak moodnya.

Tak mengindahkan ujaran gadis yang berstatus mantan pacarnya, Hyunjin kembali merajut langkah melewati si manajer latihan.

Sementara Heejin memutar badan seiring tubuh jangkung itu melewati dirinya, netranya tetap fokus pada wajah Hyunjin-menuntut jawaban.

"Lo mau sampe kapan sih kayak gini terus, Hyunjin?"

Hyunjin merotasi matanya, kemudian berbalik menatap si lawan bicara.

"Apa hak lo sih nanya-nanya? Apa hak lo larang-larang gua?" Hyunjin balik bertanya, sarkasme. "Lo sama temen-temen geng lo itu udah cukup bikin gua sama Nakyung renggang, jadi mending lo diem!"

Heejin tertawa hambar. Dwinetranya menatap figur pemuda itu, miris.

"Satu-satunya yang bikin hubungan lo sama Nakyung renggang itu lo sendiri Hwang Hyunjin!" pekik Heejin.

"Lucu," kekeh Hyunjin. "Gua tau pasti lo sama temen-temen lo itu dari awal deketin Nakyung ada maksud, jauhin gua sama Nakyung dan dukung Felix, rival gua, iya 'kan?"

Terkadang Heejin merasa kasihan pada Hyunjin. Pemuda itu selalu menyimpulkan segala hal dari sudut yang negatif, berasumsi tentang hal-hal yang tidak berdasar.

"Well, lo bener tentang gua deketin Nakyung ada maksud, tapi lo salah kalau lo pikir itu alasannya."

Dilirik arloji di tangan kirinya, tepat pukul 8 malam dan Hyunjin sudah menghabiskan waktu selama hampir 15 menit dengan percuma. Ia bahkan sudah meninggalkan lapangan lebih dari 2 jam, Mark pasti akan marah.

"Simpen alasannya buat lo sendiri, gua gak butuh." tukas Hyunjin seraya kembali berbalik badan menuju loker pribadinya untuk berganti pakaian.

"Tapi alasannya itu elo, Jin." gumam Heejin, yang masih tertangkap oleh Hyunjin.

Nyatanya, pemuda itu tertarik dengan kelanjutan kalimat si mantan pacar.

Walau hanya dalam diam, didepan lokernya, tak berniat berbalik badan untuk menangkap figur Jeon Heejin lagi.

"Alasan gua mau jadi cewek lo disaat gua tau semua pacar lo. Alasan gua rela diputusin sama lo tanpa alasan yang logis. Alasan gua deketin cewek yang belasan tahun cuma lo anggap sahabat itu. Semua alasannya sama, karena... lo."

Suaranya mencicit diakhir kalimat. Hyunjin bisa mendengar Heejin kini menahan tangis.

Untuk kesekian kalinya dosa Hyunjin bertambah karena membuat seorang gadis menangis.

"Karena gua sayang sama lo, gua mau lo bahagia walaupun bukan sama gua, dan gua yakin, Nakyung jawabannya."

Kalimat itu cukup untuk membuat tubuh jangkung Hyunjin berbalik tanpa perintah dari logikanya.

"Pikir lagi tentang hati lo Hyunjin, cewek yang lo anggap sahabat itu, seberharga apa dia buat lo?" tanya Heejin setelah netra mereka kembali bersitatap. "Kalau logika lo masih seegois ini, hitung mundur dalam satuan jam, Nakyung mungkin udah gabisa lo gapai karena dia udah mulai buka hatinya buat Felix."

Konversasi sendu malam itu berakhir sampai disana.

🐯

Hyunjin menatap pantulan dirinya pada jendela kaca yang bias terkena sinar mentari. Meratapi bayangan tangan kanannya yang berbalut gips tebal.

✔ Tiger 9 | Hyunjin X NakyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang