Roses For My Daughter

1K 100 18
                                    

Tito Dong duduk di sofa dengan wajah yang ditekuk. Setelah bertemu dengan Jude dan Mika di taman, beliau langsung meminta Jude untuk menemuinya di kediamannya. Beliau ingin meminta penjelasan pada calon menantunya itu.

Jude sudah siap dengan segala konsekuensi yang akan ia terima. Mengambil resiko terbesar dalam hidupnya. Melepaskan cintanya adalah hal yang terberat yang ia alami sepanjang hidupnya. Ditambah dengan cara yang ia ambil untuk melepaskannya pun cukup beresiko, mempertaruhkan nama baiknya di hadapan calon mertuanya sendiri.

"I'm sorry, Nadz. Aku terpaksa melakukan ini," batin Jude terasa perih mengingat Nadine kini benar-benar akan ia lepaskan untuk selamanya.

"Jude, bisa kau jelaskan siapa wanita yang kau peluk tadi?" tanya tito Dong dan Jude sudah punya jawaban atas pertanyaan itu.

"Namanya Mika. Dia sekretarisku di Sanfo," jawab Jude berusaha tenang dan santai.

"Mengapa kau memeluknya? Bukankah kau tahu jika............"

"Aku mencintainya, tito," potong Jude berkali-kali meminta maaf dalam batinnya. Berbohong adalah cara yang Jude ambil untuk melepaskan Nadine darinya.

"Jude, kau sadar dengan ucapanmu?" tekan tito Dong tak percaya jika calon menantunya akan berkata seperti itu padanya.

"Iya, tito. Aku minta maaf," jawab Jude membuat tito Dong menghela nafas panjang. Sesaat detak jantungnya terasa begitu berat dan dadanya terasa sesak. Namun sekuat tenaga ia tahan dan ia pun mencoba menenangkan dirinya dengan cara mengatur nafasnya sebaik mungkin.

"Lalu bagaimana dengan pernikahan kalian? Bukankah kemarin kau yang melamar Nadine? Mengapa kau berubah secepat ini, Jude? Apa karena Nadine sempat menolakmu dan kau............."

"Aku tidak bisa hidup bersama orang yang tidak mencintaiku, tito. Dan aku sadar, jika Mika-lah yang kubutuhkan. Mika membuatku nyaman lebih dari saat aku bersama Nadine. Aku tidak bisa membedakan perasaan apa yang kurasakan pada Nadine hingga setelah aku mengenal Mika, baru aku sadar jika aku hanya ingin melindungi Nadine. Sebagai seorang kakak bukan sebagai seorang pria. Dan perasaan yang lain itu, kudapat saat bersama Mika, tito," ucap Jude begitu mulus mengutarakan kebohongannya.

"Jadi kau ingin mundur? Kau yakin ini bukan paksaan?"

"Sekali lagi aku minta maaf, tito. Ya! Aku ingin mundur. Sebelum semuanya terlambat, sebelum kami berdua hidup dalam ketidakbahagiaan karena kami tidak saling mencintai, sebaiknya kami sudahi ini semua. Aku tahu aku salah. Tito boleh menghajarku, memukulku atau bahkan memusuhiku seumur hidup tito. Tapi sekali lagi aku minta maaf. Aku tak bisa melanjutkan ini semua," ucap Jude membuat tito Dong memejamkan matanya. Ada sedikit rasa tidak percaya mendengar apa yang Jude ucapkan padanya.

Jude dan Ulysess sama-sama terdiam. Mereka larut dalam pikirannya masing-masing. Jude berdoa dalam hatinya jika apa yang ia ucapkan akan dipercaya oleh Ulysess. Sedangkan Ulysess sendiri, masih mencoba mencari celah jika Jude tidak bersungguh-sungguh atas ucapannya itu.

"Selamat sore, oh.... Kuya, kau ada disini?" ditengah keheningan, Nadine yang baru saja pulang kerumah, langsung masuk dan terkejut melihat kehadiran Jude di rumahnya. Seketika ia menangkap sesuatu yang tidak beres dari keduanya.

"Nadz, kemarilah. Papa mau bicara," ucap Ulysess meminta Nadine duduk di sampingnya.

"Ehm... Pa... Sebenarnya Nadine juga ingin membicarakan sesuatu pada papa," ucap Nadine. Sebenarnya ia datang bersama James yang telah menunggunya di halaman rumah. Nadine sengaja memintanya menunggu di depan, karena ia ingin memastikan dulu jika sang ayah dalam keadaan yang baik-baik saja.

"Kali ini kau dengarkan papa dulu dan setelahnya, kau boleh menyampaikan apa yang ingin kau sampaikan," jawab sang papa dan Nadine pun spontan menatap ke arah Jude. Memberi kode, bertanya akan apa yang terjadi lewat gerakan matanya kearah Jude. Jude hanya mengendikkan bahu sebentar merespon pertanyaan Nadine.

Once But ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang