Malam semakin larut, tapi mata Elena enggan terpejam. Dia masih memikirkan kejadian tadi setelah pulang dari makan malam. Tangannya tanpa sadar telah mengusap bekas ciuman Robert di bibirnya. Manis. Rasa itu masih tersisa di sana. Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama, ketika sebuah tendangan menyadarkannya pada kenyataan yang ada.
Bayinya.
Elena mengembuskan napas pelan, kemudian tangannya turun untuk mengusap perutnya dengan lembut.
"Sayang, apakah Mommy harus mengatakan yang sebenarnya tentang keberadaanmu?" tanya Elena pada anak dalam kandungannya.
Elena sedang dilanda dilema besar dalam hatinya. Robert adalah laki-laki yang baik. Sangat baik malah. Sehingga dengan kebaikan laki-laki itu, Elena merasa bersalah jika harus menyakitinya. Robert pasti akan patah hati dengan penolakannya. Lalu apa yang seharusnya dia lakukan?
Elena benar-benar bingung untuk saat ini. Matanya kembali menatap perut buncitnya.
Jika dia berbicara jujur, akankah Robert masih mau mencintai dan menerima anaknya?
Tidak. Tidak. Itu bukan pilihan yang harus dilakukannya. Keberadaan anaknya tidak boleh diketahui oleh laki-laki itu.
Tiba-tiba Elena ingat dengan rencananya. Benar. Dia harus segera meninggalkan New York. Wanita itu harus segera menghilang sebelum Robert akan benar-benar jatuh cinta lebih dalam lagi dan mungkin akan patah hati jika mengetahui kenyataan yang sebenarnya.
Tentu saja setelah urusannya dengan laki-laki bernama Jeff itu selesai. Hasil pemeriksaan DNA belum keluar sampai sekarang, jadi dia tidak bisa pergi ke Virginia. Atau dia kabur saja? Persetan dengan janjinya saat berkata tidak akan kabur. Ada urusan yang lebih mendesak dari hanya menunggu hasil tersebut keluar. Lagipula setelah hasilnya keluar, belum tentu Jeff akan mau mengakui anaknya. Malah mungkin laki-laki itu akan membunuh darah dagingnya sendiri. Jadi, percuma saja dia bertahan di New York.
Setelah beberapa lama akhirnya, dia sudah memutuskan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Setelah itu Elena mencoba untuk memejamkan matanya dan terjatuh di alam mimpi sesaat kemudian.
****
Di sebuah ruangan yang tampak sedikit gelap karena hanya lampu nakas yang menyala, Jeff duduk dalam diam. Tangannya memegang sebuah gelas viskey. Sorot matanya memandang lurus ke bayangan kegelapan di hadapannya. Namun, sebenarnya, dia sedang melihat kilasan bayangan kejadian di depan apartemen Elena.
Dia merasakan ada percikan api yang sedang membakar dadanya. Ada rasa yang tidak bisa dia gambarkan ketika laki-laki itu mencium bibir Elena. Melumat dan menghisapnya sehingga membuat gemuruh di dalam dadanya.
Jeff sendiri tidak mengerti kenapa bersikap demikian. Seolah dia tidak rela wanita itu disentuh oleh laki-laki lain. Namun, apakah dia mempunyai hak untuk ikut campur tentang masalah pribadi Elena? Tentu saja tidak.
Informasi yang didapat dari orang suruhannya membuat Jeff mengetahui bahwa Elena tidak pernah ada hubungan dengan Scott atau pun saingan bisnisnya yang lain. Wanita itu bersih dari segala tuduhan yang pernah dia berikan.
Namun, masih ada sedikit ganjalan dalam hatinya. Mengenai anak dalam kandungan Elena. Dia masih meragukan tentang hal itu.
Apakah anak itu adalah darah dagingnya sendiri atau anak dari laki-laki yang mencium Elena tadi?
Pertanyaan itu seolah berputar terus dalam otaknya. Dia juga bertanya-tanya siapa laki-laki itu sebenarnya. Apakah mereka sepasang kekasih?
Kalau benar mereka sepasang kekasih, pasti bayi itu adalah anak laki-laki itu, tapi kenapa wanita itu malah menemuinya? Kenapa wanita itu juga mau melakukan tes DNA sebagai pembuktian?
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby, Pull Me Closer- E-BOOK DI PS
RomanceElena harus terbang ke New York, tempat Jefferson Campbell berada. Cukup satu yang diinginkannya. Status dari bayi yang dikandungnya saat ini. Setelahnya, dia akan menghilang dari kehidupan laki-laki itu. "Apa kau yakin, bahwa itu benar-benar anakku...