Saat jam makan siang,
Aku, Mila, dan Rere beranjak dari bangku yang kami duduki sedari pagi tadi, menuju tempat makan langganan kami dari awal masuk kuliah sampai saat ini. Tempat makan yang terletak di sebrang jalan depan kampus.
"Warung ibu" itu adalah ciri khas nama tempat makan yang menjadi langganan aku, Mila dan Rere.
Sebenarnya tidak cuma kami bertiga saja, tetapi mahasiswa jurusan kami pun semuanya menyebut nama tempat makan tersebut dengan sebutan yang sama.
Dan tentu saja warung ibu adalah tempat makan yang mayoritas 90% pembelinya adalah mahasiswa teknik kimia.Ini menjadi tempat favorit dikalangan mahasiswa jurusanku, karena selain kami dilayani oleh pemilik warungnya, disini bisa makan layaknya prasmanan. Jadi kami bisa mengambil sendiri menu makanan apa yang diinginkan, dan harganya pun termasuk kategori yang terjangkau alias tidak mahal bagi kantong mahasiswa.
So, tidak heran jika warung ibu dari awal buka sampai tutup selalu ramai dengan mahasiwa yang mencari sesuap nasi untuk mengisi kekosongan perut.
"Mbuull, lo mau pesen makan apa?" tanyaku sambil duduk di salah satu kursi tempat makan.
"Kayanya gue pesen soto deh, lo pesen apa?"
"Gue juga deh kalo gitu, lo mau makan apa Re?"
"Samain aja deh kalo gitu"
"Pak, pesan soto tiga ya... minumnya kalo Vian es teh aja pak" pintaku ketika bapak warung membereskan meja.
"Mila juga pak es teh"
"Rere juga pak es teh kalo gitu"
"Iya sebentar ya bapak bikin dulu" jawab bapak lalu berlalu sambil membawa piring kotor dari meja sebelah.
Mungkin karena kami bersahabat cukup lama selama di kampus, akupun langsung to the point pada inti yang akan ku bicarakan.
"Mbul, nek.. Gue sekarang udah ada pengganti si Rizki"
"Siapa nduut? anak mana?" tanya Mila.
"Anak deket ko, rumahnya engga jauh dari rumah gue. Daerah Ramanuju deket rumah uwak gue. Tetanggaan gitu sih"
"Emang lo kenal dari mana nek?" Rere langsung to the point menanyakan dari awal pertemuan aku dan Bintang.
Karena sebelumnya aku tidak menceritakan detail tentang Bintang pada Mila dan Rere, melainkan sekedar bercerita bahwa aku dekat dengan seseorang. Jadi ku pikir wajar saja jika ada pertanyaan seperti itu. Toh, memang salahku yang merahasiakan semuanya dari mereka berdua termasuk Monic.
Aku membuka ponsel dan menunjukkan beberapa foto "Namanya Bintang.. Kenal dari pacarnya sahabat gue, dikenalin gitu dan keliatannya baik sih. Yaaahh... semoga aja dia nggak kayak sebelumnya"
"Yaudah, semoga langgeng yaa duut. Bisa kali peje mah hahahaha..." goda Mila
"Yeeee.. lo aja dulu tuh peje sama Barda"
"Elaaahh, dia mah udah kelamaan kali nek. Pacaran sama Barda udah dari kapan tahun. Ya ngga Mil?" Rere membela.
"Hahahahahaaha... ya kali lo minta peje ke gue, udah basi duluan kali. Gila aja udah 7 tahun yang lalu dari jamannya bocah SMP, masih cinta - cinta enyeett gitu" jawab Mila sembari memainkan jari telunjuk tangannya.
Ya ini salah satu kebiasaan Mila yang begitu ekspresif ketika membahas suatu hal. Selain terwakilkan dengan raut wajah yang begitu ekspresif, tangannya pun lihai mengekspresikan juga lol 😂😛
"Daahh aku mah apa dompet tebel isinya cuma struk bukti transfer dan multipayment usaha gue. Sedih aku mah kalo diceritain"
"Yeee... emang situ doang yang ngerasain?? please deh saya mah apa" timpal Mila lagi - lagi sembari memainkan kedua tangannya menyentuh dada dengan ekspresi pura-pura menyedihkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
ASARIGNA (On Progress)
Romantik#8 on Bestfriend (12 Nov - 8 Des 2018) Based on True Story Aku korban! Dan akulah yg difitnah dan disalahkan! ---------------------------------------------------------------------------------- Manis itu cuma harapan, seperti dilambungkan tinggi ke...