Teman?

423 43 3
                                    

"Kamu menunggu seseorang?"

"Apa?" Woohyun berbalik untuk mempertanyakan pertanyaan kakaknya.

"Jangan berkilah. Aku sudah melihatmu tujuh kali kesana. Siapa yang kamu tunggu? apa Myungsoo kembali dari jepang?"

"Kenapa kamu berpikir begitu hyung?"

"Karena kamu tidak memiliki teman lain selain anak penari itu dan kucing bernama Myung?"

"Hyunggg~" Woohyun protes dengan cara Boohyun memanggil teman-temannya.

Okee, Myungsoo memang mirip kucing, Dia tidak banyak bicara dan pakaiannya serba hitam. Mungkin kakaknya perlu tahu kalau Myungsoo juga punya kucing bernama Byeol.

"Jadi siapa dia?" Boohyun bertanya kembali setelah menunggu Woohyun terlalu lama diam.

"Huh?" Dan Woohyun kembali menatapnya dengan tatapan bingung yang sama.

"Haishh!"

Woohyun bisa mendengar kakaknya mengeram.

"Jangan bodoh woohyun. Aku baru saja berpapasan dengan Hoya saat pulang tadi. Dan dia bilang kursus dancenya sudah berubah sejak 3 minggu lalu. Aku juga tidak berpikir Myungsoo akan pulang hari ini, tanpa kamu mempersiapkan apapun. Jadi... siapa yang kamu tunggu?"

Woohyun baru saja berpikir, apa dia secerewet itu saat Hoya bilang dia banyak bicara? sifat itu pasti turun dari kakaknya. 

"Apa kamu mendapat teman baru?" Boohyun bertanya lagi sembari berjalan mendekatinya. Penuh rasa penasaran.

Woohyun mengeleng, dan mundur.

"Kamu tidak mau mengatakannya padaku?"

Woohyun bergerak gelisah. "Bukannya aku tidak mau hyung, tapi.."

Boohyun terus menatap adiknya yang masih menimang sesuatu. Selama beberapa detik ia masih sabar menunggu, hingga akhirnya Boohyun mendesah lelah dan menyerah.

"Oke, jika kamu tidak mau mengatakannya."

Woohyun mendongak merasa lega.

"Toh, aku akan tahu jika ada seseorang yang datang." Boohyun tersenyum pada wajah kecewa Woohyun. Boohyun kemudian berbalik, meninggalkan Woohyun sendiri di samping jendela ruang tamu mereka.

"Mau atau tidak. Kamu tetap akan mengenalkan dia padaku, Woohyun-ah." Tambahnya lagi, berseru saat menaiki tangga.

Saat sosok Boohyun menghilang di salah satu pintu di lantai dua, Woohyun mengangkat bahu. Dia berbisik pada dirinya sendiri.

'Bagaimana aku bisa mengenalkan dia padamu, hyung? Kamu bahkan tidak bisa melihatnya.'

Woohyun berbalik,  kembali memandang tempat yang sama. Dapur di seberang ruangan masih sepi. Pertama kali Woohyun bertemu Sungyeol di tempat ini. Jika dia kembali seharusnya Woohyun bisa melihatnya disana sekarang. Mungkin memakan cake-nya lagi, seperti malam itu.

Woohyun mendesah panjang. Pandangannya berpaling dari dapur, ke jendela besar di depannya. Bintang bersinar redup di langit. Sungyeol tidak kembali sejak kejadian kemarin di lapangan. Woohyun tidak mengkhawatirkan anak itu. Atau merindukannya. Karena tentu saja, dia tidak akan mengakuinya. Mereka baru bertemu kurang dari sehari, tapi entah kenapa kehadiran Sungyeol sudah memiliki arti tersendiri baginya.

Woohyun mendesah lagi. Ingatannya kembali saat Sungyeol terduduk kesakitan di samping lapangan basket. Woohyun merasakan bagaimana teman barunya itu memperhatikan Daeyeol - ketua klub baseball dari Woollim High School. Ada sesuatu dari tatapannya yang Woohyun merasa janggal. Kemudian Sungyeol tidak muncul lagi sejak saat  itu.

Chocolate Caffeine ( Complete  ✔ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang