Move On

875 74 16
                                    

San Francisco, California

Krrrriiiiingggggggg............

"James, please. Matikan alarmnya. Aku masih mengantuk," pinta Nadine namun suara alarm tersebut tak jua kunjung berhenti.

Dengan sangat terpaksa Nadine membuka matanya, mendengus kasar dan bangkit dengan wajah dan rambut yang masih berantakan.

"Bumbum!!! Apa sarapanku sudah siap? Atau kau masih di dapur? Apa menu sarapan kita hari ini?" tanya Nadine sambil mematikan alarm yang masih berbunyi nyaring.

Deg!!! Nadine tertegun menyadari sesuatu.

"Oh My God! Ini bukan dirumah James. Dan dia.............."

Nadine menyadari jika dirinya telah keliru. Kebiasaan pagi dimana James selalu menyiapkan sarapan untuknya begitu melekat dalam memorinya hingga saat ia terbangun dari tidurnya, hal yang pertama kali ia lakukan adalah menunggu menu sarapan kejutan yang selalu James sediakan untuknya.

"Bumbum......... No!! Sekarang aku berada di Sanfo dan aku harus melupakan James dan semua kenangan kita di Manila. Aku harus bisa!! Harus!!" batin Nadine mencoba membuang jauh-jauh suasana hatinya yang sempat mellow karena terus saja teringat akan kenangan manis diantara mereka.

Ia pun memilih bangkit dari tempat tidur, membersihkan diri dan menyiapkan sarapannya sendiri. Memulai hidupnya sendiri dan menghilangkan kebiasaannya selama hidup bersama James.

Ting... Tong...

Dahi Nadine berkerut saat bel apartemennya berbunyi. Ini hari pertamanya berada di San Francisco dan ia pun sama sekali belum berkenalan dengan pemilik apartemen lainnya di sekitar gedung tersebut. Perlahan ia berjalan menuju pintu utama dan mengintip sebentar pada celah lubang yang terdapat di pintu tersebut. Sesosok pria tampan berpenampilan rapi sedang berdiri persis di depan pintu apartemennya sambil membawa sebuah paper bag berwarna cokelat.

"Mungkin pengelola apartemen," gumam Nadine kemudian membuka pintu apartemennya.

"Selamat pagi, Nadine," Nadine tertegun melihat sosok pria yang sedang berdiri di hadapannya. Dilihat dari tipe wajahnya, sepertinya pria ini juga berasal dari Philipina, sama seperti dirinya. Dan, bagaimana ia bisa tahu dan memanggil nama Nadine?

"Selamat pagi. Maaf, anda siapa ya?" tanya Nadine dan pria itupun menyunggingkan senyumnya.

"Perkenalkan. Aku Jude. Jude Ballada. Aku adalah anak dari kolega bisnis papamu, tito Dong," pria bernama Jude tersebut mengulurkan tangannya kearah Nadine. Nadine pun membalas uluran tangannya walau dengan sedikit keraguan.

"Nadine Rei..... Lustre. Nadine Lustre," jawab Nadine.

"Hmmm.... dilihat dari ekspresi wajahmu, sepertinya kau kurang begitu yakin denganku. Sebentar akan kutelepon papamu," Jude mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Tito Dong.

Jude berbicara lewat sambungan telepon dengan Tito Dong lewat speaker ponsel yang sengaja diaktifkan Jude agar Nadine dapat menyimak pembicaraan mereka. Tito Dong pun sempat menjelaskan kepada Nadine, jika selama berada di San Francisco, Jude bisa membantunya atau sekedar menemaninya pergi ke suatu tempat karena Jude sendiri sudah lama menetap di kota itu. Nadine pun akhirnya mempercayai jika Jude bukanlah orang yang patut dicurigai.

"Bagaimana? Sekarang percaya?" tanya Jude dan Nadine mengangguk sambil tersenyum.

"Baiklah, kuya. Aku percaya," jawab Nadine dan Jude langsung mengerutkan dahinya.

"Kuya???"

"Iya, kuya. Sebutan untuk seorang kakak laki-laki di Philipina. Sepertinya aku lebih nyaman memanggilmu dengan panggilan itu," ucap Nadine dan Jude pun kembali tersenyum.

Once But ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang