Marry You

986 73 11
                                    

James dan Nadine masih saling melempar pandangan. Nadine memicingkan matanya kearah James seolah berkata, "siapa yang datang?". Namun James hanya menggendikkan bahunya, menandakan bahwa ia pun tak tahu.

Dengan cepat Nadine menyambar kimono miliknya dan berlari masuk ke dalam kamar mandi dengan tubuh yang masih berbalut selimut. Ketukan pintu semakin kencang dan James pun mencoba mengintip dari celah kecil yang ada di pintu kamar.

"Hufth!! Aku pikir siapa," gumam James yang melihat ternyata Lauren yang sedang mengetuk pintu kamar. Dengan santai ia pun membuka pintu kamar dengan penampilan yang hanya mengenakan celana pendek dan tentu saja, shirtless.

"Kamu baik-baik aja, kan?" tanya Lauren pada James namun matanya terlihat bergerak ke kanan dan ke kiri dengan kepala sedikit mendongak. Seperti memeriksa sesuatu yang ada di dalam kamar.

"Aku baik-baik aja. Why?" jawab James masih berdiri di depan pintu sehingga Lauren tidak dapat masuk ke dalam kamarnya .

"Boleh aku masuk?"

"No!! Ehm... Maksudku.... untuk apa? Kau tunggu saja aku di luar atau di lobby. Aku mandi dulu dan setelah itu, aku akan menyusulmu," jawab James nampak sedikit gugup dan Lauren dapat menangkap dengan jelas kegugupan itu.

"Why? Kenapa aku tidak boleh masuk?" desak Lauren.

"Ya... Karena..........."

"Lau! Nadine tidak ada di kamar kalian. Dimana dia?" ucapan James terputus karena tiba-tiba Tito Dong dan Andrea menghampiri mereka.

"Finish!!"

"Apanya yang finish, James?" tanya Lauren.

"Ehmm... No!! Bukan apa-apa," jawab James cepat. Saat ini, rasanya ia ingin segera mundur beberapa langkah dan menutup kembali pintu kamar secepat mungkin. Tapi melihat Lauren dan Tito Dong kini menatapnya dengan seksama, sebisa mungkin James memasang tampang santai seolah tidak terjadi apa-apa.

"Nadz, tetaplah berada di toilet sampai mereka pergi," bisik batin James.

"James, apa kau melihat keberadaan Nadine? Dimana dia? Berarti semalam kalian ini menginap bersama-sama, ya?" cecar Tito Dong dan Lauren pun mulai merasa panik. Dengan mata yang sedikit melotot, ia menatap ke arah Andrea namun Andrea hanya bisa menggeleng pasrah menandakan bahwa mereka tak dapat berkelit lagi.

"Ehm, Tito. Mungkin saja Nadine sudah pulang ke rumah, sekarang. Bisa saja handphone nya lupa dibawa. Sebaiknya Tito bawa saja handphone Nadine dan pergi menyusulnya pulang," ucap Lauren namun Tito Dong justru menatap tajam ke arahnya.

"Tidak!! Sepertinya, aku merasakan sesuatu disini. Sesuatu yang tidak beres," sahut Tito Dong menatap James dengan tajam.

James yang ditatap seperti itu, hanya bisa terdiam dan mencoba memasang wajah setenang mungkin. Namun naluri seorang ayah rupanya lebih kuat dari tampilan acting yang sedang James buat.

"Ti.. Tito. Tito mau ap.. apa?" James terhuyung beberapa langkah ke belakang saat tiba-tiba Tito Dong mendorong tubuhnya kemudian merangsek masuk ke dalam kamar. Lauren dan Andrea pun dengan cepat ikut masuk ke dalam kamar.

Sejenak, pria paruh baya itu hanya menatap ke sekeliling kamar dan tiba-tiba pandangannya tertuju kearah tempat tidur yang berantakan. Setelah menatap dengan seksama dan tak menemukan apapun yang membuatnya curiga, ia justru mengayunkan langkahnya menuju toilet kamar.

"Oh My God!!" Bisik James dan Lauren pun spontan menatap ke arahnya.

"NADINE!!!!

"PA.... PA...."

"James, katakan apa yang sedang terjadi disini? Kamu ngapain sama Nadine?" Lauren berbisik pada James yang masih terpaku di tempatnya.

James tidak menjawab. Ia hanya bisa mengusap wajahnya dan mendengus pelan. Wajahnya mengkaku saat melihat Tito Dong menyeret paksa Nadine yang saat itu hanya mengenakan bathrobe dengan rambut yang basah, keluar dari toilet kamar.

Once But ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang