#19 | H-3

1.6K 323 95
                                    

"Hari ini Tiger 9 latihan terakhir, lusa kita udah tanding."

Heejin mengaduk es kopi jeli dengan sedotan, duduk bersama dengan ketiga temannya, menghabiskan jam istirahat pertama di kantin.

Siyeon mengangguk. "Jeno bilang hari ini mereka latihan sampe besok pagi, terus besoknya mereka free seharian, nanti lo latihan sampe pagi juga, Jin?"

Heejin menggeleng, walaupun dia adalah manajer latihan, tapi para pemuda itu selalu mengecualikannya jika latihan hingga larut malam atau sampai pagi, karena bagaimana pun Heejin adalah perempuan.

"Gua pulang jam 9 malem paling," jawab Heejin. "Dijemput Jinyoung dongs! Hehe."

"Gak nanya sih!" balas Seoyeon lalu menjulurkan lidah.

Mereka terkekeh.

Berbeda dari yang lain, Nakyung hanya tersenyum kaku.

Hanya Nakyung yang tidak tahu apa-apa tentang Tiger 9 menjelang final besok lusa, yang ia tahu justru jadwal Black Warriors yang sudah free mulai hari ini.

"Na, nanti lo nonton kan?"

"Pertanyaannya salah, yang bener itu, lo nanti nonton dukung Tiger 9 kan?" sanggah Siyeon.

Deg

Iya, harusnya Nakyung mendukung Tiger 9 'kan? Rasanya hal itu tidak perlu ditanyakan lagi, tapi kenapa Nakyung masih perlu berpikir untuk menjawab pertanyaan Heejin dan Siyeon?

"Gua dukung hubungan lo sama Felix, tapi gak berarti lo jadi lupa rumah lo dimana Na, keluarga lo disini, lo ngerti kan?" Seoyeon mengusap lengan Nakyung, lembut, takut gadis itu merasa terpojokan.

Nakyung berbalas senyum seraya mengangguk.

🐯

BUGH

"STRIKE!"

Hyunjin melempar batnya ke tanah, mengacak surai hitamnya, frustasi.

Dari 4 lemparan bola dari Jeno, 3 pukulan Hyunjin meleset, selain gagal dipukul, satu diantaranya keluar dari lapangan.

"Arrgh!" erang Hyunjin.

Jihoon menepuk bahu Hyunjin, iba.

Iya mereka sudah baikan, tidak butuh waktu lama untuk anak laki-laki saling memaafkan, berbeda dengan anak gadis.

Berkelahi adalah hal yang wajar bagi para lelaki tampan, begitu semboyan mereka.

"Saran gua mending lo tobat dulu, sumpah." celetuk Raesung yang entah sejak kapan berdiri disamping Jihoon dan memungut bat Hyunjin.

"Iya, dosa lu kebanyakan Jin, coba dah lu itung sebulan ini lo udah nyakitin berapa cewek?" Dino ikut-ikutan.

"Ini kalau sinetron mah lo lagi masuk FTV azab yang di IndoTV itu." Jaemin tidak mau ketinggalan.

TAK!
TAK!

"AW!"

Dan ketiganya dihadiahi pukulan oleh Mark dengan bola bisbol.

Jeno merangkul si pemeran utama. Sekeras apapun Hwang Hyunjin, ia tetap remaja usia 16 tahun.

"Tenangin diri lo gih, ambil wudhu terus sholat dhuha." ujar Jeno.

"Woy parah, itu harusnya dialog gua!" keluh Changbin, ustadznya Tiger 9.

Hyunjin mulai mengayunkan tungkai kakinya, meninggalkan lapangan dengan seribu keheningan dibuatnya.

"Bisbol itu nyawanya," Jisung yang pertama bersuara. "Dan turnamen ini napasnya, kebayang kalau kita kalah bakal sejatoh apa dia nanti."

Iya, Hyunjin belum pernah bertemu dengan kata gagal dan kalah dalam hidupnya, selain kepergian papihnya.

✔ Tiger 9 | Hyunjin X NakyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang