Dia Yang Berharga

309 43 8
                                    

Saat Bomin terbangun, ia berada di sebuah tempat yang luas dan sepi. Kemanapun dia melihat hanya ada putih tak berujung yang menyambutnya. Bomin mencoba berdiri, ia berjalan  memeriksa sekeliling, dengan sedikit harapan akan menemukan seseorang atau sesuatu yang lain selain putih dan kesendirian.

Sebuah titik hitam tiba- tiba muncul di salah satu sudut. Ragu, ia langkahkan kakinya mendekati tempat itu. Rasa penasaran Bomin berubah menjadi kegembiraan saat titik hitam itu makin menampakkan bentuk yang jelas.

Itu sosok manusia. Akhirnya ada orang lain selain dirinya di tempat ini. Sembari memperhatikan orang lain, Bomin membuat langkahnya makin cepat, mendekat ke tempat laki- laki tinggi yang tengah berdiri membelakanginya.

Tak lama alis Bomin berkedut, dia merasa tidak asing dengan bentuk tubuh orang lain. Potongan rambut itu, pungung lebar itu. Sudut bibir Bomin tertarik, ia senyum lebar saat  menyadari siapa sosok di hadapannya. 

Sembari mengendap- endap, Bomin menahan nafas. Ia berniat membuat kejutan ke orang lain seperti yang selalu ia lakukan saat mereka bertamu.

"Hyu-!" Namun niatnya terhenti seketika ketika pendengaran Bomin menangkap sesuatu yang tidak dia inginkan. Tangannya jatuh lemah ke samping tubuh dan senyum di bibirnya langsung menghilang.

"Hyung,.." Pangilan itu lirih dan parau, mengiringi tangisan pilu orang lain yang masih membelakanginya.

"Daeyeol hyung?" Panggil Bomin lagi.

Ia mengumpulkan keberanian untuk menyentuh orang lain, namun belum juga tangan Bomin mencapai pungung Daeyeol, sosok itu justru tertarik dengan cepat dan menghilang dari hadapannya.

Bomin yang terkejut. langsung kebingungan mencari. Dia berteriak memangil nama hyung kesayanganya berkali- kali.

"Hyung! Daeyeol hyung!!"

"HYUNG!!"

Ia terus berteriak, berlari dari tiap sudut ke sudut yang lain.

"DAEYEOL HYUNG!!"

Namun berapakalipun dia memangil namun tidak ada balasan dari orang lain, tidak ada siapapun di tempat itu selain dirinya.

Dengan putus asa, dan air mata yang tumpah Bomin kembali memangilnya " DAEYEOL HYUNGGGG!!!"

***

Suara bising dari samping membuat kesadaran Bomin perlahan pulih, dalam kegelapan dia bisa merasakan sesuatu di antara pergelangan tangannya. Sebuah benda pipih dingin menusuk, dan sesuatu seperti selang terhubung melalui itu. Hal lain yang Bomin rasakan adalah rasa sakit yang luar biasa terasa di seluruh bagian tubuhnya.

"Persiapan operasi sudah selesai."

Suara- suara itu kembali terdengar. Dengan segenap kekuatan yang dia miliki, Bomin mencoba membuka kelopak mata. Gambaran kabur perlahan menjadi lebih jelas. Di antara orang- orang berpakaian hijau dan bercadar Bomin menangkap seseorang tengah terbaring di atas ranjang, suara kereta dorong terdengar bersama dengan kepergian ranjang itu.

Di saat terakhir sebelum pintu tertutup, Bomin melihat wajah orang itu. Mata terpejam, lengan pucat dan penuh darah. Seketika ingatan Bomin kembali ke kejadian di taman Woollim. Kembang api yang meledak, Daeyeol yang berlari memeluknya lalu... air mata Bomin menetes.Ia berbisik lemah.

"h-Hyung?..."

Dan semua kembali gelap. Bomin terpejam lagi.

 Bomin terpejam lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Chocolate Caffeine ( Complete  ✔ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang