Titik Balik

191 24 0
                                    

Melupakan seseorang jauh lebih mudah saat kamu tidak bertemu mereka. Hal itu terasa berat, karena Woohyun tidak bisa melakukannya. 

Melupakan Sungyeol dan hidup dengan ingatan yang hanya dia  seorang yang tahu.  Itu saja sudah sulit. Hal- hal menjadi  lebih rumit lagi,  karena semua orang di sekelilingnya seolah saling terikat oleh hubungan yang membuat Woohyun makin tidak bisa menghindari Sungyeol. 

Itu Minggu pagi, Myungsoo menyeretnya bagun di hari libur. Dia tidak ingin pergi kemanapun tapi Myungsoo memohon padanya. Untuk pertama kali setelah sekian tahun, Myungsoo bilang akhirnya dia akan bertemu kakak kandungnya.

Woohyun masih agak meragukan keberuntungan itu, tapi setelah semua kejadian magis yang menimpanya, kebetulan seperti ini terasa seperti hal yang lumrah.

Dan karena  ini pertemuan pertama mereka, Myungsoo takut keadaan akan terasa cangung. Dia mengenal Woohyun cukup lama dan Myungsoo yakin Woohyun akan banyak membantu jika ikut. Karena alasan itu juga Woohyun akhirnya luluh, dan menurut saja saat di bawa sahabatnya menunggu di depan cafe saat cuaca dingin.

Hal baiknya, setidaknya Woohyun cukup tahu siapa Kim Sunggyu, dia bisa menduga bagaimana pertemuan mereka nanti dari profil dan info yang Woohyun dapat dari teman- teman di Woollim. Tapi... sosok yang berdiri di belakang Sunggyu bukanlah hal yang Woohyun bisa prediksi.

"Maaf, dia memaksa ikut." Sunggyu tersenyum kikuk, jelas merasa bersalah.

Myungsoo hanya mengangguk memaklumi.  Tapi untuk orang di belakang Myungsoo, Woohyun tidak bisa menjelaskan perasaannya sekarang. 

Sungyeol hidup. Sungyeol berdiri di depannya, dan hidup. Air mata menumpuk di sudut matanya. Ia berusaha keras tidak menanggis. Dia tidak bisa berharap lebih dari ini.

"Tidak apa,  hyung.

Woohyun berkedip, menyadari suara Myungsoo di sebelahnya yang terdengar cangung.

"Aku juga mengajak Woohyun. Bukankah kalian berdua saling kenal?" 

Sunggyu tersenyum lagi, lebih lebar. "Ya, aku mengenalnya. Bintang sekolah Woollim siapa yang tidak tahu."

Myungsoo terkikik geli, menertawakan sakartis sang kakak pada sahabatnya. Tapi Woohyun tidak menangapi keduanya, padangannya terus tertuju pada satu orang. 

"Bukan kamu yang ku maksud  hyung."  Jari Myungsoo menunjuk pada seseorang, yang sedang melompat- lompat kedingingan, menyembunyikan kedua tangan di jaket kebesaran yang menutupi setelan rumah sakit. 

"Siapa? Aku?" Sungyeol terlihat bingung. 

Woohyun segera mengeleng kaku membuat dirinya sendiri tersadar.

"Tapi bukannya di rumah saki- Hmph!!!"  Woohyun langsung membungkam mulut Myungsoo yang meronta.

"Tidak! Sama sekali, tidak!"

Sunggyu dan Sungyeol mengerutkan kening menatap tingkah kedua laki- laki di hadapan mereka. 

"K-kita baru pertama kali bertemu." Woohyun menambahkan, tangannya masih belum menjauh dari mulut sahabatnya.

Sunggyu yang paling tua diantara mereka hanya mengangkat bahu. Salju mulai turun dan udara dingin makin menusuk- nusuk, ia menyarankan yang lain untuk segera masuk ke dalam cafe.

"Kenapa kamu merahasiakannya?" Myungsoo berbisik saat Woohyun yang akhirnya melepas dekapan.

"Aku akan ceritakan nanti. Ayo masuk." Woohyun balik berbisik di telinga Myungsoo yang lalu menarik sahabatnya mengikuti dua orang lain ke dalam.

Chocolate Caffeine ( Complete  ✔ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang