The Insident

1.3K 77 5
                                    

James mengerjapkan matanya berkali-kali. Rasa sakit yang mendera kepalanya, membuatnya masih tak dapat menyadari keberadaannya saat itu. Dikernyitkannya dahinya dan dipicingkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam kornea matanya.

"Hoooaaammmhhh!!!" Ia kembali menguap untuk kesekian kalinya.

Merasa matanya terlalu berat untuk memaksa dibuka, ia memilih kembali memejamkan matanya dan kembali ke alam tidurnya. Dibaliknya posisi tubuhnya yang semula menghadap ke arah kanan agar merasa lebih nyaman, namun otaknya tiba-tiba mengirimkan sinyal cepat yang memerintahnya untuk membuka mata, saat tangannya menyentuh sesuatu yang terasa lembut dan hangat.

Mata James mengedip beberapa kali meyakinkan visualisasi di hadapannya. Sebentuk wajah nan indah kini berada tepat di hadapannya. Tertidur dengan damai dan nafas yang teratur serta terasa lembut menyentuh kulit tangan James yang kini tepat berada di atas pipi halus si pemilik wajah. James mencoba kembali meyakinkan penglihatannya, namun kerja otaknya justru memerintah tangannya untuk bergerak menyusuri setiap inchi wajah cantik itu. Dalam keadaan masih dibawah pengaruh alkohol, James semakin berani menggerakkan jemari tangannya turun menyusuri lekuk leher, tulang selangka dan berhenti tepat di dada indah si pemilik wajah.

"You're so beautiful. Tell me, if it's only dream, i won't to wake  up now!" bisik James dengan suara yang sangat parau.

Si pemilik wajah cantik itu bergerak. Mungin sedikit terganggu dengan gerakan tangan James yang semakin berani menyentuh setiap inchi tubuh sang gadis. Bukannya menjauh, James justru mendekap gadis itu dengan cepat namun penuh kelembutan. Hidung mancung mereka saling bersentuhan dan nafas mereka pun saling bertemu, seolah sedang saling menyesuaikan satu sama lain.

Si pemilik wajah cantik nampak mengerjapkan matanya beberapa kali. James mengamati dengan seksama saat bulu mata lentik itu bergerak-gerak dengan indahnya. Jarak wajah mereka yang hanya terpaut beberapa inchi, membuat James bisa dengan jelas menyaksikan keindahan surgawi di hadapannya walau masih dalam kondisi mabuk.

"Ssssshhhhh......" Si pemilik wajah cantik itu mendesah pelan. James berpikiran jika sang gadis merasakan sakit di kepalanya karena tiba-tiba gadis itu menggerakkan tangan dan memegang kepalanya walau tanpa membuka matanya.

"Sssssstttt.... Tidurlah......." James berbisik lembut di telinga sang gadis. Lidahnya berbicara meminta sang pemilik wajah untuk tidur, tapi naluri nya memerintahnya untuk lebih mendekatkan wajahnya ke gadis cantik itu. Gadis itu benar-benar telah memporakporandakan kontrol diri yang James miliki.

"Cuuuppp!!" Bibir lembut merekapun saling bertemu. Sekali, dua, tiga dan akhirnya berkali-kali James lumat bibir mungil yang terasa begitu manis dan membuatnya ketagihan untuk melakukan hal yang lebih. James akui, ia bukan orang yang munafik. Beberapa kali berciuman dengan gadis-gadis yang ia kenal, hanya rasa dari bibir si pemilik wajah cantik inilah yang membuatnya tak ingin beranjak menjauhkan bibirnya yang masih menempel lekat di bibir sang gadis.

"Eehhmmmm," si gadis mendesah pelan. Sumpah demi dewi yunani dengan segala kecantikannya, suara desahan itu terdengar begitu seksi di telinga James, membuat naluri lelaki yang dimilikinya muncul ke permukaan.

James semakin mendekatkan tubuhnya ke si pemilik wajah cantik itu dan sebagai lelaki normal, gairahnya pun mulai terbakar hebat karena pesona sang gadis yang membuatnya mabuk kepayang.

Merasa tak ada penolakan yang berarti dari sang gadis, James pun semakin berani meloloskan kimono yang dikenakan gadis itu, melepas penutup dada dan terakhir, g-string seksi yang dikenakan sang gadis. Entah setan dan iblis mana yang merasuk ke dalam pikiran James, ia pun semakin berani bergerak naik dan kini tubuh sang gadis berada penuh dalam kendalinya.

Once But ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang