Sekeping ingatan

230 29 4
                                    

Setapak kecil itu terlihat berbeda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setapak kecil itu terlihat berbeda. Beberapa hal berubah, namun Woohyun yakin itu masih tempat yang sama. Di bawah guguran daun- daun ginkgo yang menguning tertiup angin, ia berjalan pelan. 

Langit jingga di belakang perlahan berubah warna, memangil lampu- lampu kecil di kanan- kiri jalan untuk bangun dan menerangi langkahnya.  Di dekat tanah lapang yang cukup luas, Woohyun berhenti dan berpaling. 

Di sana, di atas ayunan, interaksi dua anak laki-laki telah menarik perhatiannya.

"Aku tidak mau bermain denganmu!" 

Satu anak yang bertubuh kurus tinggi dengan pipi tembem, melompat dari ayunan sembari membentak. Anak laki- laki lain dengan rambut hitam lebat ikut turun. Melangkah dengan cepat ke hadapan temannya, lalu merentangkan tangan ke udara- membuat batas.

"Kenapa?"  Tubuhnya yang kecil makin tengelam, terselimuti baju berkerah panjang yang kebesaran.

"Adikku menungguku di rumah. Aku harus pulang."

"Kalau begitu aku ikut. Aku  bisa bermain bersama kalian berdua."

Si kurus mengendus, memandang remeh ke arah yang lain. "Dia bahkan tidak bisa melihatmu."

"Tapi kamu bisa melihatku-kan?" Suara itu terdengar lirih, seolah mencoba menyakinkan dirinya sendiri.

Entah kenapa, hal itu mengerakkan hati Woohyun. Dia mengambil langkah  dan mendekati keduanya. 

Sebagai jawaban untuk temannya dii kurus mengangkat bahu tak acuh. 

"Tadi siapa namamu?"

"Woohyun. Nam Woohyun. " Kata- kata yang di ucapkan anak kecil itu membuat Woohyun tertegun, dan berhenti di tempat. Dia berkedip beberapa kali, sampai akhirnya tersadar apa yang terjadi.

 Inikah hal yang dia lupakan? Inikah kenangan yang harus dia ingat?

Woohyun dewasa segera memutar pandangan. Ia menatap ke arah anak lain. Ke arah si kurus yang bermata besar. parasnya mirip seseorang yang dia kenal.

'S-sungyeol?' bisik Woohyun masih tidak percaya pada apa yang dia lihat. Dan tepat saat itu juga, si kurus membalas jabatan tangan  Woohyun kecil sembari tersenyum lebar.

"Aku Sungyeol. Lee Sungyeol." 

Itu senyum yang sama. Cerah tanpa kenal takut.  Senyum yang sama yang selalu arwah Sungyeol tunjukkan padanya. Dan Woohyun tidak sadar dia tengah meneteskan air mata.

"Em.. Yeollie. Itu nama yang bagus." Woohyun kecil terkikik mengoda. Dan tentu saja, ia langsung mendapat protes dari anak di depannya.

"Yah! kita baru bertemu beberapa menit!" Sungyeol membentak, nadanya terdengar tidak suka tapi ekpresi wajahnya sama sekali tidak terlihat tersingung.

"Lagi pula... "Sungyeol mengamati Woohyun kecil di hadapannya, dari atas ke bawah lalu ke atas lagi.

 "...kamu tidak terlihat lebih tua dariku?" Sungyeol mengambil langkah lebih dekat. Ia berdiri tegak, lalu membandingkan tubuh mereka berdua dengan garis khayal dari telapak tangan.

Chocolate Caffeine ( Complete  ✔ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang